Telstar 18, Bola Buatan Majalengka yang langganan dipakai di Piala Dunia

6 September 2020, 10:55 WIB
Ilustrasi bola Telstar /Instagram.com/@serdyephyfano09/Instagram

PORTAL MAJALENGKA - Dari dulu, Indonesia memang tidak pernah bermain di ajang sekaliber Piala Dunia.

Namun kita patut berbangga karena Indonesia akan selalu ambil bagian dalam kompetisi tersebut, baik dari latihan para tim peserta, pertandingan pembuka, hingga laga final.

Sebab, bola yang digunakan dalam kompetisi bergensi kelas internasional tersebut ternyata di buat di kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Indonesia.

Baca Juga: Melihat Daerah Terluar dan Batas-batas Wilayah Kabupaten Majalengka

Menariknya lagi, pabrikan bola yang bertempat di Desa Liang Julang kecamatan Kadipaten ini ternyata bukan pertama kalinya.

Telstar 18, bola hasil buatan dari Majalengka yang digunakan di Piala Dunia 2018 kemarin. Sukses PT. Sinjaraga Santika Sport di tahun 1998 akhirnya terus berlanjut.

Tidak hanya Piala Dunia 1998 saja, tetapi pada Piala Dunia di edisi selanjutnya masih menggunakan pabrikan yang sama.

Baca Juga: Shin Tae-yong : Kalah Lawan Bulgaria Bukan Masalah

Ya, pada Piala Dunia 2002 di Jepang-Korea Selatan, Piala Dunia 2006 di Jerman, Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, dan terakhir Piala Dunia 2014 di Brasil semuanya dibuat di Majalengka melalui PT. Sinjaraga Santika Sport.

Biasanya, PT. Sinjaraga Santika Sport dapat mengeluarkan 100 ribu bola dan satu bolanya bisa dikenakan seharaga 5 hingga 15 USD atau sekitar Rp68 ribu hingga Rp206 ribu.

Bola dari Majalengka dibuat dari PT Sinjaraga Santika Sport. Pabrik bola Majalengka yang berada dalam naungan PT Sinjaraga Santika Sport (Triple S) ini didirikan oleh Irwan Suryanto yang juga menjabat sebagai direktur dalam pabrikan bola tersebut.

Baca Juga: Potensi Politik Uang Ada di Pilkada Apapun

Sebelum menjadi pengusaha bola yang sukses, Irwan pernah bekerja dari titik nol yaitu sebagai kuli, kernet, dan juga sopir angkutan umum.

Singkat cerita, Irwan yang juga gemar olahraga tenis ini pernah menjadi salah satu pengurus pusat Persatuan Olahraga Tenis Indonesia.

Dari sinilah awal kesuksesan Irwan dimulai. Di tempat bekerjanya ini, ia bertemu dan berkenalan dengan investor asal Korea bernama Kim yang membuatnya beralih pekerjaan menjadi pebisnis dalam bidang peralatan olahraga.

Baca Juga: Emil : Kenaikan Tarif Tol Tidak Bijak

Pada tahun 1994, berdasarkan saran dari Kim, Irwan meminjam dana sebesar 300 juta rupiah untuk membangun pabrik bola di tempat asalnya tersebut.

Akhirnya di tahun tersebut berdirilah PT. Sinjaraga Santika Sport. “Saat itu Kim bilang jangan tanggung-tanggung, harus standar internasional,” jelasnya.

Awalnya, Irwan memutuskan untuk melepas 20 pemuda dari Majalengka untuk melakukan pelatihan produksi di Korea.

Baca Juga: Cerita Pengusaha Sukses Asal Majalengka Menembus Bisnis di Dunia Internasional

Tujuannya jelas supaya kualitas barang produksi yang dijual maksimal dan dapat diterima di dunia.

Seiring berjalannya waktu, Irwan akhirnya mempunyai 500 karyawan dan mulai mengekspor bola hasil buatannya sendiri.

Tak membutuhkan waktu lama, bola hasil pabrikannya ini langsung dipercaya dari luar negeri.

Baca Juga: Berkunjung ke Majalengka, Jangan Lupa Datang ke 9 Tempat wisata ini!

Awalnya, pihaknya menerima dan harus mengerjakan sebanyak 2.000 bola sebulan dari Korea. Setelah itu bertambah menjadi 5.000 per bulan.

Di tahun 1995, pesanan terus meningkat menjadi 10.000 per bulan dan di tahu berikutnya menjadi 15.000 per bulan.

Tidak hanya dari Korea saja, tetapi juga negara-negara lain, seperti Uni Emirat Arab, Brasil, Jepang, dan beberapa negara di Amerika Latin.

Baca Juga: Jamsostek Coret 1,6 Juta Penerima BLT Rp 600 Ribu, Cek Nama Anda Disini!

Banyak pesanan yang datang tentu kedengarannya memang terlihat langsung sukses bukan? Kenyataannya tidaklah demikian, bahkan perusahaan Irwan tersebut nyaris saja bangkrut.

Hal itu terjadi karena satu bola dihargai Rp100 sementara biaya untuk produksi tentunya terus meningkat.

Situasi ini pun membuat Irwan mengalami kerugian selama 2 tahun dan nyaris bangkrut.

Baca Juga: Tumbuhan Langka, yang Hanya Ada di Indonesia

Situasi ini membuat Irwan akhirnya menyerahkan semuanya kepada Yang Mahakuasa dan ia pun mencari ilham dari-Nya dengan pergi ibadah haji.

Setelah pulang dari ibadah haji, Irwan memberanikan diri untuk memutus kerjasama dengan sejumlah pihak, termasuk Kim yang paling banyak mendapatkan keuntungan dari hasil usahaya tersebut.

Situasi ini nyatanya membuat rintangan yang harus dihadapi oleh Irwan semakin berat. Pada awal 1998 saat itu perekonomian Indonesia tengah kriris, namun Irwan masih belum mau menyerah.

Baca Juga: Hingga 5 September 2020, Ini Sebaran Covid-19 di 34 Provinsi

Titik awal kesuksesan Irwan akhirnya datang di tahun 1998. Saat itu, ia mendapat pesanan dari salah satu pemegang lisensi Piala Dunia di tahun tersebut, yaitu Harry Romies, salah satu pemilik jaringan swalayan besar di Eropa.

Bola yang dibuat oleh Irwan ternyata lolos lisensi dari FIFA dan perusahaannya jugalah yang pertama dari Indonesia yang mendapat lisensi tersebut.

Akhirnya, pesanan bola yang akan digunakan di Piala Dunia banyak berdatangan dan saat ini, penghasilan yang ia dapatkan bisa mencapai Rp500 juta per bulan.

Baca Juga: 3M Prokes ka Kober Murid Yatim Piatu ti Bhabinkamtibmas Polsek Majalengka Kota

 

Sejak MEA, Bola Banyak Dikirim ke Timur Tengah

Sementara itu, General Manager  PT Sinjaraga Santika Sport, Jefry Romdonny mengungkapakan, setelah mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), perlahan tapi pasti dampaknya mulai dirasakan pengusaha bola Triples.

Namun kata dia, lambat laun adanya MEA akan berpengaruh terhadap produksi bola asal Majalengka sebab bakal bersaing dengan barang produk luar negeri yang bebas masuk ke Indonesia.

Baca Juga: Kejari Majalengka Malire ka Wartawan, Masrahkeun Sembako jeung Masker

“Yang terpenting, Kualitas harus tetap dipertahankan untuk bisa menjadi yang terbaik,” ujar Jefry, Minggu 6 September 2020.

Menurutnya, beberapa tahu kebelakang, bola Majalengka bisa masuk ke kawasan Asean seperti Malaysia dan Brunai Darussalam.

Tetapi, kini produksi bolanya justru tengah ekspor ke kawasan timur tengah. “Kita harus tetap optimistis dengan  diberlakukannya MEA ini dengan selalu menjaga dan meningkatkan kualitas SDM maupun kualitas produk,” ujarnya.***

 

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler