PORTAL MAJALENGKA - Prabu Siliwangi atau gelar dari Prabu Jaya Dewata sang Raja Pajajaran memiliki banyak keturunan dan salah satunya adalah Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati merupakan salah satu cucu dari Prabu Siliwangi yang dikenal dengan kesaktiannya yang sangat luar biasa.
Prabu Siliwangi bukan saja dikenal memiliki kesaktian yang luar biasa, namun sang kakek dari Sunan Gunung Jati ini juga merupakan seorang Raja besar yang sangat gagah berani.
Baca Juga: ADU ILMU Sunan Gunung Jati dengan Pangeran Panjunan Sebagai Calon Pemimpin Kesultanan Cirebon
Prabu Siliwangi sang kakek dari Sunan Gunung Jati juga merupakan seorang Raja yang sangat adil dan bijaksana, dan memimpin kerajaan Pajajaran.
Kakek Sunan Gunung Jati sangat disegani rakyatnya, karena Prabu Siliwangi sangat adil dan bijaksana dalam memimpin rakyatnya.
Bukan hanya Sunan Gunung Jati keturunan dari Prabu Siliwangi yang menjadi penguasa di Tatar Pasundan.
Baca Juga: KAROMAH GUS DUR: Sering Dikunjungi Sunan Ampel Saat Malam Hari
Tetapi masih banyak lagi keturunan dari Prabu Siliwangi ini yang menjadi penguasa dan juga menjadi raja di Tatar Pasundan.Prabu Siliwangi memiliki kebiasaan mengembara dan menyamar untuk bisa mengetahui secara langsung kondisi rakyatnya.
Kebiasaan mengembara Prabu Siliwangi ini hingga menyisakan banyak sekali Petilasan, yang hingga kini dikenal dengan nama Petilasan Prabu Siliwangi.
Petilasan Prabu Siliwangi hingga kini diyakini terdapat dimana-mana yang berada di Tatar Pasundan.
Baca Juga: Hadapi Runner Up Klasemen FK Železiarne Podbrezová Tanpa Egy, Zlate Moravce Sukses Amankan Poin
Dari sekian banyak petilasan yang ada di Jawa Barat, salah satunya terdapat di Kota Kuningan, Tepatnya yaitu di Desa Manis Kidul, Kuningan.
Di daerah ini terdapat sebuah kolam yang saat ini dikenal dengan kolam pemandian Cibulan, dan saat ini menjadi salah satu objek wisata di Kuningan.
Memiliki kisah mistis yang menjadi legenda bagi masyarakat Kuningan yang diyakini warganya bahwa ikan yang ada di kolam itu merupakan ikan Dewa.
Ikan Dewa, diyakini masyarakat juga adalah ikan jelmaan dari prajurit Prabu Siliwangi yang dikutuk olehnya.
Pembangkangan yang dilakukan Prajurit Prabu Siliwangi membuat sang Raja Pajajaran ini menjadi murka.
Dengan kesaktian yang dimiliki Prabu Siliwangi, para prajurit itu dikutuk menjadi Ikan, yang saat ini menjadi ikan Dewa.
Beberapa catatan mistis lainnya akan kita dapatkan dari selebaran yang disediakan dari pihak pengelola kolam renang Cibulan.
Dalam selebaran dituliskan beberapa keanehan dari ikan Dewa yang terdapat di Cibulan ini, yaitu diantara keanehannya adalah:
1. Ikan Dewa tidak pernah berkurang atau bertambah jumlahnya.Ikan Dewa ini diyakini memiliki jumlah yang sama, tidak akan berkurang atau pun tidak akan lebih.Jumlah ikan Dewa ini akan tetap sama, menjadi salah satu keunikan tersendiri bagi ikan Dewa yang terdapat di Cibulan.
2. Ikan Dewa akan menghilang saat kolam dikuras atau dikeringkan.
Menjadi keanehan berikutnya yaitu kalau ikan Dewa akan menghilang saat kolam ini dikuras atau dikeringkan untuk melakukan perawatan kolam.
Konon katanya dari cerita rakyat yang beredar bahwa ikan Dewa ini akan berpindah dari Kolam Cibulan ke Kolam Cigugur yang sama-sama di yakini menjadi petilasan Prabu Siliwangi.
Menurut beberapa sumber lain, selain dari mitos yang menjadi tutur di masyarakat Kuningan dengan penamaan ikan Dewa, ikan ini ada yang menyebutkan bahwa ikan ini termasuk kedalam jenis Ikan Tor.
Ikan Tor akan memliki bentuk yang besar dan panjang sama seperti Ikan Dewa yang terdapat di kolam Cibulan.
Ada juga sumber lainnya yang mengatakan kalau Ikan Dewa itu adalah bagian dari jenis Kancra Putih.
Menurut fakta yang ada ikan Dewa yang terdapat di Cibulan dan di Cigugur ini ternyata sama persis dengan ikan Dewa yang ada di Petilasan Prabu Siliwangi yang ada di Desa Pajajar Majalengka.
Itulah Tutur atau cerita rakyat yang ada mengenai kutukan Prabu Siliwangi atau kakek dari Sunan Gunung Jati kepada prajuritnya yang membangkang. Wallahu'alam bishowab.
Disclaimer : kisah sejarah ini diambil dari hanya satu sumber saja, tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan dengan versi sejarah lainnya.***