Untuk diketahui, penyuntikan vaksin COVID-19 ini dilakukan dua tahap, Suntikan pertama kami dapatkan pada 21 Oktober, lalu suntikan kedua di 23 November.
"Termin kedua bagi temanteman di KBRI yang belum divaksinasi dibuka pada 23 November untuk suntikan pertama dan 5 Desember untuk suntikan kedua”, tutur Husin Bagis.
Baca Juga: Sampai Akhir Oktober 2020, Ini Besaran Utang Luar Negeri Indonesia
Lebih lanjut lagi Husin Bugis menyampaikan kondisinya setelah menerima vaksinasi COVID-19, Alhamdulillah sejauh ini tidak ada hal-hal yang berbeda dari diri dan kesehatan saya setelah divaksinasi COVID-19.
"Semua berjalan lancar, saya tanyakan istri dan mengevaluasi kondisi teman-teman di KBRI yang lain, sebagian besar baik-baik saja, hanya satu dua yang sedikit takut setelah itu normal. Kemudian akan ada semacam tes anti bodi terhadap saya, untuk melihat kemanjuran vaksin tersebut”, ungkapnya.
Kemajuan UEA dalam memberikan program vaksinasi COVID-19 menurut Husin Bagis adalah buah dari kebijakan dalam negeri yang terkontrol dan diplomasi luar negeri yang terukur.
Baca Juga: Forum Keserasian Sosial Kampung Kaputren Desa Putridalem Gelar Dialog Tematik
Semenjak COVID-19 melanda UEA, kebijakan dalam negeri langsung menerapkan protokol kesehatan standar WHO, kegiatan keagamaan dan perkawinan dibatasi.
Sementara itu, kebijakan luar negeri pemerintah UEA waktu itu berfikir bahwa yang pertama kali terdampak COVID-19 adalah Tiongkok, berdasarkan hal itu Pemerintah UEA langsung menghubungi Sinopharm untuk bekerja sama karena berfikir Tiongkok pasti akan mengawali usaha penemuan solusi pandemi ini.
Pada akhirnya Pemerintah UEA dan Tiongkok bekerja sama melalui perusahaan G42, di Abu Dhabi. Awalnya G42 ini perusahaan teknologi di bidang pengembangan artificial intelligence, yang kini mensuplai vaksin COVID-19.