Tak jauh dari situ, terdapat dua makam anggota tentara asal Surabaya yang gugur saat berjuang bersama masyarakat dalam melawan PKI yang berada di belakang rumah warga.
Diceritakan pemilik rumah dalam buku yang sama, bahwa makam kedua orang tersebut tidak dapat dipindahkan, karena memang saat membeli rumah, ayahnya sempat didatangi 2 orang untuk ikut tinggal bersama mereka.
Baca Juga: Ketat! Saling Serang, Persija Jakarta Imbang 0-0 saat Menjamu Pemuncak Klasemen Liga 1 Madura United
Tak jauh dari situ, terdapat rumah sakit rehabilitasi paru-paru, dan di batas bangunan ini terdapat sebuah makam yang diyakini merupakan korban PKI.
Makam ini milik Muhammad Rodhi, seorang tentara Hizbullah pejuang kemerdekaan yang gugur karena dimutilasi oleh pasukan PKI.
Barulah tak jauh dari situ, terdapat monumen di Desa Kresek yang mengingatkan kepada para korban pembantaian yang dilakukan PKI 1948.
Baca Juga: Tanpa Asnawi dan Bermain dengan 10 Pemain, Ansan Greeners Amankan Poin saat Menjamu Seoul E land
Dalam dinding itu tertulis 17 nama yang gugur yaitu Kolonel Maryadi, Letkol Wiyono, Inspektur Polisi Suparbak, May Istiklah, RM Sarjono (Patih Madiun), Kyai
Husein (Anggota DPRD Kabupaten Madiun).
Tidak sampai disitu, tulisan itu dilanjutkan dengan nama Muhammad (Pegawai Dinas Kesehatan), Abdul Rohman (Asisten Wedono Jiwan), Sosro Diprojo (Staf PG Rejo Agung).
Bahkan beberapa guru yang mengajar di sekolah pun jadi sasaran, yaitu Suharto (Guru Sekolah Pertanian Madiun) dan Sapirin (Guru Sekolah Budi Utomo Madiun).