5 Tempat Wisata Peninggalan Sejarah di Majalengka

- 19 Desember 2022, 08:00 WIB
Goa Jepang di Majalengka ini memiliki nilai sejarah kemerdekaan
Goa Jepang di Majalengka ini memiliki nilai sejarah kemerdekaan /Tangkapan layar YouTube/Nizar Makhrus

PORTAL MAJALENGKA - Selain kaya akan wisata alam dan agrowisata, Majalengka juga memiliki destinasi wisata sejarah.

Bahkan hingga saat ini para peneliti masih terus melakukan kajian untuk mencari bukti-bukti peninggalan sejarah yang ada di Majalengka.

diterangkan di dalam Buku Sejarah Majalengka Karya N Kartika yang mewawancarai Budayawan Ayatrohaedi, Nama Majalengka bila diartikan dalam bahasa Jawa Kuno yaitu kata ‘Maja’ merupakan nama buah dan kata ‘Lengka’ yang berati pahit, jadi kata ‘Majalengka’ adalah nama lain dari kata Majapahit.

Baca Juga: Melihat 4 Tradisi Adat yang Masih Ada di Majalengka

Selain itu Majalengka sebagai ibu kota kabupaten selanjutnya semakin dikuatkan dengan adanya Surat Staatsblad, 1887 No. 159 mengatur dan menjelaskan tentang batas-batas wilayah dari Kota Majalengka.

Nah, untuk belajar sambil berwisata sejarah, berikut beberapa tempat yang Portal Majalengka kumpulkan, dan diyakini punya nilai sejarah di Majalengka.

1. Goa Jepang

Goa Jepang atau Bunker Kodim yang berlokasi di Jalan KH Abdul Halim Kelurahan Tonjong Majalengka, saat ini mulai jadi perhatian wisatawan.

Bahkan, pada hari libur banyak warga yang berkunjung untuk melihat secara langsung seperti apa Goa Jepang atau Bunker Kodim tersebut.

Baca Juga: RESMI DIBUKA Pendaftaran Panitia Pemungutan Suara PPS oleh KPU Kabupaten Majalengka via SIAKBA

Kepala Disparbud Majalengka, Iding Solehudin mengatakan berdasarkan hasil penelitian Bunker Kodim ini dinyatakan sebagai tinggalan purbakala yang memenuhi sebagai Cagar Budaya Tingkat  Provinsi Jawa Barat dan dilindungi Undang-undang  Nomor 11 tahun 2012 tentang cagar budaya dan telah terdaftar pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat yang dikelola Kodim 0617 Majalengka.

"Berdasarkan hasil pendataan, bangunan komplek tersebut sejak awal telah digunakan sebagai tangsi militer Belanda. Dilihat dari gaya bangunannya, kemungkinan tangsi ini dibangun pada akhir abad 19 sampai dengan dekade abad 20," katanya.

Bunker bangunannya sambung dia seluas 116 meter persegi berdiri di atas lahan 69.000 meter persegi tepat menghadap Sungai Cibedug dan jalan KH Abdul Halim tepat di sebelah selatannya.

Baca Juga: Messi Kalah GACOR dari Mbappe, Cetak Hattrcik di Final Piala Dunia 2022 dan Berhak atas Sepatu Emas

Bungker dibangun pada tebing sungai yang diperkuat dengan bata dan beton, sisi luarnya teteap berupa tanah sebagai kamuflase dan juga sebagai peredam. Antara  bunker pertama dengan kedua  berjarak 7 meter.

"Pintu bunker 1 menghadap ke barat dan pintu bunker 2 menghadap ke barat laut. Sehingga kedua bangunan bunker menghadap markas kodim. Daun pintunya terbuat dari baja dengan lubang persegi empat sebagai ventilasi udara dan cahaya," paparnya.

Masih dikatakannya, tinggi pintu berukuran 175 cm, lebar 122 cm, dengan ketebalan 10 cn. Didnding bunker terbuat dari bata yang dilapisi beton dengan ketebalan 48 cm,  begitupun dengan dinding bagian atas meakioun ketebalannya tidak diketahui dan berlantai tanah.

Baca Juga: Argentina Menang Dramatis Atas Prancis di Final Piala Dunia 2022 Qatar

"Ketebalan dinding yabg berbeda terdapat pada bagian dinding pintu yang memiliki ketebalan 50 cm. Tiap bunker memiliki ruangan berbentuk U pada tiap ujung lorongnya dengan panjang 4,2 m terdapat pintu jalan keluar masuk dengan jarak antar pintu 4,4 m. Untuk prngamatan dinding bunker bagian dalam terlihat adanya bekas lubang kusen pintu letaknya pada ujung dalam kedua lorong," ungkapnya. 

Masih dijelaskan Gatot, ruang utama bunker disekat menjadu dua dengan satu pintu penghubung yang kini hanya tetlihat bekas kusen saja. Setiap ruang berukuran 550x370 cm dan 400x370 cm dengan tinggi 187 cm.

Baca Juga: Aksi Akrobatik Mbappe Balas Gol Messi, Argentina Ditahan Imbang Prancis di Final Piala Dunia 2022

2. Gedung Jangkung

Penyebutan Gedung Jangkung atau dalam bahasa Indonesia artinya tinggi, oleh masyarakat dikarenakan bangunan ini memiliki menara pada satu sudut bangunannya, yaitu di sudut barat daya, sesuai dengan sudut persimpangan.

Bangunan berdiri di atas batur dengan ketinggian ± 75 cm. Pada bagian muka rumah tidak terdapat serambi.

Pintu utama dinaungi oleh porch berkerangka atap dari bahan kayu dan beratap seng. Porch ditopang oleh pilar dengan ornament yang cukup indah yang secara keseluhan menampilkan bentuk pelengkung.

Baca Juga: Babak Pertama Final Piala Dunia 2022 Qatar, Argentina Unggul atas Prancis

Pintu depan berupa pintu tinggi dengan dua daun pintu berpanel kaca yang diapit oleh dua jendela di kanan dan kirinya.

Untuk menyesuaikan bentuk pintu utama dengan porch, maka di atas pintu dan jendela ditempatkan susunan bovenlight berupa kaca-kaca jendela tinggi yang tampaknya dapat pula dibuka bila perlu.

Bangunan ini terletak di persimpangan yang menghubungkan Jl. KH. Abdul Halim dengan Jl. Imam Bonjol dan Jl. Trikora, kelurahan Majalengka Kulon, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, diperkirakan usianya lebih dari 1 abad, kemungkinan kurang lebih tahun 1900-an.

Bangunan Gedung Jangkung berada di sudut persimpangan jalan, sehingga bangunan ini merupakan bangunan sudut.

Baca Juga: FINAL PIALA DUNIA 2022, Argentina vs Prancis, Dua Gol Tercipta oleh Messi dan Di Maria

Seperti lazimnya bangunan sudut, lahan tanah Gedung Jangkung berdiri cukuplah luas (42 x 28 m), sehingga masih terdapat lahan yang lapang untuk digunakan sebagai taman di bagian depan dan samping yang berbatasan dengan jalan. Luas bangunannya saja ± 28 x 19 m.

Serambi muka berada sisi utara bersisian dengan jalan masuk menuju ke halaman belakang.

Pada bagian atas serambi terdapat satu lantai lagi, mungkin sebagai serambi terbuka yang pada tepiannya dibatasi oleh pagar setinggi 50 cm dengan ornament yang indah. Tangga naik menuju lantai atas tersebut berada di sisi belakang serambi.

Baca Juga: GOLLL MESSI, Argentina vs Prancis di Final Piala Dunia Qatar 2022

Gedung Jangkung dibuat dengan ruangan-ruangan yang memiliki plafon tinggi, sehingga hampir di sepanjang dindingnya dipenuhi oleh jendela-jendela yang tinggi pada bagian bawah dan atas.

Rumah ini juga memiliki pintu lain di bagian samping dan belakang. Typanum bagian sisi barat memiliki ornament ukiran kayu yang cukup menarik, pada bagian bawahnya terdapat kanopi dengan atap asbes dalam susunan berlian (diamond pattern).

Bahan dan bentuk pasangan atap seperti ini juga terlihat pada bagian menara dengan kondisi yang telah rusak.

Baca Juga: Deretan Destinasi Wisata di Blok Baligo Majalengka, dari Villa hingga Curug

3. Rumah Adat Panjalin

Rumah kuno itu terletak di RT/RW 1/5 Blok Rabu, Kampung Penjalin, Desa Panjalin, Cikalong Wetan, Kabupaten Majalengka. Lokasi ini berjarak sekitar 23 km dari Majalengka.

Untuk mencapai ke lokasi relatif cukup mudah dengan berjalan kaki dan kendaraan roda dua, kendaraan roda empat hanya bisa menjangkau jalan besar yang terdapat di bagian timur kampung.

Jarak antara jalan besar dan rumah adat sekitar 200 m. Secara astronomis rumah ini terletak pada koordinat 6º41’51” LS dan 108º21’25” BT.

Rumah Adat Panjalin dibangun oleh Raden Sanata, sekitar abad ke-17. Beliau merupakan salah seorang keturunan dari Talaga yang berguru di pondok pesantren Pager Gunung, dekat Kampung Penjalin.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Wisata Alam di Desa Wisata Payung Majalengka Ini Cocok untuk Liburan Akhir Tahun

Raden Saneh menikahi Seruni yang merupakan putri dari sesepuh Kampung Penjalin, yaitu Raja Syahrani. Raja Syahrani sendiri merupakan keturunan dari Cirebon yang menetap, meninggal, dan dimakamkan di Panjalin.

Di tempat ini beliau berkegiatan menyebarkan agama Islam. Rumah ini sangat mungkin peninggalan dari masa Islam, tetapi secara kronologis belum dapat dipastikan secara akurat.

4. Pengeboran Minyak Bumi Pertama di Indonesia

Warga Majalengka patut berbangga, sebab diyakini tempat ini merupakan salah satu tempat pemboran minyak bumi pertama di Indonesia.

Diawali dengan laporan penemuan minyak bumi oleh Corps of the Mining Engineers, institusi milik Belanda, pada dekade 1850-an, antara lain di Karawang (1850), Semarang (1853), Kalimantan Barat (1857), Palembang (1858), Rembang dan Bojonegoro (1858), Surabaya dan Lamongan (1858).

Baca Juga: Berapa Honor PANWASCAM, PKD, dan Pengawas TPS Bandingkan dengan PPK, PPS dan KPPS

Temuan minyak terus berlanjut pada dekade berikutnya, antara lain di daerah Demak (1862), Muara Enim (1864), Purbalingga (1864) dan Madura (1866).

Cornelis de Groot, yang saat itu menjabat sebagai Head of the Department of Mines, pada tahun 1864 melakukan tinjauan hasil eksplorasi dan melaporkan adanya area yang prospektif.

Laporannya itulah yang dianggap sebagai milestone sejarah perminyakan Indonesia (Abdoel Kadir, 2004).

Selanjutnya, pada tahun 1871 seorang pedagang Belanda Jan Reerink menemukan adanya rembesan minyak di daerah Majalengka, daerah di lereng Gunung Ciremai, sebelah barat daya kota Cirebon, Jawa Barat.

Baca Juga: INTIP Transportasi Perahu Hubungkan 2 Kecamatan di Majalengka, Membelah Sungai Cimanuk yang Besar

Minyak tersebut merembes dari lapisan batuan tersier yang tersingkap ke permukaan. Berdasarkan temuan itu, ia lalu melakukan pengeboran minyak pertama di Indonesia dengan menggunakan pompa yg digerakkan oleh sapi.

Total sumur yang dibor sebanyak empat sumur, Sumur pertama itu dinamai Maja-1 atau Cibodas Tangat-1 dan menghasilkan 6000 liter minyak bumi yang merupakan produksi minyak bumi pertama di Indonesia.

Pengeboran ini berlangsung hanya berselang dua belas tahun setelah pengeboran minyak pertama di dunia oleh Kolonel Edwin L Drake dan William Smith de Titusville (1859), di negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat.

Baca Juga: Objek Wisata Hits di Majalengka Berikut Memiliki Spot Foto Instagramable, Tidak Jauh dari BIJB Kertajati

Dengan demikian, pengelolaan minyak bumi di Hindia Belanda termasuk pionir (tertua) di dunia.

Namun, sektor pertambangan, khususnya minyak bumi, belum menjadi andalan pendapatan pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Hal ini bisa dilihat dari adanya Indische Mijnwet, produk undang-undang pertambangan pertama, yang baru dibuat pada tahun 1899.

Kemudian Reerink juga melakukan pengeboran di Panais, Majalengka, Cipinang dan Palimanan, dengan mengunakan pompa bertenaga uap yang didatangkan dari Canada, menghasilkan minyak yang sangat kental yg disertai dengan air panas yang memancur setinggi 15 meter.

Pada 1876 permohonan pinjaman modalnya ditolak NV Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM), sehingga akhirnya ia memutuskan menutup sumur-sumur tersebut dan kembali ke usaha dagang sebelumnya.

Baca Juga: Desa Wisata Payung Majalengka Ini Tawarkan Sejumlah Wisata Alam untuk Liburan Akhir Tahun

5. Museum Talaga Manggung

Museum Talaga Manggung berada di Desa Talaga Wetan, Kecamatan Talaga. Dimana jarak yang harus ditempuh untuk menuju ke museum ini yaitu +26 km dari pusat kota Majalengka.

Akses menuju lokasi tersebut sudah baik, dimana tidak hanya bisa di tempuh oleh kendaraan pribadi melainkan dapat di tempuh oleh angkutan umum seperti Maja – Cikijing, Cikijing – Bandung dan sebagainya.

Banyaknya peninggalan sejarah dari Kerajaan Talaga Manggung seperti kereta kencana, peralatan perang, dan alat kesenian, yang menjadi daya tarik tersendiri, dan adanya adat memandikan perkakas yang rutin dilaksananakan setahun sekali.

Baca Juga: WOW! Simak Daftar Total Hadiah Fantastis Piala Dunia 2022 Qatar

Pengunjung yang datang kelokasi wisata budaya ini pada umumnya pelajar.

Untuk tiket masuk pada lokasi wisata budaya ini tidak ada ketentuan biaya yang harus di keluarkan hanya sebatas sumbangan sukarela.

Serta masih kurangnya fasilitas penunjang yang ada di Museum Talaga Manggung.***

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x