KERAMAT WALI, Tuan Guru Sekumpul Saat Masih Nyantri, Bikin Geleng Kepala Bila Baca Kisahnya

- 28 Juli 2022, 11:58 WIB
Ilustrasi potret Abah Guru Sekumpul. KERAMAT WALI, Tuan Guru Sekumpul Saat Masih Nyantri, Bikin Geleng Kepala Bila Baca Kisahnya
Ilustrasi potret Abah Guru Sekumpul. KERAMAT WALI, Tuan Guru Sekumpul Saat Masih Nyantri, Bikin Geleng Kepala Bila Baca Kisahnya /Instagram.com/ @abahgurusekumpul

PORTAL MAJALENGKA - Guru Sekumpul hanya memendangi para sahabatnya yang bareng nyantri menyantap nikmatnya buah durian yang matang di pohon.

Tuan Guru Sekumpul diyakini banyak ulama sebagau salah seorang wali Allah. 

Nah, bukan lantaran Tuan Guru Sekumpul sang wali tidak suka makan buah durian, namun Tuan Guru Sekumpul memiliki pemikiran lain dari buah durian pemberian yang punya kebun durian tersebut.

Baca Juga: Karomah Wali Allah, Foto Guru Sekumpul dan Alquran Tak Terbakar Api Sedikitpun

Berikut kisah Tuan Guru Sekumpul tentang buah durian yang tidak mau ia makan, dilansir Portal Majalengka dari kanal YouTube Penerus Para Nabi.

Tidak jauh dari Pondok Pesantren di Martapura, banyak terdapat kebun durian. Kebun ini banyak ditumbuhi durian unggul seperti yang dikembangkan saat ini.

Pohon durian ini sangat lebat sekali berbuah. Durian yang tumbuh di kebun adalah durian yang setelah belasan tahun baru berbuah.

Baca Juga: Kisah Gus Miek Dibuat Bingung Oleh Sandal Nabi Khidir yang Tertinggal di Magelang

Kebun-kebun milik warga, kebanyakan warisan turun temurun. Sebagian dari mereka malah hanya menikmati hasilnya, sementara yang menanam sudah lama wafat.

Di kebun durian, ketika musim buah biasanya ada penjaganya. Durian tidak dipetik, tapi dibiarkan masak hingga jatuh dengan sendiri dari pohonnya.

Pemilik kebun durian pun banyak membuat pondok kecil di kebun sebagai tempat menanti jatuhnya buah durian dan segera memungut serta mengumpulkannya.

Baca Juga: KAROMAH HABIB NOH yang Luar Biasa, Wali Sakti Asal Negara Singapura

Kemudian baru para pengepul durian membeli dari para pemilik kebun. Membeli durian langsung ke kebun lebih murah daripada di pasar.

Itulah yang membuat sekawanan santri tersebut berangkat menuju sebuah kebun durian. Mereka memasuki kebun durian milik seorang pria tua yang mewarisi durian dari generasi sebelumnya.

Setelah sampai di pondok kecil, seraya para santri pun berbasa-basi, mereka bertanya-tanya tentang buah durian.

Tidak luput dari pertanyaan mereka, Sejak kapan pria pemilik kebun durian itu memiliki kebun tersebut.

Pria itupun kemudian bercerita, kebun durian miliknya adalah warisan dari orang tuanya yang telah wafat dulu.

Mendengar orang tua pemilik kebun yang berjasa mewariskan kebun durian sudah wafat, kawanan santri tersebut berinisiatif membacakan tahlil untuknya.

Mereka pun tahlilan di pondok durian. Sangat senang hati pemilik kebun. Tanpa diundang, kawanan santri berkenan tahlilan untuk orang tuanya.

Pemilik kebun durian yang merasa senang dengan kehadiran para santri pun menyuguhkan banyak durian secara gratis untuk mereka.

Di sisi lain, sekawanan santri tersebut merasa senang. Mereka bisa menikmati durian tanpa harus membeli ataupun membayarnya.

Rezeki tanpa disangka dan diduga, mungkin begitu pikir mereka.

Namun ada satu orang yang tidak mau menyentuh durian gratis tersebut. Ia adalah Tuan Guru Sekumpul.

Tuan Guru Sekumpul tidak mau ikut makan buah durian karena antara ia dan pemilik tidak ada akad jual beli.

Memang benar pemilik telah menghadiahkan buah durian untuk mereka dan itu halal.

Namun, bukankah pemilik mau menghadiahkan karena mereka tahlilan di pondoknya. Tahlilan yang tanpa diundang dan diminta olehnya.

Ada bias syubhat dalam pandangan Tuan Guru Sekumpul.

Tuan Guru Sekumpul memilih untuk bersifat waro, tidak mau menikmati buah pemberian tersebut.

Sifat waro Tuan Guru Sekumpul, yang diwarisi dari ayahnya, terus diamalkannya hingga akhir hayatnya.

Subhanallah begitu mulia akhlak Tuan Guru Sekumpul ini, Sholu 'ala Nabi Muhammad.***

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: YouTube Penerus Para Nabi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x