Ini Ternyata Kenapa Gus Dur Dihormati Umat Konghucu

- 13 Oktober 2022, 22:31 WIB
Ini Ternyata Kenapa Gus Dur Dihormati Umat Konghucu
Ini Ternyata Kenapa Gus Dur Dihormati Umat Konghucu /Instagram @jaringangusdurian/

PORTAL MAJALENGKA - KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memang dikenal mudah bergaul dengan berbagai kalangan, tak terkecuali umat Konghucu.

Di mata umat Konghucu saat ini, Gus Dur dianggap sosok yang paling berjasa. Sejumlah perjuangan Gus Dur juga dinilai membela kaum minoritas di Indonesia.

Misalnya saja, Gus Dur pernah memperjuangkan hak umat Konghucu dengan mencabut Instruksi Presiden soal larangan perayaan Tahun Baru Imlek.

Baca Juga: Ini yang Terjadi ketika Presiden Gus Dur Kena 'Semprot' Istri Kepala Protokoler Istana

Dikutip Portal Majalengka dari Youtube KKW, setidaknya selama 31 tahun mulai dari 1968 hingga 1999, Tahun Baru Imlek dilarang dirayakan di tempat umum di Indonesia.

Aturan itu tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 14 tahun 1967 yang dibuat Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto. Hingga hari ini, tidak ada yang tahu mengapa Presiden Soeharto membuat Inpres tersebut.

Barulah pada tahun 2000 Inpres itu dicabut Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Dengan dicabutnya Inpres itu, masyarakat Tionghoa kembali mendapatkan kebebasannya untuk merayakan Tahun Baru Imlek di negara ini.

Baca Juga: Jasa Sunan Gunung Jati dan Raden Walangsungsang, Cirebon Jadi Sentral Penyebaran Islam di Jawa Barat

Gus Dur kemudian menindaklanjuti keputusannya dengan menetapkan Imlek sebagai hari libur fakultatif berlaku bagi mereka yang merayakannya. Pada 2003, Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri resmi menjadikan Imlek sebagai hari libur nasional.

Bahkan, berkat Gus Dur saat jadi presiden, Konghucu menjadi salah satu agama yang resmi diakui negara di Indonesia.

"Gus Dur sudah lama bergaul dengan teman-teman Konghucu," kata Alissa Wahid.

Baca Juga: Kuliner Siomay Pojokan Surabaya Buka Magrib Tutup Subuh, Ramainya Gak Masuk Akal

Pada tahun 90-an, kata Alissa Wahid, Gus Dur pernah menjadi saksi ahli untuk pernikahan dua orang Konghucu di Surabaya yang bernama Budi Wijaya dan Lani Guito.

Budi dan Lani adalah pasangan pengantin Konghucu yang hendak mencatatkan pernikahannya ke kantor catatan sipil Surabaya. Tetapi karena Konghucu saat itu tidak diakui di Indonesia, perkawinan mereka kemudian juga tidak diakui oleh negara.

"Saat itu hanya ada 5 agama resmi yang diakui pemerintah Indonesia. Pasangan itu pun akhirnya mengajukan gugatan resmi ke pengadilan tata usaha negara Surabaya," ujar Alissa.

Baca Juga: KULINER! Resep Masakan Gado-Gado, Dilengkapi Wortel Potong Korek Api Rebus

Alasannya, lanjut Alissa, agar anak-anak Budi dan Lani mendapat pengakuan dari negara dan tidak dianggap sebagai anak di luar pernikahan.

Selain itu, kata Alisa Inpres 14 tahun 1967 juga telah menyebabkan diskriminasi pada tahun 80 hingga 90-an. Orang Tionghoa tidak punya tempat selain di ruang ekonomi dan terkadang olahraga di Indonesia.

"Itu satu paket, nggak bisa dilihat dari Imleknya atau Konghucunya saja. Tapi juga bagaimana diskriminasi itu sudah terjadi begitu lama," ujar putri Gus Dur itu.

Baca Juga: Ukuran Akuarium Ikan Channa Stewartii, Butuh Sempit Apa Luas? Jangan Bingung Berikut Penjelasannya

Begitu mencabut Inpres itu, jelas Alissa, Gus Dur secara gradual memperkenalkan penerimaan terhadap tradisi Tionghoa. Gus Dur pun ikut merayakan Imlek yang pertama pada tahun 2000.

Itulah alasan kenapa Gus Dur begitu dikenang oleh umat Konghucu di Indonesia.***

Editor: Husain Ali

Sumber: YouTube KKW


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah