Kampanyekan Toleransi dan Keadilan Gender di Cirebon-Majalengka, Fahmina Institute Kolaborasi dengan Media

- 21 Desember 2022, 09:01 WIB
Kampanyekan Toleransi dan Keadilan Gender di Cirebon-Majalengka, Fahmina Institute Kolaborasi dengan Media
Kampanyekan Toleransi dan Keadilan Gender di Cirebon-Majalengka, Fahmina Institute Kolaborasi dengan Media /Husain Ali/Portal Majalengka

 

PORTAL MAJALENGKA - Era teknologi informasi digital, media sosial menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Hal itu menjadi perhatian Fahmina Institute dalam mengampanyekan toleransi dan keadilan gender.

Dalam menyuarakan isu toleransi dan keadilan gender yang lebih masif, terutama di media sosial, dibutuhkan kolaborasi. Karena itu Fahmina Institute duduk bareng dengan praktisi media melalui workshop.

Fahmina Institute bersama praktisi media berkolaborasi merumuskan bagaimana mengampayekan isu toleransi dan keadilan gender yang efektif di Kabupaten Cirebon serta Majalengka lewat media sosial.

Baca Juga: 15 Nasihat Gus Dur, Ajarkan Toleransi hingga Politik untuk Kemanusiaan

Kabupaten Cirebon dan Majalengka sendiri dipilih menjadi titik pendampingan Fahmina Institute terkait isu toleransi dan keadilan gender untuk program JISRA (Joint Initiative for Strategic Religious Action). Karena dua wilayah tersebut rentan dengan isu-isu toleransi dan keadilan gender.

Workshop digelar di salah satu hotel di bilangan Wahidin, Kota Cirebon, selama dua hari pada 17-18 Desember 2022. Hasilnya, semua pihak yang terlibat dalam workshop antusias untuk kolaborasi.

Toleransi dan keadilan gender merupakan isu yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Fenomena diskriminasi terkait dua isu tersebut mengemuka, baik di media sosial maupun mainstrem.

Baca Juga: Waw!! 7 Presiden RI Pernah Berkunjung ke Majalengka Apa yang Dilakukan?

Sementara masyarakat lebih mudah tergerak pada isu-isu yang bersifat permukaan di media sosial. Masyarakat pada umumnya jarang menggali pendalaman berita atau konten yang sedang mengemuka.

Fahmina sebagai lembaga CSO yang konsen mengampanyekan isu toleransi dan keadilan gender menyadari benar hal tersebut.

Karena itu Fahmina menggandeng dan duduk bareng praktisi media untuk berkolaborasi merumuskan kampanye isu toleransi dan keadilan gender.

Baca Juga: KISAH PERJUMPAAN Mbah Moen dengan Nabi Khidir As, Pesan untuk Umat Akhir Zaman

Alifatul Arifiati selaku Program Manager Fahmina Institute mengatakan, workshop yang dilaksanakan bertujuan mengajak kolaborasi dengan media dan juga CSO (Civil Society Organization) yang konsen mengampanyekan isu toleransi dan keadilan gender.

Menururnya, media dan CSO merupakan teman yang strategis mengampanyekan isu tolrenasi dan keadilan gender kepada masyarakat. Sehingga pesannya bisa lebih masif dan dijangkau masyarakat lebih luas.

"Kita tahu bersama, salah satu fungsi media kan bisa menjadi sarana pendidikan yang masif untuk masyarakat. Sehingga media menjadi teman strategis banget bagi Fahmina maupun teman-teman CSO yang lain," terangnya.

Baca Juga: DEMI GAJI 25 JUTA PER BULAN, Para Siswa LPK Hanaman Majalengka Rela Verifikasi Pendafataran ke Banten

Karena menurutnya lagi, sejumlah media ada yang memberitakan isu toleransi dan keadilan gender. Namun narasi atau perspektifnya kadang kurang memadai.

"Karena itu kita mengajak kolaborasi, sekaligus belajar bareng. Sehingga antara media dengan CSO yang konsen dengan isu toleransi dan keadilan gender saling melengkapi,” tambahnya.

Bangun Inisiatif Positif Interaksi Antarumat Beragama

Selaras dengan Direktur Fahmina Institute, Rosyidin. Menurutnya, media sangat berperan penting dalam mengomunikasikan peristiwa di tengah masyarakat.

Baca Juga: Ini 4 Formasi yang Cepat Lolos CPNS 2023, Simak Selengkapnya di Sini

Isu toleransi dan keadilan gender bagi sebagian orang dinilai sensitif. Bahkan kalau tidak tepat dalam memberitakan, media kadang bisa memperburuk situasi.

Perlunya sensitivitas terhadap isu toleransi dan keadilan gender sangat penting dalam pemberitaan. Sehingga informasi yang disampaikan berimbang dan bisa mengedukasi masyarakat.

Rosyidin melihat media mainstrem di wilayah 3 Cirebon belum banyak yang mengangkat inisitif-inisiatif positif terkait interaksi atau toleransi antarumat beragama.

Baca Juga: MAJALENGKA TEMPO DOELEO, Bekerja Telanjang Dada di Bawah Tekanan Kompeni Belanda

"Yang beberapa kali muncul itu justru konflik atau kasusnya. Misalkan, adanya penolakan pendirian tempat ibadah dan lainnya. Kasus itu (yang diberitakan) memicu yang tidak tahu menjadi tahu. Lalu mengonsolidasi kelompok-kelompok intoleran (untuk aksi penolakan)," tuturnya.

Karena itu, menurut Rosyidin, Fahmina memikirkan jembatan. Cara-cara mempertemukan antara masyarakat yang terdiskriminasi dengan kelompok intoleran.

Sehingga workshop perumusan strategi kampanye media untuk toleransi dan keadilan gender di Kabupaten Cirebon serta Majalengka menjadi strategis.

Baca Juga: Harus Coba! Ini 8 Makanan Khas Majalengka yang Enak dan Murah

"Tidak hanya selesai pada workshop. Tapi perlu tindak lanjut yang lebih masif lagi," harapnya.

Untuk diketahui, hadir dalam workshop yang digelar Fahmina tersebut Mubadalah.id, Portal Majalengka, Peacegen, ISIF, Kompas, About Cirebon, Cirebon Bribin, Siberasi.id, Cirebon Feminis, LPM Fatsoen, Radar Majalengka, Info Majalengka, Umah Ramah, Forkolim Remaja, Macakata.***

Editor: Husain Ali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x