Keturunan Majapahit, Sunan Giri Gemar Menciptakan Lagu dan Permainan Anak-anak

- 4 Agustus 2022, 10:51 WIB
Keturunan Majapahit, Sunan Giri Gemar Menciptakan Lagu dan Permainan Anak-anak
Keturunan Majapahit, Sunan Giri Gemar Menciptakan Lagu dan Permainan Anak-anak /YouTube penerus para Nabi

PORTAL MAJALENGKA - Sunan Giri dikenal sebagai Raden Paku, sebuah nama yang diberikan Sunan Ampel saat ia berguru di Ampeldenta.

Sunan Giri juga menunjukan identitas sebagai keluarga bangsawan dari keturun Brhe Wirabulhumi, bangswan Majapahit.

Setelah ia belajar Islam dengan Raden Mahdi kepada ayahnya Maulana Ishak ia mendirikan pesantren diatas Bukit Giri Kedaton. 

Baca Juga: Begawan Minto Semeru Tiba-tiba Membakar Dada Sunan Giri, Walisongo Era Sunan Gunung Jati

Dalam sistem pembelajaranyan Sunan Giri bukan sekadar mengembangkan sistem pesantren yang diikuti santri-santri dari berbagai daerah mulai Jawa timur, Jawa tengah, Kalimantan, Makassar, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, Ternate, Tidore, dan Hitu.

Ia juga mengembangkan pula sistem pendidikan masyarakat yang terbuka dengan menciptakan berbagai jenis permainan anak-anak seperti Jelungan, Jamuran dan Gendi Gerit.

Selain itu tembang-tembang permainan anak-anak seperti Padang Bulan, Jor, Gula Ganti, dan Cublak-cublak Suweng ia ciptakan.

Baca Juga: Dibuang ke Laut Saat Bayi, Sunan Giri Selamat dan Mampu Hentikan Laju Kapal Laut, Karomah Wali Songo

Bahkan, Sunan Giri diketahui mencipta beberapa tembang tengahan dengan metrum Asmaradhana dan Pucung yang sangat digemari masyarakat karena berisi ajaran ruhani yang tinggi.

Salah satu tembang permainan anak-anak ciptaan Sunan Giri adalah Padang Bulan, yang isinya:

"padang-padang bulan/ ayo gage do dolanan/ dedolanan
neng latar/ ngalap padang gilar-gilar/ nundung begog hanga tikar//"

Baca Juga: Kisah Anas bin Malik, Rasullullah Memanggilnya dengan Nama Mesra dan Manja

Sunan Giri tidak segan mendatangi masyarakat dan menyampaikan ajaran Islam di bawah empat mata, hanya dia dan satu orang muridnya saja.

Setelah keadaan memungkinkan, dikumpulkanlah masyarakat sekitarnya dengan keramaian, misalnya, selamatan dan upacara-upucara lalu dimasukkanlah ajaran Islam, sehingga suasana lingkungan lambat laun
dan dengan cara-cara yang lunak mengikuti ajaran Islam, yang diterima sebagai kewajaran.***

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Buku Atlas Walisongo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x