Dalam kondisi saturasi seperti itu, virus Covid-19 sudah menjalar hingga ke tirik-titik sentral di jalur pernapasannya. Sehingga, saat dibawa ke RS kondisinya sudah dalam keadaan sulit.
"Artinya virusnya udah nyebar ke dalam paru dan udah sesak," katanya.
Dia mengakui ada masalah dengan edukasi masyarakat. Masih ada stigmatisasi bahwa penyakit Covid-19 merupakan aib yang harus ditutupi. Padahal, kata dia, dari tingkat kematiannya, wafat akibat Covid-19 masih lebih rendah dibandingkan dengan TBC.
Baca Juga: Menkes Budi Gunadi Butuh Ribuan Nakes dan Dokter untuk Antisiapsi Lonjakan Kasus Covid-19
"Kami melihat oh ini terjadi karena satu hal. Mungkin karena edukasi masyarakat (kurang) sehingga orang takut kalau kena Covid-19 seperti aib, ya jangan. Covid-19 ini secara fatality, lebih rendah dari TBC kok. Lebih rendah daripada AIDS, jadi kalau dia dirawat lebih cepat, harusnya bisa sembuh," katanya.
Dia menambahkan, pasien yang terpapar Covid-19 harusnya tidak malu. Juga tak perlu khawatir. Yang penting, kata dia, saat terjangkit virus, harus segera melaporkan ke fasilitas kesehatan. Sehingga penanganannya lebih cepat.
"Nggak usah malu, nggak usah khawatir kalau kena (Covid-19). Yang penting lapor saja. Cepat tes. Kita bs tangani. Yang penting dijaga saturasinya diatas 94 persen," katanya.***