Kewibawaan Sunan Gunung Jati Menyikapi Mitos Neptu di Kalangan Masyarakat Cirebon

- 2 Agustus 2022, 18:45 WIB
Ilustrasi Sunan Gunung Jati yang menyikapi mitos neptu dengan bijak.
Ilustrasi Sunan Gunung Jati yang menyikapi mitos neptu dengan bijak. /Tangkapan layar youtube.com / Hidayah Ilahi Official.

 

PORTAL MAJALENGKA - Mitos adalah bagian dari suatu folklor yang berupa kisah berlatar masa lampau dengan penafsiran tentang alam semesta.

Sementara itu, pada masa kepemimpinan Sunan Gunung Jati, kehidupan masyarakat Cirebon masih lekat dengan beberapa mitos.

Hingga saat ini, masyarakat Cirebon masih mempercayai hari baik dan hari buruk atau yang dikenal dengan istilah neptu.

Neptu sendiri merupakan kombinasi perhitungan hari yang terdiri dari sri (mujur), lungguh (mapan), lara (sakit), dan pati (mati).

Baca Juga: Keramat Sunan Gunung Jati Mampu Menyembuhkan Gangguan Psikologis

Kombinasi ini sering digunakan oleh masyarakat Cirebon untuk menetapkan acara hajatan, hari perkawinan, atau masa bercocok tanam.

Selain itu, neptu juga dipakai untuk menetapkan waktu perjalanan agar tidak mendapat kesialan di tengah perjalanan.

Selain mempercayai hari baik dan buruk, masyarakat Cirebon juga meyakini mitos atau pantangan tertentu dalam mengatur tata ruang dan letak rumah.

Seperti dilarang membangun rumah yang menghadap ke pertigaan jalan atau yang disebut dengan tusuk sate.

Di samping itu, dilarang pula membangun rumah di pojok pertigaan jalan yang berbentuk delta cagak gunting, sebab posisi ini lebih cocok untuk pertokoan atau perkantoran.

Baca Juga: Kisah Seorang Lelaki yang Ziarah Makam Sunan Gunung Jati Demi Mendapat Berkah dan Keselamatan Bagi Keluarga

Peraturan mengenai tata ruang tidak hanya terbatas pada letak dan posisi rumah saja, melainkan juga dalam hal mengatur halaman.

Untuk penataan halaman, masyarakat Cirebon mempercayai pola gadjah oling, yaitu sisi di bagian kiri dan kanan jalan harus dikosongkan supaya ada ruang gerak.

Sedangkan mengenai soal tanaman, dimitoskan agar menanam pohon sawo kecik yang mempunyai makna menanam kebaikan.

Selain itu, dianjurkan juga untuk menanam pohon tanjung, dengan maksud agar nasibnya selalu mujur atau beruntung.

Sedangkan tanaman yang tidak dianjurkan untuk ditanam karena dianggap pamali yaitu menanam pohon pepaya.

Baca Juga: Dibuang ke Laut Saat Bayi, Sunan Giri Selamat dan Mampu Hentikan Laju Kapal Laut, Karomah Wali Songo

Hal tersebut memiliki mitos apabila sang pemilik rumah menanam pohon pepaya, maka akan mengalami kesialan dalam hidupnya.

Mitos lain yang sampai saat ini masih dipercayai oleh masyarakat Cirebon ialah menghindari perjalanan di beberapa kawasan.

Seperti menghindari jalan di kawasan Karanggetas, mitos ini dipercaya agar tujuan yang akan dicapai tidak getas atau gagal.

Mitos lain juga mengatakan bahwa sebaiknya memilih jalan arah Pamujudan, sebab kata Pamujudan memiliki arti terwujud atau nyata.

Adanya mitos atau pamali yang tersebar di kalangan masyarakat Cirebon secara tidak langsung dapat menjadi kebiasaan bagi warga setempat.

Baca Juga: MENGERIKAN! Gus Dur Mampu Usir Kabut Gelap Hanya dengan Cukup Diam Sejenak

Sebagai seorang waliyullah sekaligus pemimpin, tanpa itu semua, Sunan Gunung Jati tetap memiliki wibawa tersendiri sebagai seorang raja.

Akan tetapi, memimpin di tengah rakyat yang masih kental dengan budaya dan tradisi asli, membuat Sunan Gunung Jati berusaha untuk menyeimbangi mereka dengan tetap konsisten dalam menjaga syariat Islam dan hukum Allah. *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: Buku Jalan Hidup Sunan Gunung Jati karya Eman Suryaman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x