Ditipu Pencuri, Abu Nawas Malah Dapatkan Untung Besar!

- 19 November 2022, 15:07 WIB
Ilustrasi. Ditipu Pencuri, Abu Nawas Malah Dapatkan Untung Besar!
Ilustrasi. Ditipu Pencuri, Abu Nawas Malah Dapatkan Untung Besar! /

PORTAL MAJALENGKA - Abu Nawas dan istrinya yang mengalami kesulitan ekonomi, akhirnya memutuskan menjual keledai kesayangannya, yang juga merupakan satu-satunya kendaraan yang ia punya.

Dan sebenarnya ia tidak tega untuk menjualnya. Pada keesokan harinya, Abu Nawas pergi ke pasar membawa keledainya ke Pasar.

Abu Nawas tidak mengetahui adanya sekelompok pencuri yang berjumlah 4 orang dan telah mengetahui keadaan dan kondisi Abu Nawas.

Baca Juga: Abu Nawas Mengencingi Warung Tuan Hamid, Bukan Dimarahi Justru Ditertawai

Mereka pun sepakat untuk menyusun rencana untuk memperdaya Abu Nawas.

Ketika Abu Nawas beristirahat di bawah pohon, salah satu dari mereka mendekat dan berkata,

"Apa engkau akan menjual kambingmu?" Tanya pencuri tersebut.

Baca Juga: Abu Nawas Mampu Melewati Lautan dengan Berenang, Raja Harun Al-Rasyid Takjub

Abu Nawas terkejut mendengar pertanyaan yang tiba-tiba tersebut.

"Ini bukan kambing" kata Abu Nawas.

"Kalau bukan kambing, lalu apa?" tanya pencuri tersebut.

"Keledai" kata Abu Nawas.

Baca Juga: Abu Nawas Hendak Melahirkan dengan Dukun Bayi Sultan Harun Al Rasyid

"Kalau engkau yakin itu keledai, jual saja ke pasar dan tanyakan pada mereka" ujar komplotan pencuri itu kemudian berlalu.

Abu Nawas pun tidak terpengaruh dan kemudian ia meneruskan perjalanannya.

Ketika Abu Nawas sedang menunggang keledai, pencuri kedua pun menghampirinya dan berkata,

"Mengapa engkau menunggang kambing" tanya pencuri tersebut.

"Ini bukan kambing, tapi keledai" Jawab Abu Nawas.

"Kalau itu keledai, aku tidak akan bertanya seperti itu, dasar orang aneh. Kambing kok dikatakan keledai."

"Kalau ini kambing, aku tidak akan menungganginya," Jawab Abu Nawas tanpa ragu.

"Kalau kamu tidak percaya, pergilah ke pasar dan tanyakan kepada orang yang di sana" kata pencuri kedua sambil berlalu.

Abu Nawas masih belum terpengaruh dan tetap berjalan menuju pasar.

Pencuri yang ketiga menghampiri Abu Nawas dan berkata,

"Hai Abu Nawas, mau engkau bawa kemana kambing itu?"

Kali ini Abu Nawas tidak segera menjawab, ia pun mulai merasa ragu. Sudah tiga orang yang menyebut hewan yang ditungganginya itu adalah kambing.

Pencuri ketiga pun tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Ia semakin merecoki otak Abu Nawas.

"Sudahlah, berapapun kamu bersikeras mengatakan bahwa hewan itu keledai, nyatanya hewan itu adalah kambing.. Kambing.. Kambiiiing..!"

Abu Nawas pun berhenti sejenak untuk beristirahat di bawah pohon. Pencuri keempat melaksanakan strategi liciknya. Ia duduk di samping Abu Nawas dan mengajaknya berbincang.

"Bagus sekali kambingmu ini" Pencuri keempat membuka percakapan.

"Kamu juga yakin ini kambing?" tanya Abu Nawas.

"Loh.. Ya jelas sekali kalau hewan ini kambing. Kalau boleh aku ingin membelinya".

"Berapa kamu ingin membelinya?"

"Tiga dirham!"

Abu Nawas pun menyetujuinya. Setelah menerima uang dari pencuri itu, ia langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Abu Nawas dimarahi oleh istrinya.

"Jadi keledai itu kamu jual seharga tiga dirham hanya karena mereka menyebut keledai itu kambing?".

Abu Nawas tidak bisa menjawab dan hanya mendengarkan ocehan istrinya sembari menahan rasa dongkol. Kini ia baru menyadari bahwa ia telah diperdaya oleh komplotan pencuri.

Abu Nawas pun merencanakan sesuatu, ia pergi ke hutan dan mencari kayu untuk dijadikan tongkat yang akan menghasilkan uang. Rencana Abu Nawas berjalan dengan lancar.

Hampir semua orang membicarakan keajaiban tongkat Abu Nawas. Berita tersebut ternyata terdengar oleh komplotan pencuri yang telah mencuri keledai Abu Nawas, dan mereka pun merasa tertarik dengan tongkat tersebut.

Bahkan mereka melihat sendiri ketika Abu Nawas membeli barang atau makan tanpa membayar, akan tetapi hanya mengacungkan tongkatnya.

Mereka berfikir tongkat itu bisa dibeli, maka mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Akhirnya mereka mendekati Abu Nawas,

"Apa tongkatmu akan di jual?" tanya sang pencuri.

"Tidak" jawab Abu Nawas dengan cuek.

"Akan tetapi kami bersedia membeli dengan harga yang tinggi" kata komplotan pencuri tersebut.

"Berapa?" Tanya Abu Nawas berpura-pura merasa tertarik.

"Seratus dinar uang emas" kata mereka tanpa ragu.

"Tetapi, tongkat ini adalah tongkat satu-satunya tongkat wasiat yang aku miliki" ujar Abu Nawas berpura-pura tidak ingin menjual tongkatnya.

"Dengan uang seratus dinar, engkau bisa hidup dengan enak" kata mereka semakin membujuk Abu Nawas.

Abu Nawas pun diam beberapa saat seolah merasa keberatan.

"Baiklah kalau begitu" kata Abu Nawas sambil menyerahkan tongkat itu.

Setelah menerima seratus dinar uang emas, Abu Nawas segera pulang. Komplotan pencuri itu pun segera mencari warung untuk membuktikan keajaiban tongkat tersebut.

Selesai mereka makan di warung tersebut, mereka pun mengacungkan tongkat itu kepada pemilik kedai. Tentu saja melihat hal tersebut pemilik kedai marah.

"Apa maksudmu mengacungkan tongkat itu padaku?!"

"Bukankah Abu Nawas juga mengacungkan tongkat ini dan membebaskannya?" tanya para pencuri.

"Benar, tetapi kamu harus tahu, bahwa Abu Nawas menitipkan sejumlah uang kepadaku sebelum makan disini!".

"Gila! Kita tidak mendapatkan keuntungan sama sekali menipu Abu Nawas, kita malah rugi besar" Umpat para komplotan pencuri itu dengan rasa dongkol.***



Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Buku kisah 1001 Malam Abu Nawas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x