INILAH KISAH Sunan Gunung Jati Menbawa Cirebon ke Mancanegara (2)

14 Maret 2022, 07:00 WIB
INILAH KISAH Sunan Gunung Jati Menbawa Cirebon ke Mancanegara /

PORTAL MAJALENGKA - Kurang lebih tujuh tahun setelah Syarif Hidayatullah tiba di Cirebon, pada  sekitar tahun 1479 M, Pangeran Cakrabuana (Haji Abdullah Imam) selaku penguasa Cirebon (Caruban) menyerahkan kekuasaannya kepada Syarif Hidayatullah, keponakan dan sekaligus menantunya.

Portal Majalengka akan memberikan informasi tentang keberhasilan Sunan Gunung Jati di Bidang Pemerintahan, Ekonomi, Politik dan Militer sehingga  menjadi Pusat Peradaban Islam di Indonesia sampai mancanegera dari berbagai sumber.

Dalam kedudukannya sebagai penguasa Cirebon, Syarif Hidayatullah bergelar Susuhunan Cirebon atau Susuhunan Jati atau Sinuhun Purba.

Baca Juga: Segini Tarif Permohonan Pembuatan Sertifikasi Halal yang Ditentukan BLU PBJPH Kemenag RI

Ia bersemayam di Keraton Pakungwati yang dibangun oleh Pangeran Cakrabuana.

Penobatan Syarif Hidayatullah didukung pula oleh para kepala wilayah pesisir utara dan dikukuhkan oleh dewan wali yang dipimpin oleh Sunan Ampel.

Para wali menetapkan Susuhunan Jati (Susuhunan Cirebon) sebagai Panetep Panatagama Rasul rat Sundabhumi.

Dengan demikian susuhunan Jati (kemudian terkenal dengan nama Sunan Gunung Jati) merupakan “pandita ratu”, karena selain sebagai kepala pemerintahan (penguasa) ia berperan sebagi wali penyebar agama Islam.

Baca Juga: Presiden Jokowi Dijadwalkan Nonton Langsung MotoGP 2022 Mandalika

Oleh karena itu oleh kalangan tradisi setempat ia disebut Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Penata Agama Awliya Allah Kutubid Zaman Kholipatur Rasulullah SAW.

Langkah awal tindakan politik yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati ialah melepaskan diri dari pengaruh dan kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran.

Cirebon menghentikan kewajiban memberi upeti tahunan berupa garam dan terasi kepada Kerajaan Hindu Sunda Pajajaran.

Adapun beberapa Keberhasilan Sunan Gunung Jati dalam bidang pemerintahan, ekonomi, politik dan Militer, diantaranya sebagai berikut:

Baca Juga: Berikut Cara Download Formulir Pendaftaran Sertifikasi Halal di BPJPH Kemenag RI

1. Wilayah bawahan kerajaan Cirebon hingga 1530 sudah  meliputi separuh dari Provinsi Jawa Barat sekarang termasuk Provinsi Banten dengan jumlah penduduk saat itu kurang lebih 600.000 orang yang sebagian besar beragama non-Islam.

Pelabuhan-pelabuhan penting di pantai utara Jawa Barat  seluruhnya sudah dapat dikuasai oleh kerajaan Cirebon.

2. Masjid jami’ di ibukota, masjid-masjid di berbagai wilayah  bawahannya, (pancaniti), serta langgar-langgar di pelabuhan telah selesai dibangun.

Salahsatu Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Masjid Merah Depok dan beberapa lainnya.

Baca Juga: Tidak Diundang Konferensi Pers MotoGP 2022, Aleix Espargaro Senang Punya Banyak Waktu Bersepeda di Mandalika

3. Keraton Pakungwati –kediaman resmi Sunan Gunung Jati sudah disesuaikan dengan fungsi dan posisinya sebagai bangunan utama pusat pemerintahan kerajaan yang berdasarkan Islam.

4. Tembok keliling keraton berikut beberapa pintu gerbang, pangkalan perahu kerajaan, pos-pos penjagaan keamanan, istal kuda kerajaan, dan pedati-pedati untuk mengangkut barang, serta sitinggil, bangunan untuk pengadilan dan alun-alun telah selesai dibangun dan diperindah.

5. Tembok keliling ibukota meliputi areal seluas kurang lebih 50  hektar dengan beberapa pintu gerbang dan pos jagabaya telah selesai dibangun dan dikerjakan selama kurang lebih tiga tahun.

Baca Juga: Amalkan Ajaran Nabi Muhammad SAW, Doa Memakai Pakaian Baru dan Segala Hal yang Baru

6. Jalan besar utama menuju pelabuhan Muarajati dan jalan-jalan di ibukota serta jalan-jalan yang menghubungkan ibukota dengan wilayah-wilayah bawahannya telah selesai dibangun.

7. Pasukan jagabaya jumlahnya sudah cukup banyak, organisasinya sudah ditata dengan komandan tertinnginya dipegang oleh tumenggung yang disebut Tumenggung Jagabaya.

8. Dalam urusan penyelenggaraan pemerintahan, baik di pusat maupun kerajaan maupun di wilayah bawahan telah diatur dalam tata aturan pemerintahan yang cukup rapi. Sunan Gunung Jati telah melakukan penyeragaman gelar-gelar jabatan.

Baca Juga: Nonton MotoGP 2022 Mandalika Jalur Darat Lebih Hemat, Simak Tarif Kapal Penyebrangan Berikut

Selain penataan pemerintahan, untuk memperluas wilayah kekuasaan dan menyebarkan ajaran agama Islam, pada tahun 1552 wilayah Banten ditingkatkan dari keadipatian atau Kadipaten Banten menjadi Kesultanan Banten yang mandiri.

Sultan Banten pertama  adalah pangeran Adipati Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati dari Dewi Kawunganten yang bersal dari Banten.

Kekuasaan Hasanuddin  meliputi Lebak, Pandeglang, Serang, dan Sunda Kelapa. Tindakan Sunan Gunung Jati menjadikan Banten sebagai kesultanan yang mandiri dilatarbelakangi oleh keinginan Sunan Gunung Jati untuk  mempersempit wilayah kerajaan yang semakin luas.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler