Mengenang Semarang Kota Bekas Laut yang Dilewati Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels

- 1 September 2022, 07:49 WIB
Gereja Blenduk di Semarang. Menelusuri Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels
Gereja Blenduk di Semarang. Menelusuri Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels /Tangkapan layar Youtube TS Media/

PORTAL MAJALENGKA - Penelusuran Jalan Raya Pos atau lebih dikenal Jalan Anyer Panarukan kali ini membahas sekitar Semarang, Jawa Tengah.

Jalan poros yang dibangun Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels itu memanjang dari ujung Barat hingga Timur Pulau Jawa.

Setelah 128 kilometer dari Pekalongan melewati Batang, gelapnya Alas Roban, Weleri, dan Kendal, tibalah di Semarang. 

Baca Juga: Kisah Keramat Wali Gus Miek Bimbing 3 Preman Bertaubat, Padahal Telah Lama Wafat

Cerita mengenai Semarang dari masa ke masa, masih lekat dalam tiap ingatannya. Jongkie Tio tak ingin disebut sebagai sejarawan.

Kendati demikian, perannya jelas besar dalam mengangkat sisi sejarah Semarang. Kenangan tentang kota kelahirannya itu, tertuang jelas dalam bukunya: Semarang dalam Kenangan (2005).

Sebuah buku berisi 278 foto kuno yang kemudian menjadi pelecut semangat beberapa pegiat sejarah itu mengulas pentingnya menjaga warisan sejarah. 

Baca Juga: Titik Nol Pekalongan, Bukti Megaproyek Daendels Membangun Jalan Anyer Panarukan

Semarang, 520 kilometer dari Jakarta, tak lepas dari rekam sepenggal proyek Daendels di sana.

Dibangun sebagai pusat kekuatan militer dan pabrik mesiu, Semarang disulap kemudian sebagai salah satu kota pelabuhan penting di pesisir Jawa Tengah. 

Geomorfologi Semarang mendukung tata kota yang dibangun pemerintah kolonial. Kota ini sebuah daratan bekas laut yang dikelilingi empat bukit searah jarum jam: Bukit Candi, Bergota, Mugas, dan Simongan.

Baca Juga: Teror Malaria di Pekalongan, Menelusuri Pembangunan Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels

Tata kota yang begitu brilian, di pesisir dibangun sebuah lokasi pertahanan dan bisnis pelabuhan, sedangkan wilayah selatan yang berbukit-bukit dirancang sebagai kawasan peristirahatan. 

Semarang, kata Jongkie, telah menjadi pusat kekuatan Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC sebelum Daendels datang.

Sebagian sejarah mencatat, ini tidak terlepas dari peristiwa pada 1705 saat Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC.

Baca Juga: TIRAKAT Sunan Gunung Jati dan Walisongo di Puncak Gunung Ciremai, Berikut Buktinya

Penyerahan wilayah itu sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah membantu merebut Kartasura. 

Sejak saat itu Semarang resmi menjadi kota milik VOC yang kemudian pertumbuhan kota menjadi begitu masif.

Peninggalannya terlihat kini dengan keberadaan Kota Lama Semarang yang ditebari bangunan peninggalan kolonial produk abad ke-18. 

Baca Juga: KESAKTIAN Putra Sunan Gunung Jati yang Gagah Berani, Hadapi Para Perompak Seorang Diri

Seabad kemudian Daendels datang dan menghubungkan satu daerah ke daerah lainnya di Semarang. Dahulunya, kata dia, Semarang lebih mengutamakan sarana air untuk transportasinya. 

"Jika jalur itu dulu sebagai pergerakan tentara, sekarang perekonomian Semarang yang mengambil manfaatnya," ungkap Jongkie seperti dikutip dalam Buku Napak Tilas Jalan Daendels karya Angga Indrawan. 

Hal ini dibuktikan dengan tumbuhnya banyak usaha sepanjang jalan Jenderal Sudirman, Jalan Pemuda, hingga memasuki Kota Lama Semarang.

Baca Juga: Head To Head dan Prediksi Zlate Moravce vs AS Trencin, Catat Tanggalnya Derby Indonesian di Superliga Slovakia

Semua jalur yang berawal dari fondasi Groote Postweg itu hidup dan menjadi pusat bisnis prestisius di kota lumpia ini. 

Penulis menghubungi Muhammad Yogi Fajri, salah satu aktivis sejarah dari komunitas Lopen Semarang.

Dalam kepalanya, tertuang informasi jelas bangunan-bangunan tua di meski puluhan kali telah berubah bentuk. 

Baca Juga: Abu Nawas Dianggap Gila, Mencari Neraka di Rumah Warga Membuat Sultan Harun Al Rasyid Terbahak-bahak

Ini jalur pantai utara tempat terhubung langsung Semarang dengan kotakota lain semisal Demak, Pati, dan Rembang. 

Jalan Wali Songo terhubung dengan Jalan Jenderal Sudirman yang kemudian menghubungkan jalur masuk pertama kali menuju Tugu Muda Semarang di Jalan MGR Soegijapranata.***

 

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Napak Tilas Jalan Daendels


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x