Warga Garut Akan Punya Perpustakaan Namun Pengunjung Dibatasi

- 6 Januari 2021, 14:00 WIB
KEPALA Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Garut, Hj. Lisnawati.
KEPALA Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Garut, Hj. Lisnawati. /DeskJabar/

PORTAL MAJALENGKA - Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat mulai bersiap-siap membuka perpustakaan daerah dengan memberlakukan aturan ketat protokol kesehatan bagi pengunjung untuk mencegah penularan wabah Covid-19 karena saat ini penyebaran virus masih terjadi.

"Ke depan mungkin kami berencana untuk membuka (perpustakaan), tetapi dibatasi pengunjungnya," kata Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Garut Lisnawati di Garut, Selasa.

Ia menuturkan selama pandemi Covid-19 perpustakaan daerah di Jalan Rumah Sakit, Kecamatan Tarogong Kidul tidak dibuka untuk umum karena bisa memicu kerumunan maupun kontak fisik yang bisa menularkan virus tersebut.

Baca Juga: Tahun Ini Tol Cisumdawu Ditargetkan Beroperasi, Waktu Tempuh Bandung-Bandara Kertajati Kurang 1 Jam

Selama itu, kata dia, banyak masyarakat menanyakan kapan perpustakaan kembali dibuka untuk umum, keinginan masyarakat itu belum bisa direalisasikan hingga saat ini karena khawatir terjadi klaster baru penularan Covid-19.

"Banyak masyarakat yang menanyakan, kapan buka, kapan kembali, kami takut masyarakat nanti ada klaster-klaster baru lagi nanti di perpustakaan, jadi untuk mencegah itu kami hati-hati sekali kalau akan membuka lagi perpustakaan ini," kata Lisnawati.

Adanya permintaan masyarakat itu, kata Lisnawati, membuat pihaknya berencana untuk siap-siap membuka kembali perpustakaan daerah yang pastinya dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Baca Juga: Dokter Spesialis Ungkap Cara Kerja Vaksin Covid-19 di Tubuh Manusia

Ia menjelaskan aturan yang akan diterapkan yaitu membatasi jumlah pengunjung, waktu selama di lingkungan perpustakaan, wajib memakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan pakai sabun sebelum masuk perpustakaan.

"Biasa 200 (orang) per hari, kami mungkin 50, atau 20 sampai 50 orang per harinya, juga mungkin dengan protokol kesehatan, harus pakai masker, cuci tangan dulu, terus waktunya juga mungkin kami batasi tidak lama, jadi tidak berlama-lama," katanya.

Ia mengungkapkan selama pandemi Covid-19 atau dalam kurun waktu 2020 tingkat kunjungan ke perpustakaan otomatis drastis menurun sampai 60 persen atau hanya 10 ribuan orang dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 30 ribuan orang.

Baca Juga: Tak Pernah Ada Vaksinasi Serentak tanpa Fatwa MUI

"Kita ketahui bersama bahwa dampak dari pandemi Covid-19 ini memengaruhi seluruh sektor kehidupan, pemerintahan, dan masyarakat, tentu saja perpustakaan daerah yang melayani masyarakat umum juga terdampak dengan adanya pandemi Covid-19 ini, yaitu diantaranya pengunjung berkurang," katanya.

Ia menambahkan selama pandemi perpustakaan mengeluarkan kebijakan khusus melayani masyarakat yang membutuhkan buku penting seperti mahasiswa yang sedang penelitian, sedangkan untuk baca di tempat tidak boleh.

Baca Juga: Vaksin COVID-19 Perbesar Mr P sampai 23 Persen, Ternyata Hoaks

"Kami mengutamakan pelayanan kepada masyarakat itu yang memerlukan buku penting, seperti untuk mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, yang penelitian itu lebih diutamakan, kalau untuk yang membaca di tempat, itu kami tidak melayani karena itu menimbulkan kerumunan," katanya.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah