Idul Adha Arab Saudi dan Indonesia Berbeda, Profesor Alumni SMAN 2 Cirebon Bicara Soal Kerancuan Garis Tanggal

- 8 Juli 2022, 20:45 WIB
Profesor Riset Astronomi-Astrofisika alumni SMAN 2 Cirebon, Thomas Djamaluddin menjelaskan terkait perbedaan Idul Adha versi Kemenag RI dan Arab Saudi.
Profesor Riset Astronomi-Astrofisika alumni SMAN 2 Cirebon, Thomas Djamaluddin menjelaskan terkait perbedaan Idul Adha versi Kemenag RI dan Arab Saudi. /HO-Kemenag/am./Antara

PORTAL MAJALENGKA - Idul Adha tahun ini berbeda pelaksanaan, yakni Sabtu 9 Juli 2022 bagi pengguna metode hisab dan Minggu 10 Juli 2022 untui metode rukyat.

Perbedaan Idul Adha antara Indonesia dengan Arah Saudi juga dinilai rancu, padahal kerancuan perbedaan hari Idul Adha tersebut utamanya karena kerancuan penggunaan 2 garis tanggal yang tidak disadari oleh kebanyakan orang.

Pernyataan mengenai perbedaan Idul Adha tersebut disampaikan Profesor Thomas Djamaluddin, Profesor Riset Astronomi-Astrofisika LAPAN sekaligus anggota Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama RI.

Baca Juga: Idul Adha Ikut Kemenag atau Arab Saudi? Profesor Astronomi Alumni SMAN 2 Cirebon Beri Penjelasan

Menurut alumni SMAN 2 Cirebon ini, nama hari dan tanggal merujuk pada garis tanggal internasional (IDL) di Pasifik, yang merupakan produk konvensi internasional pada tahun 1884 dan  bebas diubah sesuai keputusan politik negara-negara di sekitarnya.

"Awal tanggal bulan hijriyah sesungguhnya membentuk garis tanggal Qomariyah (internasional lunar date line -- ILDL), yang bergantung kriteria hisabnya atau ketampakan rukyat bil fi'li," terang Profesor Thomas.

"Itu produk sunatullah pada sistem bumi-bulan-matahari. ILDL itu dinamis,  setiap bulan bergeser," sambung Profesor Thomas.

Dalam kasus perbedaan Idul Adha 1443 H, ILDL membelah Arab Saudi dan Indonesia. Akibatnya Arab Saudi lebih dahulu mengawali Dzulhijjah dan Idul Adha di Arab Saudi 9 Juli 2022 sementara di Indonesia 10 Juli 2022.

Baca Juga: Profesor Alumni SMAN 2 Cirebon Pernah Memprediksi Perbedaan Idul Adha 2022,  Ini Penjelasan Ilmiahnya

Dalam blog @tdjamaluddin.wordpress.com, Profesor Thomas Djamaluddin menjelaskan kalender adalah hasil perhitungan (hisab) dengan suatu kriteria tertentu dalam menetapkan hari dan tanggal setiap siklus harian, bulanan, dan tahunannya.

Karena bumi bulat, awal hari, awal bulan, atau awal tahun pada sistem kalender global harus ditetapkan batasnya. Itulah yang dinamakan garis tanggal.

Secara umum ada 2 sistem kalender, sistem matahari (solar calendar atau almanak syamsiah, berdasarkan ketampakan matahari) dan sistem bulan (lunar calendar atau almanak qamariyah, berdasarkan ketampakan bulan).

Pada kalender matahari internasional, awal hari ditetapkan pada tengah malam pukul 00.00. Jadi, ketika IDL melintasi waktu pukul 00.00 maka saat itulah mulai terjadi pergantian hari dan tanggal.

Baca Juga: Bacaan Niat Puasa Tarwiyah dan Arafah Jelang Idul Adha 2022, Tulisan Arab, Latin, Terjemah Lengkap Doa Iftar

Garis tanggal internasional ditetapkan sekitar garis bujur 180 derajat. Tidak mungkin lurus karena mengikuti keputusan otoritas di sekitar garis tanggal itu.

Sampai 1845 Filipina dan Indonesia terpisah oleh garis tanggal. Alasannya, penjajah Spanyol datangnya dari arah benua Amerika, jadi harinya disamakan dengan waktu di benua Amerika.

Demikian juga Alaska. Sampai 1867, Alaska dan Kanada terpisah oleh garis tanggal, karena Alaska masih milik Rusia sebelum dibeli oleh Amerika Serikat.

Kiribiti pada 1995 menggeser garis tanggal 30 derajat ke timur, sehingga hari di Kiribiti sama dengan negara-negara Asia-Pasifik lainnya.

"Bagaimana kalender Hijriyah yang berdasarkan bulan akan diglobalisasikan? Prinsipnya sama, harus ada garis tanggal," jelas Profesor Thomas.

Baca Juga: Kementan Gandeng Camat Seluruh Indonesia Tanggulangi Penyebaran PMK

Namun harus disadari, hari harus tunggal, baik untuk kalender matahari maupun kalender bulan, walau mulainya bisa saja sedikit berbeda.

Maka, hari mengikuti sistem kalender matahari dengan garis batas hari sama dengan garis tanggal internasional, tetapi mulainya sejak maghrib saat biasa dilakukan rukyat.

"Nah, awal tanggalnya yang harus ditetapkan berdasarkan garis tanggal menurut kriteria yang disepakati secara global," tandasnya.

Kalender Hijriyah didasarkan pada kriteria ketampakan hilal, walau rumusannya belum ada kesepakatan. Bagaimanapun, menurutnya memberlakukan suatu sistem secara global harus didasarkan pada kesepakatan global juga. 

Kesepakatan yang utama menurut Profesor Thomas adalah kriterianya. Dengan kriteria yang disepakati, mudah saja dibuatkan garis tanggalnya. Astronom mudah membuatkan garis tanggal itu tergantung kriteria yang disepakati.

Baca Juga: Pertama dari Empat Turnamen Terakhir, Rinov-Pitha Melaju ke Semifinal Malaysia Masters 2022

Berikut contoh garis tanggal awal Syawal 1432 berdasarkan 3 kriteria:

1. Kriteria Wujudul Hilal, kriteria paling sederhana, hanya berdasarkan hitungan bulan lebih lambat terbenam dari matahari sesudah ijtimak.

2. Kriteria Imkan Rukyat 2 derajat, yang sederhana hanya didasarkan pada data rukyat terbatas yang belum tervalidasi.

3. Kriteria Imkan Rukyat astronomi yang didasarkan pada data rukyat secara global dan jangka panjang yang divalidasi secara astronomis.

Tiga kriteria itu bisa menjadi pertimbangan untuk diajukan secara global untuk disepakati. Kalender Hijriyah yang dikehendaki adalah kalender yang bisa digunakan untuk penetapan waktu ibadah, bukan sekadar kalender administratif ala Ummul Quro di Arab Saudi.

Baca Juga: GUS DUR Dapatkan Bisikan dari Malaikat dan Membuat Pemulung Menangis

Arab Saudi menetapkan waktu ibadah dengan rukyatul hilal, tidak bergantung pada kalender Ummul Quro.

Kriteria Wujudul Hilal tidak populer secara internasional, dan pada saat posisi bulan rendah pasti terjadi perbedaan dengan hasil rukyat yang masih dipraktikkan di banyak negara termasuk Arab Saudi.

Kriteria Imkan rukyat 2 derajat walaupun masih sederhana dan hanya didasarkan pada beberapa data rukyat yang belum tervalidasi, kriteria ini telah disepakati sebagian besar ormas Islam di Indonesia dan negara-negara MABIMS (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).

Sedangkan kriteria Imkan Rukyat astronomi punya landasan ilmiah astronomis. Jika sudah disepakati kriterianya, langkah berikutnya adalah implementasi.

Baca Juga: Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe Meninggal, Sempat Kritis setelah Ditembak saat Kampanye Pemilihan

Menurut Profesor Thomas, jika mau diberlakukan secara global (satu hari-satu tanggal dalam sistem kalender Masehi, ala Jamaluddin Ar-Raziq dari Maroko), maka penetapan tanggal didasarkan pada imkan rukyat pertama kali.

"Dengan sistem ini rukyat lokal tidak berlaku lagi. Tetapi, selama belum ada otoritas tunggal secara global ala khilafah, cara ini sulit diimplementasikan," terangnya.

Sementara jika mau diberlakukan atas dasar zona atau regional, maka implementasinya didasarkan pada imkan rukyat yang pertama kali di zona atau regional tersebut.

Namun ini pun bergantung pada kesepakatan zona atau regional tersebut. Saat ini baru ada kesepakatan di antara negera-negara MABIMS. Maka bila itu diterapkan di regional MABIMS yang mungkin diperluas ke ASEAN.

Baca Juga: Keramat KH Dimyati Rois, Minum Air Laut Sampai Habis hingga Uang Keluar dari Buku

Implementasi realistis yang mungkin diterapkan saat ini menurut Profesor Thomas, adalah dengan prinsip wilayatul hukmi, yaitu berdasarkan otoritas wilayah hukum negara.

Kalau prinsip wilayatul hukmi yang diterapkan, maka awal bulan didasarkan pada imkan rukyat pertama kali di sebagian wilayah negara tersebut.

"Maka kita akan melihat garis tanggal dibelok-belokkaan mengikuti batas negara, mirip seperti dibelok-belokkanya garis tanggal internasional," pungkas Profesor Thomas. *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: blog @tdjamaluddin.wordpress.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah