Berbeda dengan SD dan SMP, Jenjang SMA Tetap Melakukan Pembelajaran Daring

21 Agustus 2020, 06:41 WIB
Ilustrasi sekolah daring. *PR /PR/

PORTAL MAJALENGKA – Masih munculnya kasus positif Covid-19 di Majalengka, membuat hampir seluruh sekolah masih melakukan pembelajaran daring.

Pemerintah setempat baru akan membuka pembelajaran di jenjang SD dan SMP, itupun dengan persyaratan tertentu.

Hal tersebut membuat beberapa guru mengaku pelaksanaannya merepotkan.

Baca Juga: Asep Eka Mulyana, Tandang jadi Calon Ketua DPD Partey Golkar Kabupaten Majalengka

Kasubbag TU SMKN 1 Majalengka Ida Nuraida mengungkapkan, sekolahnya belum memiliki rencana untuk melakukan pembelajaran tatap muka.

Hal ini khawatir beresiko terjadinya penularan Covid-19 terhadap siswa maupun guru dan pegawai Tata Usaha.

Sebab siswa di sekolahnya tidak hanya berasal dari satu kecamatan melainkan dari berbagai kecamatan di Kabupaten Majalengka.

Hal tersebut sangat rentan karena belum diketahui apakah tempat tinmggal mereka masuk zona hijau, kuning atau bahkan merah.

“Kami sementara tetap memilih pembelajaran lewat daring, dari pada nanti menjadi klaster SMK, kemudian sekolah kami di lockdown," ujarnya.

"Walaupun penjagaan dan pencegahan sangat ketat kami tetap khawatir virus muncul tanpa kita ketahui, siapa yang memabwa dan siapa yang terpapar,” ungkap Ida.

Baca Juga: Kemerdekaan RI dan Tahun Baru Hijriyah; Milestone Kebangkitan Islam Keindonesiaan

Menurutnya, kepala sekolah di sekolahnya sangat ketat mengawasi dan menerapkan protokol kesehatan.

Minggu ini bahkan seluruh lingkungan sekolahnya akan segera dibersihkan serta disemprot desinfektan.

Kemudian semua dikunci agar tidak semua orang bisa masuk ke lingkungan sekolah selain mereka yang benar-benar berkepentingan.

Hal yang sama disampaikan salah seorang guru SMKN Talaga Sris Susilawati yang sekolahnya masih akan melaksanakan pembelajaran lewat daring bagis semua siswanya.

Selain karena belum ada pemberitahuan pemberlakuan tatap muka dari kepala sekolahnya, juga karena resiko yang harus ditempuh dianggap terlalu berat.

Meski demikian menurutnya guru-guru dan pegawai TU tetap ke sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan.

Serta bagi siswa yang kurang paham terhadap materi pelajaran yang dilakukan lewat google classroom.

Siswa bisa langsung menghubungi guru untuk mendapatkan penjelasan materi pelajaran yang diberikan kapanpun pihak siswa menginginkan.

“Siswa yang tidak memiliki android bisa menghubungi sekolah ,” katanya, sebagaimana diberitakan Pikiranrakyat.com-Kabar Cirebon sebelumnya dalam artikel (https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01679348/diakui-merepotkan-smasmk-dan-ma-di-majalengka-tetap-belajar-daring).

Cepi Solehudin guru SMK Padarek, Kecamatan Lemahsugih mengatakan, pembelajaran lewat daring memang sedikit repot karena banyak siswanya yang tidak memiliki HP android, atau HP-nya rusak sehingga mereka tidak bisa mengakses google classroom.

Bagi siswa seperti ini pihaknya terpaksa harus menemui satu per satu siswa ke rumahnya, walaupun jaraknya lumayan jauh dari sekolah agar yang bersangkutan tetap bisa mengikuti pembelajaran.

“Ada beberapa siswa yang HP nya rusak. Mereka ditemui ke rumahnya amsing-masing dna diminta untuk menghubingi sekolah untuk diberikan pinjaman tablet milik sekolah," ungkapnya.

"Dengan cara begitu mereka bisa belajar kembali. Ada lebih dari 10 orang siswa yang saya ajar yang HP nya rusak dan tidak memiliki HP android kemudian dipinjamkan tablet milik sekolah yang baisa dipergunakan praktek para siswa,” ungkap Cepi.

Siswa di sekolahnya tidka hanya berasal dari wilayah Kecamatan Lemahsugih namun juga sebagian berasal dari Sumedang yang desanya perbatasan antara Majalengka-Sumedang.

Sehingga wilayah tersebut tidak diketahui apakah masuk zona hijau atau merah.

“Informasi yang diperoleh mengenai penularan virus Covid terus merebak, ada di tetangga desa, ada tetangga kecamatan. Jadi semakin khawatir jika harus melakukan pembelajaran tatap muka,” kata Cepi.

Mereka menyebutkan untuk sekolah tatap muka sekolah harus benar-benar tahu peta penyebaran virus, bagaimana menangani kala ada kasus,  bagaimana sekolah bertindak kedepan, bagaimana cara koordinasi dan kepada siapa harus koordinasi.(Tati Purnawati/Kabar Cirebon)

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Kabar Cirebon PikiranRakyat-Cirebon.com

Tags

Terkini

Terpopuler