Sjafruddin Prawiranegara, Presiden ke-2 RI yang Terlupakan

- 31 Agustus 2020, 12:35 WIB
Foto Presiden dan Wakil Presiden
Foto Presiden dan Wakil Presiden /

Baca Juga: Vote Bukit Mercury Sayang Kaak di API Awards 2020

Demi memperlihatkan bahwa pemerintahan RI masih eksis setelah para tokoh sentralnya ditawan, Sjafruddin berpidato melalui radio yang ditujukan kepada seluruh rakyat Indonesia dan pasukan TNI.

Pidato lengkap Sjfaruddin Prawiranegara:

"Belanda menyerang pada hari Minggu, hari yang biasa dipergunakan oleh umat Nasrani untuk memuja Tuhan. Mereka menyerang pada saat tidak alam lagi akan merayakan hari Ntal Isa AS, hari suci dan perdamaian bagi umat Nasrani. Jusru karena itu semuanya, maka lebih-lebih perbuatan Belanda yang megakui dirinya bergama Kristen, menunjukkan lebih jelas dan nyata sifat dan tabiat bangsa Belanda: Liciknya, curangnya dan kejamnya. Karena serangan tiba-tiba itu mereka telah berhasil menawan Presiden, Wakil Pesiden, Perdana Menteri, dan beberapa pembesar lain. Dengan demikian, mereka menduga menghadapi suatu keadaan negara Republik Indonesia yang dapat disamakan dengan Belanda sendiri pada suatu saat negaranya diduduki Jerman dalam Perang Dunia II, ketika rakyatnya kehilangan akal, pemimpinnya putus asa dan negaranya tidak dapat ditolong lagi.”

“Tetapi kita membuktikan bahwa perhitungan Belanda itu sama sekali meleset. Belanda mengira bahwa dengan ditawannya pemimpin-pemimpin kita yang tertinggi, pemimpin-pemimpin lain akan putus ada. Negara RI tidak tergantung kepada Soekarno-Hatta, sekalipun kedua pemimpin itu sangat berharga bagi kita. Pata tumbuh hilang berganti!”

Baca Juga: Bunga 1,9 Juta Nasabah Pegadaian Dibebaskan

“Kepada seluruh Angkatan Perang Negara RI kami serukan: Bertempurlah, gempurlah Belanda di mana saja dan dengan apa saja mereka dapat dibasmi. Jangan letakkan senjata , menghentikan tembak-menembak kalau belum ada perintah dari pemerintah yang kami pimpin. Camkanlah hal ini untuk menghidarkan tipuan-tipuan musuh!".

Pidato tersebut menjadi momok bagi Belanda karena dengan pidato tersebut secara tidak langsung Sjafruddin telah menegaskan kepada dunia internasional bahwa Indonesia masih ada.

Siaran radio itu dapat ditangkap oleh stasiun radio Singapura dan juga disadap oleh radio Belanda di daerah Riau. Sejak saat itu PDRI menjadi musuh nomor satu bagi Belanda. Perjuangan mereka ternyata membuahkan hasil.

Baca Juga: Sebelum ke Manusia, Neuralink Pasang Chip di Otak Babi

Halaman:

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x