PORTAL MAJALENGKA - Terlepas dari kontroversi sejarah tentang kakek dari Sunan Gunung Jati yang mengatakan memeluk Islam atau agama lain.
Kakek dari Sunan Gunung Jati ini telah melahirkan keturunan yang hebat seperti Sunan Gunung Jati cucunya.
Sunan Gunung Jati berhasil menyiarkan agama Islam di Tatar Pasundan yang sebelumnya menganut ajaran Sunda Wiwitan.
Diambil dari sumber sejarah lokal seperti Babad Tanah Cirebon, beberapa tokoh yang berjasa dalam penyebaran agama Islam adalah keturunan dari Prabu Siliwangi.
Pangeran Walang Sungsang, Nyimas Rara Santang, dan Raden Kian Santang adalah putra Prabu Siliwangi dari istri Nyimas Subang Larang.
Adapun Sunan Gunung Jati merupakan cucu dari Prabu Siliwangi putra dari Nyimas Rara Santang putri dari Nyimas Subang Larang.
Baca Juga: Fabio Quartararo dan Johann Zarco Perpanjang Kutukan MotoGP Prancis Setelah Gagal Juara
Prabu Siliwangi sendiri memiliki nama asli Prabu Jaya Dewata atau Sri Baduga Maha Raja, merupakan raja Pakuan Pajajaran.
Nyi Subang Larang sendiri adalah seorang puteri dari Ki Gede Tapa yang menjadi Penguasa di Syah Bandar Karawang.
Peristiwa pernikahannya terjadi ketika Prabu Siliwangi belum menjadi raja Pajajaran; ia masih bergelar Prabu Jaya Dewata atau Prabu Pamanah Rasa.
Baca Juga: Doa Kanjeng Sunan Gunung Jati Datangkan Rezeki Berlimpah, Dagangan Laris Manis Cepat Habis
Prabu Jaya Dewata saat itu hanya menjadi raja bawahan di wilayah Sindangkasih (Majalengka).
Kerajaan Sindang Kasih adalah salah satu wilayah kekuasaan kerajaan Galuh yang diperintah oleh ayahnya Prabu Dewa Niskala.
Sedangkan kerajaan Sunda-Surawisesa (Pakuan/Bogor) masih dipegang oleh kakak ayahnya Prabu Susuk Tunggal.
Nyimas Subang Larang sebelum menjadi permaisuri dari Prabu Siliwangi telah memeluk Islam dan menjadi santri dari Syekh Hasanuddin atau Syekh Quro.
Syekh Hasanuddin datang ke pulau Jawa tepatnya di Karawang, bersama armada ekspedisi Muhammad Cheng Ho dari dinasti Ming pada tahun 1405 M.
Sesampainya di Karawang, Syekh Hasanudin mendirikan pesantren yang diberi nama Pondok Quro. Oleh karena itu ia mendapat gelar Syekh Quro.
Baca Juga: Hasil Race MotoGP Prancis 2022: Enea Bastianini Juara, Ini Posisi Marc Marquez
Ajaran yang dikembangkan oleh Syekh Quro adalah ajaran Islam Madzhab Hanafiah.
Pondok Quro yang didirikan oleh Syekh Hasanuddin tersebut merupakan lembaga pendidikan Islam atau pesantren pertama di tanah Pasundan.
Kemudian setelah itu muncul pondok pesantren di Amparan Jati daerah Gunung Jati (Syekh Nurul Jati).
Setelah Syeikh Nurul Jati meninggal dunia, pondok pesantren Amparan Jati dipimpin oleh Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Idhofi,
Baca Juga: Hasil Race Moto3 Prancis 2022: Jaume Masia Berkuasa, Ini Posisi Mario Aji
Syekh Datuk Kahfi adalah ulama asal Arab yang mengembangkan ajaran Islam madzhab Syafi’iyyah.
Sepeninggal Syekh Hasanuddin, dakwah Islam dilanjutkan oleh anaknya di yaitu Musanuddin, yang lebih dikenal dengan nama Syeikh Benthong,
Syekh Musanudin merupakan salah satu orang yang termasuk kelompok wali di Jawa (Yuyus Suherman, 1995:13-14).
Baca Juga: Timnas Indonesia Lolos ke Semifinal SEA Games 2022 Kalahkan Myanmar, Park Hang Seo Melongo
Dengan latar belakang kehidupan keberagamaan ibunya seperti itulah, maka putra-putrinya melahirkan orang orang hebat yang kelak mendakwahkan agama Islam.
Nyimas Rara Santang memiliki putra Sunan Gunung Jati yang kelak menjadi Sultan Cirebon dan masuk dalam jajaran Wali Songo yang ada di Tanah Jawa. Wallahu a'lam bishawab.***