BMKG Sebut Fenomena Udara Malam Lebih Dingin Akibat Angin Monsoon Australia

- 8 Juli 2021, 17:12 WIB
FROSS atau embun yang mengkristal menjadi es akibat penurunan suhu di Dataran Tinggi Dieng. Hal ini merupakan pengaruh dari monsoon dingin Australia.*/EVIYANTI/PR
FROSS atau embun yang mengkristal menjadi es akibat penurunan suhu di Dataran Tinggi Dieng. Hal ini merupakan pengaruh dari monsoon dingin Australia.*/EVIYANTI/PR /Eviyanti/

PORTAL MAJALENGKA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan fenomena udara malam lebih dingin yang dirasakan di sejumlah Pulau Jawa. Dalam istilah ilmiah disebut juga angin monsoon.

Angin monsoon merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau, yaitu pada Juli-September.

BMKG menyebutkan periode puncak musim kemarau ini ditandai pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia. Sehingga, fenomena udara malam lebih dingin di sejumlah wilayah Pulau Jawa akibat angin monsoon.

Baca Juga: Awan Menyerupai UFO Tutupi Langit Kota Banda Aceh, BMKG: Warga Tetap Waspada

"Angin monsoon Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Hindia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin," kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal, dikutip Portal Majalengka dari Antara, pada Kamis 8 Juli 2021.

Lebih lanjut dia juga menyebutkan, akibat angin monsoon sangat memengaruhi suhu sejumlah daerah di selatan khatulistiwa terasa lebih dingin.

"Sehingga menyebabkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin," lanjutnya.

Baca Juga: Polisi Sita Barang Bukti Ini dari Tangan Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie

Selain itu, BMKG juga membantah terkait beredarnya isu yang menyatakan bahwa udara dingin disebabkan oleh "aphelion" atau posisi matahari yang berada pada titik terjauh dari bumi.

Halaman:

Editor: Husain Ali

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x