Pada saat itu diceritakan, asal mula adzan pitu ini dikumandangkan sebab adanya wabah atau musibah yang sudah sangat meresahkan pada zaman Sunan Gunung Jati. Wabah itu merupakan kiriman dari pendekar Sakti aliran hitam yang bernama Menjangan Wulung.
Menjangan Wulung menyebarkan wabah atau guna-guna dengan kesaktian dan kemampuannya yang ditujukan ke masyarakat Cirebon terutama bagi mereka para pengikut Sunan Gunung Jati.
Menjangan Wulung tidak suka dan menentang akan syiar Islam yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati.
Ia melakukan perlawanan dengan menyebarkan wabah ke hampir seluruh masyarakat Cirebon. Menjangan Wulung memiliki ilmu yang sangat sakti ia bisa berubah bentuk dan wujud yang tidak terlihat.
Sejak awal Menjangan Wulung memang sudah mempunyai niat untuk memusnahkan Sunan Gunung Jati karena ia tidak menginginkan adanya syiar Islam di kawasan Cirebon.
Untuk melakukan aksinya Menjangan Wulung suka berdiam diri di kubah masjid sang Cipta Rasa. Ia lakukan untuk mengganggu para jamaah yang hendak melakukan ibadah atau shalat.
Setiap waktu shalat tiba dan seorang muadzin akan melakukan adzan, maka Menjangan Wulung langsung menyerang dengan ilmu hitamnya sehingga siapa saja yang adzan pasti meninggal dunia akibat serangan Menjangan Wulung.
Peristiwa ini sangat meresahkan para jamaah masjid terutama pihak Keraton karena tidak diketahui penyebab kematian para muadzin. Peristiwa ini terus terulang sehingga kabar ini sampai ke telinga Sunan Gunung Jati.
Setelah mendengar dan mengetahui peristiwa tersebut, Sunan Gunung Jati melakukan tirakat dan memohon petunjuk kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar segera bisa mengatasi masalah ini. Sunan Gunung Jati mengetahui penyebab dari peristiwa tersebut yaitu ulah dari serangan Menjangan Wulung.