LOKASI SUKU BADUY dan Fakta Kepercayaan Adat Orang Kanekes Kabupaten Lebak Banten

- 26 Mei 2022, 21:58 WIB
Warga Suku Baduy Dalam Suku Baduy bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng, di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Banten.
Warga Suku Baduy Dalam Suku Baduy bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng, di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Banten. /

PORTAL MAJALENGKA - Kita mengenal mereka sebagai orang atau suku Baduy, namun mereka menyebut dirinya sendiri sebagai urang Kanekes (orang Kanekes).

Suku Baduy bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng, di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Banten, berjarak sekitar 120 km dari kota Jakarta.

Wilayah suku Baduy yang menjadi bagian dari pegunungan Kendeng dengan ketinggian 300–600 mdpl ini berupa bebukitan bergelombang dengan kemiringan tanah rata-rata mencapai 45 persen.

Baca Juga: Suku Baduy Asli, Disebut Pasukan Prabu Siliwangi dan Diberi Otonomi Khusus oleh Keturunan Sunan Gunung Jati

Secara umum masyarakat Kanekes terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka.

Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebaga Baduy Dalam yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga kampong yakni Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik.

Ciri khas Orang Baduy Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala putih.

Sementara kelompok masyarakat panamping yang dikenal sebagai Baduy Luar, tinggal di berbagai kampung dan tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Tradisi Munggahan dan Bersih-bersih Menjelang Puasa Kawalu Suku Baduy Luar Banten

Masyarakat Baduy Luar berciri khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam.

Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes mengaku jika mereka adalah keturunan Bhatara Cikal. Salah satu dari tujuh dewa yang diutus ke bumi untuk menjaga harmoni dunia.

Mereka percaya, bahwa tanah kediaman mereka yang mereka sebut sebagai Pancer Bumi, adalah pusat dunia tempat manusia pertama kali diturunkan ke bumi.

Kepercayaan orang Kanekes ini berbeda dengan pendapat para ahli sejarah, yang meneliti berdasarkan kajian dari beberapa bukti sejarah berupa prasasti, catatan  perjalanan pelaut Portugis dan Tiongkok, serta cerita rakyat mengenai kawasan  geografis Jawa Barat tempo dulu yang disebut sebagai “Tatar Sunda”.

Dari sinilah asal-usul masyarakat Kanekes dikaitkan dengan Kerajaan Padjadjaran, yang sebelum keruntuhannya pada abad ke-16 berpusat di Galuh Pakuan (sekitar Bogor sekarang).

Baca Juga: Satu Orang Tewas, Kecelakaan Maut Libatkan 4 Kendaraan di Alas Roban

Kehidupan Masyarakat Baduy

Suku Baduy tinggal di pedalaman Jawa Barat, desa terakhir yang bisa dijangkau oleh kendaraan adalah Ciboleger. Wilayah Baduy Dalam meliputi Cikeusik, Cibeo, dan Cikartawarna.

Nama Baduy sendiri diambil dari nama sungai yang melewati wilayah itu sungai Cibaduy. Di desa ini tinggal suku Baduy Luar yang sudah banyak berbaur dengan masyarakat Sunda lainnya. Baduy luar atau biasanya mereka menyebutnya Urang Panamping.

Cirinya, selalu berpakaian hitam. Umumnya orang Baduy luar sudah mengenal kebudayaan luar (di luar dari kebudayaan Baduy sendiri) seperti bersekolah sehingga bisa membaca dan menulis, dan bisa berbahasa Indonesia.

Mata pencaharian mereka bertani. Selain beras, meraka juga membuat kerajinan tangan seperti tas koja yang  bahannya terbuat dari kulit kayu yang dianyam.

Suku Baduy mendiami kawasan Pegunungan Keundeng, tepatnya di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Masyarakat Baduy memiliki tanah adat kurang lebih sekitar 5.108 hektare yang terletak di Pegunungan Keundeng.

Baca Juga: Inilah Jawaban Tak Terduga Prabu Siliwangi saat Diajak Masuk Islam oleh Sunan Gunung Jati

Mereka memiliki prinsip hidup cinta damai, tidak mau berkonflik dan taat pada tradisi lama serta hukum adat.

Kelompok terbesar disebut dengan Baduy Luar atau Urang Panamping yang tinggal di sebelah utara Kanekes. Mereka berjumlah sekitar 7 ribu yang menempati 28 kampung dan 8 anak kampung.

Disclaimer: Sumber informasi didapatkan dari hasil penelitian Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada tahun 2011. *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Tahun 2011


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x