Antara Daendels dan Pangeran Diponegoro

- 7 September 2022, 08:00 WIB
Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro /Tangkapan layar kanal YouTube/MARKEMPROSS

Misalnya, hingga pengujung abad ke-17 Jepara masih terpisah dengan Pulau Jawa. Pun demikian dengan Semarang. Sedimentasi di daerah itu baru memasuki periodenya pada abad ke-17

Itulah yang sampai kini banyak terjadi salah kaprah," kata Ravie seperti dikutip dalam Buku Napak Tilas Jalan Daendels karya Angga Indrawan.

Baca Juga: 5 Pesan Habib Luthfi bin Yahya Tentang PANCASILA DAN NASIONALISME

Lelaki yang aktif dalam pelestarian sejarah Kota Kebumen melalui organisasinya, Komunitas Wahyu Pancasila, berkenan membongkar semua dokumen yang pernah ditelitinya. 

Nama Daendels ternyata tidak terlepas dari kisah heroik Pangeran Diponegoro beserta pasukannya pada 1825-1830.

Jalur tersebut merupakan jalur gerilya dalam melakukan 'pemberontakan? Rute itu juga tertulis jelas dalam buku de Java Oorlog 1825-1830 yang masyhur itu

Baca Juga: KESAKSIAN NYATA Habib Luthfi Bin Yahya Tentang Sosok Gus Muwafiq

Singkatnya, kata Ravie, setelah Pangeran Diponegoro tertangkap pada 1830, masih terjadi banyak pemberontakan di pesisir selatan, tepatnya di daerah Panjer yang kini bernama Kebumen.

Suatu ketika, salah satu pengikut Diponegoro yang ikut tertangkap bersamanya, RM Mangun Prawiro, berhasil 'dijinakkan' Belanda melalui upeti dan pemberian wewenang sebagai abdi Belanda

RM Mangun Prawiro diberi jabatan khusus sebagai kepala keamanan di Jawa selatan. RM Mangun Prawiro kemudian berhasil menumpas pemberontakan di Kebumen.

Halaman:

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Napak Tilas Jalan Daendels


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah