KH Abdul Halim, Sosok Ulama Majalengka Pencetus Sistem Pendidikan yang Brilian Era Revolusi Kemerdekaan

16 November 2022, 17:43 WIB
KH Abdul Halim putra KH Muhammad Iskandar /YouTube

PORTAL MAJALENGKA - KH Abdul Halim putra KH Muhammad Iskandar, lahir 26 Juni 1887,Ciborelang, Jatiwangi, Majalengka, Karesidenan Cirebon, Hindia Belanda. Beliau anak terakhir dari delapan bersaudara.

KH Abdul Halim merupakan salah satu ulama pejuang revolusi kemerdekaan Indonesia di Jawa Barat, sekaligus merupakan pendiri Pesantren Santi Asromo di Majalengka yang sekarang masih terus berkembang.

Jauh sebelum Pesantren Santi Asromo didirikan pada bulan April tahun 1932. KH Abdul Halim sudah mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Majlisul Ilmi yang dibentuk pada tahun 1911, meski dengan kondisi masih sangat sederhana hanya bertempat di mushala yang terbuat dari bambu.

Baca Juga: Mengenal KH Abdul Halim, Sosok Ulama dan Tokoh Nasional yang Reformis Asal Majalengka juga Pendiri PUI

Setahun setelah itu, KH Abdul Halim juga berhasil mendirikan organisasi yang bernama Hayatul Qulub. melalui organisasi ini beliau banyak mengembangkan gagasan pembaruan pendidikan serta bidang sosial kemasyarakatan.

Dalam upaya perjuangannya untuk terus mengembangkan dunia pendidikan bagi bangsa Indonesia khususnya di Jawa Barat. Pada tahun 1916 beliau kembali mendirikan organisasi yang bernama Jamiyah Ianah Muta’allimin.

Melalui risalahnya yang berjudul Afatul Ijtimaiyah wa Ilajuha dalam Kongres Persyarikatan Oelama IX pada tahun 1931, beliau kemudian menyampaikan konsep gagasan pendidikan yang sangat brilian.

Baca Juga: Peringatan HSP Ke-93, Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar Ajak Generasi Muda Bangkitkan Perekonomian Desa

Dalam risalahnya tersebut beliau menjelaskan bahwa anak didik di masa depan harus dapat hidup mandiri dan tidak boleh terus bergantung kepada orang lain.

Atas dasar pertimbangan itu, maka setiap anak didik harus diberi bekal keterampilan yang cukup, sesuai dengan kecenderungan dan bakatnya masing-masing.

Gagasan tersebut sangat mendapat perhatian para anggota konggres saat itu sehingga berhasil disepakati bersama dan mendapat dukukungan penuh.

Baca Juga: Yuk Mengenal Jajanan Manis Gula Cakar yang Unik Khas Majalengka

Untuk meralisasikan gagasan tersebut KH Abdul Halim kemudian mengelola sebuah program pendidikan yang tempatnya dibangun secara terpisah dan khusus. Program pendidikan itu selanjutnya dikenal dengan nama Santi Asromo.

Gagasan KH Abdul Halim itupun kembali disampaikan dalam Kongres Persyarikatan Oelama X tanggal 14-17 Juli 1932 di Majalengka hingga menjadi sebuah keputusan kongres.

Akhirnya Pengurus Besar Persyarikatan Oelama (sekarang PB PUI) Majelis Perguruan memutuskan bahwa, disamping sistem pondok pesantren mengajarkan pelajaran agama dan pengetahuan umum. juga perlu diadakan pelajaran praktik.

Sejatinya dengan sistem pendidikan pondok pesantren yang demikian tujuannya agar santri dapat memperoleh pendidikan akliyah, pendidikan ruhaniyah dan pendidikan amaliyah.

Dengan begitu diharapkan nantinya para santri yang telah dinyatakan lulis keluar benar-benar mandiri siap hidup ditengah masyarakat tanpa bergantung kepada pihak lain.

Karena itu para siswa atau santri Pesantren Santi Asromo ditekankan agar tinggal di asrama atau pondok selama 5 atau 10 tahun, dan diharuskan membawa bekal tiap-tiap bulan yang diserahkan kepada pengurus, tidak dipungut uang sekolah, dan anak-anak harus belajar sendiri.

Program pendidikan Santi Asromo terus berkembang. Pendirian Santi Asromo banyak mendapat dukungan yang sangat besar dari masyarakat dan para tokoh Persyarikatan Oelama (sekarang PUI). Mereka banyak memberi dukungan moril maupun materiil.

Mata pelajaran agama yang diajarkan di Pesantren Santi Asromo terdiri atas al-Quran, Qiraah, Khat, Imla, Ilmu Tauhid, Fiqih, Lugah, Ilmu Tajwid, Muhaddasah, Insya, Ilmu Nahwu, Ilmu Sharaf, Tarikh dan Akhlak.

Sedangkan mata pelajaran umum yang diajarkan di Pesantren Santi Asromo meliputi menggambar, berhitung, membaca dan menulis hurup Jawa dan Latin, ilmu bumi, bahasa Indonesia, serta ilmu tumbuh-tumbuhan.

Adapun mata pelajaran keterampilan yang disajikan mencakup bercocok tanam, beternak, perikanan, dan pekerjaan tangan seperti kerajinan kayu, bambu dan besi. Selain itu diajarkan pula keterampilan menenun dan menjahit pakaian serta belajar membuat minyak wangi dan sabun.

Dengan berbagai kegiatan seperti itu, santri Pesantren Santi Asromo dikenal dengan sebutan Santri Lucu, yang maksudnya bahwa para santri tidak saja pandai mengaji, menulis dan memiliki ilmu pengetahuan, akan tetapi mereka juga memiliki keahlian (skill) dalam berbagai lapangan kerja.

Dengan demikian kelak di dalam menjalani kehidupan di msyarakat para santri diharapkan dapat hidup mandiri bahkan membantu orang lain.

Di samping mengembangkan bidang pendidikan agama, umum dan keterampilan, KH Abdul Halim juga memperluas usaha bidang dakwah. Dalam bidang dakwah, ia selalu menjalin hubungan dengan beberapa organisasi Islam lainnnya di Indonesia, seperti dengan Muhammadiyah di Yogyakarta, Sarekat Islam (SI) di Surabaya, dan Al-Ittihadiyatul Islamiyah di Sukabumi.

Inti dakwahnya adalah mengukuhkan ukhwah Islamiyah dengan penuh cinta kasih, sebagai usaha menampakkan syiar Islam.

Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa dakwah yang dilakukan KH Abdul Halim adalah mempersatukan umat Islam guna mengusir kaum penjajah.***

Editor: Muhammad Ayus

Tags

Terkini

Terpopuler