PORTAL MAJALENGKA - Orang tua adalah guru pertama bagi Gus Dur dalam mengenal segala tentang kehidupan. Kemudian Gus Dur belajar kepada sang kakek, KH Hasyim Asy'ari yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama.
Kala itu Gus Dur tinggal serumah dengan kakeknya, ia diajari mengaji dan membaca al-Qur'an.
Dalam usia lima tahun ia telah lancar membaca al-Qur'an, kemudian sang ayah pindah ke Jakarta, di samping belajar formal di sekolah, Gus Dur masuk juga mengikuti les privat Bahasa Belanda.
Guru lesnya bernama Willem Buhl, seorang Jerman yang telah masuk Islam, yang mengganti namanya dengan Iskandar.
Untuk menambah pelajaran Bahasa Belanda tersebut, Buhl selalu menyajikan musik klasik yang biasa dinikmati oleh orang dewasa. Inilah pertama kali persentuhan Gu Dur dengan dunia Barat dan dari sini pula Gus Dur mulai tertarik dan mencintai musik klasik.
Menjelang kelulusannya di Sekolah Dasar, Gus Dur memenangkan lomba karya tulis (mengarang) se-wilayah kota Jakarta dan menerima hadiah dari pemerintah.
Baca Juga: Hebat! Setelah Lolos MBKM, 34 Mahasiswa PGSD FKIP UNMA Siap Kuliah di Perguruan Tinggi Luar Jawa
Pengalaman ini menjelaskan bahwa Gus Dur telah mampu menuangkan gagasan dam ide-idenya dalam sebuah tulisan. Karenanya wajar jika pada masa kemudian tulisan-tulisan Gus Dur menghiasai berbagai media massa.