Inilah Fakta Sejarah Kota Tua dan 7 Destinasi Wisatanya yang Menarik

15 April 2024, 07:19 WIB
Suasana alun-alun Kota Tua, Jakarta Barat yang dipadati oleh pengunjung pada H+1 Lebaran 2024, Kamis (11/4/2024). /ANTARA/Farhan Arda Nugraha/

PORTAL MAJALENGKA - Kota Tua merupakan salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan, selain tempatnya yang menarik untuk santai dan berfoto, Kota Tua juga mempunyai sejarah yang tidak bisa dilewatkan begitu saja.

Sejarah Kota Tua menyebutkan bahwa para pelayar Eropa memberikan julukan "Permata dari Asia" dan "Ratu dari Timur" pada abad ke-16. Julukan tersebut didapat karena lokasinya yang strategis dan kaya akan sumber daya yang sangat melimpah.

Tempat wisata Kota Tua ini memiliki luas 1,3 KM persegi melintasi wilayah Jakarta Utara dan Jakarat Barat. Tempat wisata ini dipenuhi dengan bangunan yang memiliki sejarah begitu panjang peristiwa di Batavia.

Baca Juga: Link Live Streaming Indonesia vs Qatar di Piala Asia U-23, Berkah Bagi Shin Tae-yong Jelang Laga Perdana

Sejarah Kota Tua sendiri dimulai pada tahun 156 ketika Fatahillah ditugaskan oleh kesultanan Demak untuk menyerang Pelabuhan Kelapa yang pada waktu itu dikuasai oleh kerajaan Padjajaran.

Setelah berhasil dikuasai, Pelabuhan Sunda Kelapa tersebut diganti namanya menjadi Jayakarta ditahun 1619, pasukan VOC yang dikomandoi oleh Jan Pieterszoon Coen, kemudia namanya diganti menjadi Batavia, pada tahun 1635.

Lalu ditahun 1650, kawasan Batavia difungsikan sebagai kantor pusat VOC di Hindia Timur dan juga dijadikan sebagai pusat perdagangan di Asia.

Baca Juga: Senjata Pusaka Prabu Siliwangi Bisa Berubah Menjadi Ular Naga, Dua Pusaka Sakti Raja Pajajaran

Dari sinilah julukan Permata Asia dan julukan Ratu Dari Timur muncul karena saat itu jalur pelayaran juga sudah sampai ke luar negeri.

Tak sampai di situ, sejarah Kota Tua ini juga berlanjut sampai era Perang Dunia ke II. Pada era ini Batavia berganti nama menjadi Jakarta di bawah penjajahan Jepang.

Lalu pada tahun 1972, Ali Sadikin sebagai Gubernur mengeluarkan keputusan untuk menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan untuk melindungi sejarah arsitektur dari kawasan tersebut.

Baca Juga: Bulan Syawal 1445 Bisa Jadi Pilihan Terbaik Nikah Tahun Ini, Berikut Hari yang Dianjurkan

Berikut adalah wisata yang bisa dikunjungi di Kota Tua, diantaranya:

1. Museum Fatahillah

Museum Fatahillah yang menyimpan sejarah Kota Tua yang sangat lengkap ternyata juga tersimpan hal rahasia di dalamnya. Museum Fatahillah ternyata memiliki ruang etnografi yang digunakan untuk menyimpan catatan-catatan etnis.

Ruang Etnografi ini berisikan barang-barang peninggalan yang bernilai. Lukisan besar misterius karya Harijadi juga tersimpan di sini. Lukisan ini menggambarkan kehidupan Batavia tempo dulu yang dibuat pada tahun 1970-an atas prakarsa gubernur Ali Sadikin.

Lukisan yang sangat besar ini menampilkan beberapa masakan besar tempo dulu dengan keragaman etnis pada masa itu. Warna-warni kebudayaan pada masa itu tergambar dengan jelas hingga suasana keragamannya dapat kita rasakan.

Baca Juga: 9 Destinasi Religi di Indonesia, Opsi Wisata selama Libur Lebaran

Namun, lukisan ini belum selesai dikerjakan karena bangunanan museum ini yang dekat dengan daerah pelabuhan saat itu membuat cat tidak bisa menempel dengan maksimal sehingga pengerjaan membutuhkan waktu yang sangat lama.

2. Museum Wayang

Konstruksi gedung museum ini dulunya bernama De Oude Hollandsche Kerk (Gereja Lama Belanda) yang pertama kali didirikan pada tahun 1640.

Kemudian pada tahun 1732, gereja tersebut berganti nama menjadi De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) dan tahun 1808 gereja tersebut runtuh diterpa gempa bumi.

Lalu dibangunlah museum wayang pada 13 Agustus 1975 dengan beberapa arsitektur gereja yang masih tampak pada bangunan museum.

Baca Juga: INTIP Kekuatan Timnas Qatar, Mampukah Timnas Indonesia Hadapi Tim Tuan Rumah di Piala Asia U-23 2024

Dalam museum ini, kamu bisa melihat berbagai macam jenis wayang dari seluruh Indonesia dan luar negeri seperti dari Republik Rakyat Cina dan Kamboja.

Selain menampilkan koleksi 4.000 buah wayang yang terdiri dari wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber, dan gamelan, museum ini juga menampilkan boneka dari mancanegara.

Kamu dapat melihat boneka asal Eropa, Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India, dan Kolombia di museum ini.

3. Kantor Pos

Pos ini menjadi kantor pertama yang muncul di Indonesia, yaitu pada 20 Agustus 1746 yang didirikan oleh Gubernur Jenderal G. W. Baron Van Imhoff.

Baca Juga: KODE KERAS Bos Erick Thohir, Bakal Naturalisasi Pemain Bintang Italy untuk Timnas Indonesia

Sebelum adanya kantor ini, jalur pos hanya ada di kota-kota tertentu dan paket pos diletakkan di Stadsherberg atau Gedung Penginapan Kota sehingga pemiliknya harus melakukan pengecekan secara berkala mengenai surat atau paket yang akan datang.

Kantor pos yang merupakan bagian dari sejarah Kota Tua ini masih beroperasi sebagai sarana mengantar surat maupun paket pos, membayar tagihan, dan pajak yang dioperasikan oleh Pos Indonesia. Kantor ini beroperasi dari pukul 8 pagi sampai pukul 7 malam.

4. Toko Merah

Toko merah menjadi saksi bisu salah satu kejadian yang menjadi sejarah Kota Tua. Peristiwa Geger Pacinan pada tahun 1740 membuat banyak mayat bertebaran di Kali Besar hingga permukaan air berubah warna menjadi merah. Peristiwa itu sering dikaitkan dengan Toko Merah.

Baca Juga: PREDIKSI SKOR Timnas Indonesia vs Qatar di Piala Asia U-23 2024

Bangunan merah yang ada di kawasan Kota Tua ini memiliki area seluas 2.455 meter persegi dengan tiga gedung yang menyatu.

Bangunan ini dulunya adalah rumah dari Willem Baron van Imhoff yang menjadi Gubernur Jenderal East India Company pada tahun 1743-1750.

Hingga pada tahun 1990 Toko Merah dijadikan sebagai Bangunan Cagar Budaya dan pada tahun 2012 bangunan ini dijadikan sebagai gedung serbaguna yang berfungsi sebagai tempat konferensi dan pameran.

Baca Juga: Timnas Indonesia Menyala, Laga Perdana Lawan Qatar di Piala Asia U-23, Prediksi dan Link Live Streaming

5. Kafe Batavia

Kafe yang menjadi ikon kolonial yang menghadap ke alun-alun Taman Fatahillah ini merupakan bangunan tertua kedua di wilayah tersebut setelah Museum Fatahillah.

Kafe ini berkonsep vintage dan old-school yang akan membawa pengunjungnya menjelajah zaman Batavia dahulu.

Konsep ini akan mengingatkan kamu dengan sejarah Kota Tua karena arsitekturnya masih kental dengan nuansa Belanda. Karena ke-estetikannya, Cafe Batavia ini sering dijadikan sebagai latar belakang untuk foto pre-wedding.

Hidangan yang ditawarkan juga beragam dan lezat dengan kisaran harga Rp20.000 sampai Rp200.000. Anda bisa mampir ke Cafe Batavia ini pada pukul 7 pagi hingga pukul 9 malam.

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Timnas Indonesia vs Qatar di Piala Asia U-23, Berikut Prediksinya

6. Museum Seni Rupa dan Keramik

Museum ini buka pada hari Selasa-Minggu pukul 9 pagi sampai 3 sore ini juga menyediakan kelas pembuatan gerabah, teknik pinching (pijit), roda putar, dan cetak.

Fasilitas di dalamnya juga lengkap dengan toko suvenir dengan harga yang terjangkau untuk dijadikan oleh-oleh bagi pengunjung luar kota maupun luar negeri.

Anda bisa menikmati tempat wisata edukasi ini hanya dengan Rp5.000 saja. Museum ini menampilkan koleksi seniman-seniman Indonesia karya 1800-an sampai saat ini.

7. Museum Magic Art 3D

Museum ini menampilkan lukisan yang akan membawa kamu pengalaman yang baru. Di dalamnya terdapat berbagai lukisan tiga dimensi sehingga dapat memanjakan mata kamu.

Baca Juga: Bukti Sejarah Raja Pajajaran Prabu Siliwangi dan Sultan Cirebon Sunan Gunung Jati

Museum ini terdiri dari tujuh zona yang antara lain adalah Zona lukisan, Satwa, Lautan, Rutinitas, Dinosaurus, Petualangan, sampai Horor.

Untuk berkunjung ke museum ini, hanya perlu mengeluarkan uang yang lebih banyak daripada destinasi-destinasi yang lain.

Untuk orang dewasa, akan dikenakan biaya Rp60.000 sampai dengan Rp80.000 dan untuk anak-anak akan dikenakan biaya Rp40.000 sampai dengan Rp50.000.

Itulah 7 Destinasi wisata bersejarah di Kota Tua yang perlu diketahui para wisatawan.***

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler