Said Abdullah Optimis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai Target 5,3 Persen

22 Mei 2022, 09:00 WIB
Ketua Banggar DPR RI Said Abdullah bersalaman dengan Menkeu Sri Mulyani. /Dok DPR RI

PORTAL MAJALENGKA - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah optimis Indonesia dapat memenuhi target pertumbuhan ekonomi di rentang 5,3-5,9 persen pada tahun 2023.

Hal tersebut diungkapkan menanggapi Penyampaian Pemerintah terhadap Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) RAPBN TA 2023 yang dibacakan oleh Menteri Keuangan RI pada Rapat Paripurna DPR RI ke-22, di Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, Jumat 20 Mei 2022.

Terkait pembahasan KEM-PPKF, Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal pemerintah dalam rentang pertumbuhan 5,3 sampai 5,9 persen, Ia mengaku optimis kalau (target) 5,3 persen itu bisa kita capai.

Baca Juga: Lirik Lagu Ribuan Hati Ost My Lecturer My Husband Season 2 Ciptaan Rizky Febian: Tentang Pencarian Cinta

"Artinya target asumsi itu kita masukkan, kita sepakati antara DPR dengan pemerintah dengan landasan kalau di 2022 ketahanan APBN kita atau resiliensi nya bagus sebagaimana sudah berjalan. Bahkan kita windfall profit hampir 425 triliun,” ungkap Said usai menghadiri Rapat Paripurna DPR RI.

Pemerintah mengusulkan kisaran indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai asumsi dasar penyusunan RAPBN 2023 sebagai berikut, pertumbuhan ekonomi 5,3 persen hingga 5,9 persen; inflasi 2,0 persen hingga 4,0 persen.

Sementara untuk nilai tukar Rupiah Rp14.300 hingga Rp14.800 per dolar AS, tingkat suku bunga SBN 10 Tahun 7,34 persen hingga 9,16 persen, harga minyak mentah Indonesia 80-100 dolar AS per barel, lifting minyak bumi 619 ribu - 680 ribu barel per hari dan lifting gas 1,02 juta hingga 1,11 juta barel setara minyak per hari. 

Baca Juga: Rivalitas Luntur, Kini Marc Marquez Puji Valentino Rossi

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa dunia sedang mengalami ketidakpastian terutama berkaitan dengan pemulihan pasca pandemi Covid-19.

Selain itu, kondisi krisis yang diakibatkan oleh ketegangan antara Rusia dan Ukraina yang menjadi salah satu penyebab lonjakan inflasi global.

Dalam penjelasannya, tekanan inflasi di Indonesia tidak setinggi beberapa negara lain karena kenaikan harga energi global dapat diredam oleh APBN sebagai shock absorber yang konsekuensinya menyebabkan peningkatan kebutuhan belanja subsidi energi dan kompensasi. 

Baca Juga: HUMOR GUS DUR, Dokter Pribadi Presiden Dibuat Kesal 'Angel Wis Angel'

Menurut Said, sebagaimana Menteri Keuangan juga sampaikan tadi, walaupun dari 425 (triliun windfall profit) namun harus mengeluarkan (subsidi) untuk menjaga daya beli masyarakat sehingga tidak menaikan BBM, LPG dan tarif dasar listrik maka melompat kepada tahun 2023 yang harus dijaga betul yang pertama dari sisi pengeluaran adalah konsumsi yaitu 5 persen, investasi sekitar 6 persen dan kita harus genjot ekspor kita menjadi 7 sampai 8 persen.

"Maka menurut hemat saya 5,3 persen pertumbuhan akan datang itu adalah effort yang bisa diraih oleh pemerintah,” tutup Said yang juga Anggota Komisi XI DPR RI tersebut.

Dilansir dari situs resmi Kementerian Keuangan RI, dokumen KEM-PPKF merupakan dokumen resmi negara yang berisi ulasan mendalam terkait gambaran dan skenario arah kebijakan ekonomi dan fiskal.

Baca Juga: Polisi Amankan Barang Bukti Kecelakaan Maut Tewaskan 3 Orang di Panjalu Ciamis

Sebagai bahan Pembicaraan Pendahuluan dalam rangka penyusunan Nota Keuangan dan RAPBN, Pemerintah wajib menyampaikan KEM-PPKF kepada DPR selambatnya 20 Mei tahun sebelumnya.

Oleh karena itu, KEM-PPKF sebagai dasar penyusunan Nota Keuangan dan RAPBN tahun 2023 telah disampaikan langsung melalui Rapat Paripurna pada 20 Mei 2022.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: dpr.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler