Diteliti Melalui Berbagai Manuskrip, Buya Arrazy Hasyim: Walisongo dan Sunan Gunung Jati Fakta Sejarah

10 Juli 2022, 10:15 WIB
Buya Arrazy Hasyim menegaskan Walisongo dan Sunan Gunung Jati bukan dongeng, tetapi fakta sejarah. /Tangkapan Layar YouTube Ngaji Bareng

PORTAL MAJALENGKA - Sejarah dakwah Islam di Indonesia khususnya di Pulau Jawa tidak lepas dari peran Walisongo, yang salah satunya adalah Sunan Gunung Jati.

Wali di Nusantara menurut sejarah cukup banyak, tapi ada sembilan yang kharismatik dan dikenal sebagai Walisongo.

Kebanyakan Walisongo keturunan Hadramaut. Ada yang tinggal di Gujarat, tapi sebelumnya di Samarkand Uzbekistan, diantaranya Maulana Ibrahim As-Samarkandi.

Baca Juga: Walisongo Fakta Sejarah Bukan Hoax, Buya Arrazy Hasyim: Sunan Gunung Jati Pembawa Shahih Bukhari

Keterangan mengenai Walisongo disampaikan DR KH Arrazy Hasyim Lc SFil.I MAHum yang kerap disapa Buya Arrazy Hasyim, dan dikutip Portal Majalengka dari channel YouTube At-Tirfasy.

Buya Arrazy Hasyim menjelaskan pelengkap kesempurnaan ilmu sejarah adalah ilmu arkeologi, yang juga berarti ilmu mengenai peninggalan-peninggalan.

Seperti halnya yang belajar ilmu hadits tapi tidak menguasai ilmu atsar, maka tidak lengkap ilmunya.

"Ilmu atsar banyak dimiliki oleh para ahli ziarah. Para ahli ziarah menemukan di Palang Tuban, kuburan dan masjid bersejarah bernama Syekh Ibrahim As-Samarkandi," terang Buya Arrazy Hasyim.

Baca Juga: Karomah Syekh Abdul Qodir Al Jailani Berdebat dengan Munkar Nakir untuk Tolong Muridnya di Alam Kubur

Orang lokal dengan tradisi yang berbeda mengenalnya dengan Mbah Asmoro, dan menurut Buya Arrazy Hasyim bukan cocokologi tapi memang para kiai menjelaskannya demikian.

Syekh Ibrahim As-Samarkandi memiliki anak ulama besar dan menjadi pemimpin serta ulama kharismatik di Surabaya atau Ampel Denta yakni Sunan Ampel.

Sunan Ampel memiliki anak bernama Sunan Bonang, yang memiliki murid Sunan Kalijaga dan ditulis dalam kitab-kitab atau sanad-sanad keilmuan di pesantren-pesantren.

Sementara di Banten dan Cirebon ada Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Dzati yang di bahasa lokal menjadi Sunan Gunung Jati.

Baca Juga: Peluang Juara Super 500 Terbuka, Ganda Campuran Rinov-Pitha ke Babak Final Malaysia Masters 2022

"Lagi-lagi bukan cocokologi, warga lokal tidak terbiasa melafalkan dzati sehingga menyebut jati," terang Buya Arrazy Hasyim.

Nama tersebut merupakan nama kewalian Syarif Hidayatullah, yang merupakan makna fidzatillah atau mabuk dalam mencintai Allah.

Sunan Gunung Jati memiliki keturunan para raja, ada yang cenderung memimpin kerajaan pemerintahan dan ada juga yang cenderung memimpin pesantren.

"Maka jangan heran jika tradisi-tradisi pesantren mirip dengan tradisi keraton. Santri-santri bersikap kepada kiai seperti kepada raja. Tradisi ini dibenarkan beberapa kitab seperti ta'limul mutaalim dan lainnya," terangnya.

Baca Juga: Benarkah Sunan Gunung Jati Pembawa Shahih Bukhari ke Nusantara? Kisah Dakwah Islam Walisongo

Sunan Gunung Jati juga memiliki keturunan di Banten, sehingga sampai pada ulama kharismatik Maulana Syekh Nawawi Al-Bantani dan banyak keturunan ulama besar lainnya.

Salah satu ilmu hadits menurut Buya Arrazy Hasyim adalah marifat, sehingga adanya para ulama menunjukan keturunan para wali.

Yang kedua adalah ilmu atsar, jika tidak menemukan di ilmu nasab maka menggunakan ilmu atsar atau peninggalan-peninggalan sejarah.

"Tertulis angka dan beberapa literasi baik dengan bahasa hanacaraka, ada juga yang ditulis dengan bahasa arab yang dibaca ala Jawa atau Jawi mriki atau Jawi kampung sini. Sementara Jawi sumatera adalah melayu," ujar Buya Arrazy Hasyim.

Baca Juga: Syekh Nawawi Al-Bantani Suguhkan Rambutan Segar Secara Tiba-Tiba Tanpa Memanjat Pohon, Keramat Para Wali

Buya Arrazy Hasyim mengkaji naskah-naskah Jawa kuno bersama peneliti yang cakap berbahasa Jawa, ternyata ada ilmu yang diwariskan para sunan atau Walisongo.

Khususnya dari sisi pesantren dan manuskripnya banyak, khususnya di perpustakaan Nasional atau di bagian khazanah Islam Kementerian Agama.

Bisa juga membaca karya sastrawan yang ahli ruhani dari keraton di Jawa. Ada yang menulis serat Hidayat Jati karya Rangga Warsita murid kiai Besari, salah satu pimpinan pesantren awal di Jawa.

Baca Juga: Karomah Para Wali, Mbah Kholil Tangkap Harimau Buas dengan Tangan Kosong

"Sanad kiai Besari pun nyambung ke Walisongo. Bukan cocokologi, semua ada datanya, ada sejarahnya dan bukunya yang diantaranya diselamatkan orang Belanda," pungkas Buya Arrazy Hasyim. *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: YouTube At-Tirfasy Channel

Tags

Terkini

Terpopuler