Bukan Kisah Wali atau Sunan Gunung Jati, Tapi Kisah Nenek Tua yang Menyayat Hati untuk Gapai Syafa'at Nabi

- 3 Juli 2022, 09:30 WIB
Bukan Kisah Wali atau Sunan Gunung Jati, Tapi Kisah Nenek Tua yang Menyayat Hati untuk Gapai Syafa'at Nabi
Bukan Kisah Wali atau Sunan Gunung Jati, Tapi Kisah Nenek Tua yang Menyayat Hati untuk Gapai Syafa'at Nabi /Ilustrasi/Tangkapan layar YouTube Bujang Gotri

PORTAL MAJALENGKA - Bukan kisah tentang wali atau Sunan Gunung Jati yang merupakan orang pilihan yang dikasihi Allah karena menyebarkan agama Islam.

Bukan kisah Sunan Gunung Jati dengan segala karomahnya yang sakti, tapi ini satu kisah sang nenek yang menyayat hati.

Satu kisah rahasia yang hanya boleh dibuka setelah sang pelaku sudah meninggal dunia.

Baca Juga: KEWALIAN GUS DUR Dipanggil Sunan Gunung Jati dan Disambut Para Abdi Dalem Saat Akan Temui Habib Luthfi

Menjadi satu misteri tersendiri cerita dibalik Nenek nenek tua yang setiap hari mengumpulkan dedaunan yang jatuh di halaman masjid dibawah terik matahari yang bersinar.

Dikisahkan di sebuah kampung di Madura Ada seorang nenek penjual bunga cempaka.

Nenek tua menjual bunganya di pasar dan jarak antara rumah dengan pasar tersebut cukup jauh dan beliau lalui dengan hanya berjalan kaki.

Setelah berjalan kaki cukup jauh, siang hari usai menjual bunga cempaka, dia pergi ke masjid Agung di kota Madura.

Baca Juga: INILAH WASIAT PRABU SILIWANGI Kakek Sunan Gunung Jati untuk Keturunan dan Rakyatnya

Nenek tua berwudhu masuk masjid dan melangsungkan salat dhuhur, Setelah membaca wirid dan doa sekedarnya nenek tersebut keluar menuju halaman masjid.

Kemudian si nenek tua dengan membungkukkan badan, Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman Masjid.

Selembar demi selembar dikais sang Nenek tua yang sudah keriput kulitnya, Tidak ada satu lembar daun pun yang ia lewatkan.

Tentu saja perlu waktu lama untuk membersihkan halaman di masjid, dari dedaunan yang jatuh dari pohon dengan cara seperti itu.

Baca Juga: Ratusan Orang di Majalengka Dukung Anies Jadi Presiden 2024: Berprestasi dan Terbukti

Padahal jika tengah hari sengatan matahari di kota Madura sungguh menyengat.

Keringat pun mengucur dari tubuh yang kurus dan mulai rapuh itu Banyak pengunjung masjid yang merasa iba kepada nenek tersebut.

Hingga suatu hari takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum si nenek datang.

Dengan maksud agar si nenek tidak membungkuk-bungkuk membersihkan halaman masjid.

Baca Juga: HUTAN KERAMAT Petilasan Prabu Siliwangi, Kelak Jadi Wilayah Kekuasaan Prabu Kian Santang dan Sunan Gunung Jati

Pada hari itu ia datang dan langsung masuk masjid, Usai menunaikan shalat, Ketika hendak melakukan pekerjaan rutinnya. Ia terkejut tidak ada satupun daun terserak di situ.

Nenek tua keriput kembali lagi ke masjid dan lalu menangis sejadi-jadinya, Ia mengutuk Allah tuhannya yang telah mengambil hak darinya.

Nenek tua keriput itu bertanya dengan dua tangan diangkat keatas, mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya.

Nenek tua bertanya kepada Allah SWT, siapa orang yang telah mengambil haknya untuk memungut dedaunan yang jatuh ke tanah.

Baca Juga: HUT Bhayangkara Ke-76 Undang Tokoh Lintas Agama Indramayu, Ketua DPRD: Semoga Polisi Semakin Profesional

Jamaah masjid pun menenangkan si Nenek tua, dan menjelaskan bahwa mereka yang menyapu dedaunan karena kasihan kepadanya.

Nenek tua menangis semakin menjadi mengetahui siapa yang telah melakukannya, hingga seorang kiai membawanya ke sebuah ruangan.

Sang kiai menanyakan kenapa Nenek tua sangat bersedih ketika dedaunan itu sudah disapukan oleh para jamaah masjid.

Dari sinilah terungkap rahasia dibalik nenek tua yang selalu memungut dedaunan ditengah terik matahari.

Baca Juga: Mabes Polri Gelar Doa Lintas Agama pada HUT Bhayangkara Ke-76 untuk Bangsa Indonesia Lebih Baik Lagi

Si nenek mengemukakan tujuannya tersebut, "Beliau berkata" jika kalian kasihan kepadaku berikan aku kesempatan untuk membersihkannya.

Singkat cerita nenek itu dibiarkan mengumpulkan daun-daun yang berserakan seperti biasanya.

Sang kyai yang terhormat diminta untuk menanyakan kepada si nenek tua itu, Mengapa ia begitu bersemangat membersihkan daun-daun di halaman masjid Padahal matahari sedang terik.

Kemudian Kyai yang diminta tolong untuk menanyakan kepada si nenek itu, Dan nenek pun mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat.

Baca Juga: HUT Bhayangkara Ke-76, Kapolres Bekasi Adakan Program Bedah Rutilahu

Pertama hanya pak Kyai yang mendengarkan rahasianya dan yang kedua rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.

Sekarang ia sudah meninggal dan kita bisa mendengarkan rahasia itu.

"Saya ini perempuan bodoh pak Kyai" tuturnya,
"Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan" tutur si Nenek.

"Saya tidak mungkin selamat pada hari kiamat tanpa syafaat Kanjeng Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Baca Juga: Mengapa Hari Raya Idul Adha 1443 H di Indonesia dengan Arab Saudi Berbeda? Begini Penjelasannya

Setiap kali saya mengambil selembar daun saya ucapkan satu shalawat kepada Rasulullah.

Kelak jika saya mati saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya, biarlah semua daun itu bersaksi Bahwa saya telah membacakan shalawat kepadanya"

Begitulah ketika seseorang mencintai nabinya ia akan mencari 1001 cara agar bisa menyalurkan rasa cinta itu.

Nenek renta ini bukanlah seorang ulama terkenal, iya hanyalah seorang penjual bunga cempaka.

Baca Juga: Gadis Asal Tasikmalaya Nyasar di Majalengka, Sudah 3 Bulan Lari dari Rumah Cari Pacar yang Dikenal via Medsos

Cinta yang hakiki dari seorang nenek bentuk nyata dari ungkapan rasa cintanya kepada kekasih Allah kepada junjungannya Rasulullah.

Bukan hanya membual omong kosong belaka namun wujud nyata semoga Kisah ini bermanfaat.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: YouTube Penerus Para Nabi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x