Belanda Kembali Menduduki Indonesia, Kyai Wahab Hasbullah Instruksikan 200 Nahdliyin Melawan Penjajah

- 17 Agustus 2022, 22:45 WIB
KH Abdul Wahab Hasbullah pernah menginstruksikan Nahdliyin melawan penjajah Belanda.
KH Abdul Wahab Hasbullah pernah menginstruksikan Nahdliyin melawan penjajah Belanda. /

 

PORTAL MAJALENGKA - Pendiri Nahdatul Ulama, KH Abdul Wahab Hasbullah adalah ulama yang berpandangan modern, dakwahnya dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar “Soeara Nahdlatul Oelama” atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama.

KH Wahab Hasbullah merupakan salah satu bapak Pendiri Nahdlatul Ulama (NU), selain itu juga pernah menjadi Panglima Laskar Mujahidin (Hizbullah) ketika melawan penjajah Jepang.

Saat itu, diketahui Indonesia memang telah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, namun ternyata tentara sekutu Belanda akan kembali menduduki Indonesia.

Baca Juga: BERKAT GUS DUR, Masyarakat Temukan Kitab KH Abdul Halim Perjuangan Mendirikan NU Bersama KH Wahab Hasbullah

Dikisahkan saat itu Soekarno memproklamasikan negara yang tengah mengalami kekosongan pemerintahan, akibat kekalahan Jepang atau sekutu itu di Jakarta.

Hal itu dia tetap lakukan meski dalam keadaan sakit. Baru saja mengumkan kemerdekaannya, tentara Jepang pun mendatanginya.

Bapak proklamasi itu menceritakan, mereka mengingatkan dirinya bahwa proklamasi kemerdekaan tidak bisa diterima karena dalam perjanjian pemerintahan harus diserahkan sepenuhnya kepada sekutu.

Seorang tentara Jepang maju seakan mengancam dengan tangannya naik ke pinggang. Tetapi dia melihat ratusan wajah yang tengah bersiap dengan senjata seadanya, bambu runcing, kapak sabit di sekeliling rumah tersebut.

KH Saefuddin Zuhri berangkat dari pesantren, mencatat pada mulanya pemerintah Jepang merencanakan tanggal 19 Agustus 1945 sebagai Hari Sidang Pertama Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Pengusaha Muda Nahdliyin Siap Pelopori Transformasi Bisnis Digital

Kyai Saifuddin Zuhri merupakan salah satu tokoh NU organisatoris yang rajin menulis. Sosok ini langka untuk kalangan NU. Kemampuan organisatorisnya dibuktikan dari jenjang ranting hingga menjadi Sekjen Pengutus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)

Saat itu NU sebagai partai politik. Beliau juga pejuang dan kyai kampung dalam arti kehidupan awalnya di kota Sokaraja, bukanlah disandarkan bahwa beliau adalah anak Kyai yang memiliki Pesantren besar.

Mengutip pernyataan Kyai Achmad Syatibi di Gedung Waqfiyah NU Sokaraja, Kyai Saefuddin Zuhri mengungkapkan bahwa segala yang direncanakan manusia tidak bisa mengoyak Takdir Ilahi.

Rencana tanggal 19 Agustus 1945 itu telah kedahuluan takdir Allah. Jepang bertekuk lutut pada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 melalui pernyataan resmi kaisarnya.

Kemudian sekutu pun mengumumkan kemenangannya, tetapi Indonesia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

Kyai Saifuddin menyebut pada hari itu orang-orang Mukmin bersuka cita.

Baca Juga: Tidak Banyak yang Tahu, Cirebon Ternyata Kota Pertama yang Lebih Dahulu Menyatakan Merdeka

Ketidaksetujuan sekutu akan proklamasi itu dibuktikan dengan kehadirannya kembali ke Tanah Air yang pernah dikuasai ratusan tahun.

Mereka kembali akan mengerahkan upayanya untuk merebut tanah jajahannya. Belanda dan Inggris pada tanggal 24 Agustus 1945 membuat kesepakatan yang dikenal sebagai Civil Affairs Agreement.

Pada tanggal 10 September 19455 Jepang mengumkan penyerahan pemerintahan kepada sekutu, tentu saja hal itu berarti menganggap pemerintah Indonesia tidak ada.

Sejak tanggal 16 September 1945 serombongan orang Belanda dibawah pimpinan Van Der Plas, bekas Gubernur Hindia Belanda di Surabaya ikut mendarat dengan kapal perang Inggris Camberland yang dipimpin Laksamana Muda WR Patterson mewakili Laksamana Lord Louis Mountbatten, panglima sekutu di Asia Tenggara.

Para kyai yang mengetahui peristiwa demikian tentu tidak tinggal diam mereka langsung membuat gerakan.

Baca Juga: Keunikan Tiang Bendera Sang Saka Merah Putih Saat Upacara Proklamasi Kemerdekaan 1945

KH Saifudin Zuhri sendiri menceritakan bahwa dirinya menggelar rapat Consulate NU daerah Kedu di kediaman mertuanya yang juga dia tinggali di Purworejo.

Kegiatan tersebut digelar atas perintah dari Kyai Wahab Hasbullah yaitu saat mengikuti penggemblengan di Jombang.

Saat itu Kyai Wahab Hasbullah atang bersama anaknya Muhammad Wahib dan langsung menaiki podium guna menyampaikan pidato.

Kyai Abdul Wahab Hasbullah meminta kepada 200 Nahdliyyin yang mengikuti pelatihan tersebut agar lekas kembali ke daerah masing-masing guna mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

“Saya intruksikan saudara-saudara segera pulang ke daerah-daerah untuk menyusun perjuangan mempertahankan Memerdekaan Indonesia. Allahu Akbar. Walillahil Hamdu,” tegas KH Wahab.

Baca Juga: INILAH SOSOK Kakek Gus Dur, KH Hasyim Asy’ari Pendiri Nahdlatul Ulama Keturunan Wali dan Jaka Tingkir

Saat itu Kyai Wahab Hasbullah meneriakkan takbir mengabarkan kemerdekaan Indonesia menggemakan takbir berulang-ulang.

Dalam acara itu Ia juga menyebut bahwa kemerdekaan itu betul-betul sebagai pertolongan Allah SWT.

“Dengan pertolongan Allah Dia menolong, siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Berkuasa Lagi Maha Penyayang,” tandasnya.

Demikian kisah Kyai Abdul Wahab Hasbullah dalam mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: YouTube Penerus Para Nabi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x