PORTAL MAJALENGKA - Beragam cara dilakukan Sunan Gunung Djati dalam penyebaran Islam di Tatar Sunda. Yang menarik adalah di antara ragam cara tersebut ia juga menjadikan sastra suluk pesisiran sebagai pintu masuk.
SUNAN Gunung Jati mengajarkan suluk pesisiran melalui sejumlah arsitektur bangunan yang ia dirikan, salah satu di antaranya adalah arsitektur Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Hasilnya ialah sampai hari ini masih dapat disaksikan keindahan suluk pesisiran pada pintu gerbang utama, atap, kolom/tiang (saka), dinding dan pintu, ruang utama, dan serambi masjid itu.
Secara ringkas, pesan suluk pesisiran yang ingin disampaikan adalah seorang salik (pelaku suluk) yang akan memasuki baitullah (rumah Tuhan) dianjurkan berpakaian rapi dan indah dengan tetap mengingat empat perkara agar tidak tersesat selamanya.
Kukuhkan kalimat tauhid (la ilaha ilallah, „tiada Tuhan selain Allah‟) dengan tetap melaksanakan salat fardu dan sunah.
Seorang salik harus selalu berpegang kepada ‘aqaid (pokok keimanan) dengan memelihara kesucian secara kukuh dan kuat, tidak mudah digoyahkan oleh segala cobaan yang menimpa. Itulah hayyun bila ruhin (hidup tanpa ruh) yang diajarkan Wali Sanga.
Baca Juga: Gus Dur Kecil Suka Nonton Wayang sampai Subuh, Mbah Hasyim Asy'ari Tak Marah, Malah Lakukan Ini
Adapun makna bangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa didalamnya terdapat serambi/teras, dimana masjid lama di Indonesia kerap dilengkapi bangunan tambahan yang dinamai serambi.