“Saya dukung STY out karena percuma kita punya pelatih hebat soal taktikal tapi para pemain kitanya 'gak bisa' mengeksekusi taktik tersebut. Sindirian 'Pep Guardiola pun bakal kesulitan kalau latih Timnas' itu sangat relate,” katanya.
Lebih lanjut menurut Ardy eksekusi taktik pemain sepak bola Indonesia semakin baik, namun ada persoalan mendasar yang jadi masalah pada pemain Timnas dalam finishing di setiap pertandingan, dan bagi Ardy hal tersebut diakibatkan federasi dan Klub.
Dia juga menyinggung soal klub-klub di Liga 1 yang mengeluarkan banyak uang untuk pemain dan pelatih asing, dan melupakan sarana dan prasarana untuk perkembangan para pemain lokal.
“Contoh gampang. Banyak pemain Garuda Select (GS) yang potensial. Bagas Kahfi, Kakang, Fajar Rahman, David Maulana, Bryan Aldama dan lain-lain. Begitu ke klub Indonesia potensi mereka gak keliatan. Selain gak dapet menit bermain, alasannya ya karena infrastruktur kita ga seperti di GS,” kata Ardy.
Lanjut menurut Ardy, perlunya ada pembenahan infrastruktur untuk pengembangan para pemain sepak bola di Indonesia oleh para Klubnya.
Baginya, STY tidak akan menyelesaikan masalah sepak bola dalam negeri. Kekalahan melawan Vietnam dalam laga semifinal Piala AFF 2022 merupakan kesalahan ekskutif taktik, terutama terkait dengan kualitas dasar pemain. *