BUKAN HANYA MAJALENGKA LOH! Nganjuk di Jawa Timur Juga Dijuluki Kota Angin

- 23 November 2022, 11:16 WIB
BUKAN HANYA MAJALENGKA LOH! Kabupaten Nganjuk Juga Dijuluki Kota Angin
BUKAN HANYA MAJALENGKA LOH! Kabupaten Nganjuk Juga Dijuluki Kota Angin /Pexels/Suparerg Suksai

 

PORTAL MAJALENGKA - Setiap kota memiliki julukannya sendiri namun ada dua kota yang sama-sama dijuluki Kota Angin.

Majalengka yang terletak di Provinsi Jawa Barat sendiri dijuluki kota angin. Sekedar informasi, julukan kota angin telah melekat pada Majalengka sejak 1980-an. 

Bukan tanpa sebab, hampir setiap hari hembusan angin di kabupaten Majalengka selalu kencang.

Baca Juga: ASAL USUL Majalengka Dijuluki Kota Angin, Ada Kaitan dengan Gunung Ciremai

Masyarakat sekitar biasanya menyebut angin di Majalengka dengan angin ngagelebug yang berarti hembusan angin kencang.

Kecepatan angin di Majalengka akan semakin terasa saat memasuki musim hujan. Namun, angin akan berhembus lebih kencang lagi selama bulan Agustus.

Secara sains, angin kencang di Majalengka disebabkan adanya perbedaan tekanan udara di wilayah utara dan selatan.

Baca Juga: RAJA MAJAPAHIT DIKEPUNG! Kesultanan Cirebon Anugerahkan Nama Desa di Majalengka

Ternyata sebuah kabupaten di Jawa Timur juga dijuluki dengan kota angin. Kota ini bahkan diapit dua gunung m

Nama kabupaten itu adalah Nganjuk.

Nganjuk disebut kota angin karena sering dilalui angin kencang terutama pada bulan Juli hingga September.

Baca Juga: PATUT DITIRU, Tiga Kampung Terkaya di Dunia, Seluruh Warga Hidup Sejahtera ada di Majalengka

Selain itu, letak geografis Nganjuk yang diapit oleh dua gunung, Gunung Wilis dan pegunungan Kendheng.

Nganjuk dahulunya bernama Anjuk Ladang yang dalam bahasa Jawa Kuna berarti Tanah Kemenangan. Dibangun pada tahun 859 Caka atau 937 Masehi.

Sementara itu, untuk Majalengka, angin kencang karena faktor adanya Gunung Ciremai. Prakirawan BMKG Kertajati, Ahmad Faa Iziyn menjelaskan, keberadaan Gunung Ciremai menjadi salah satu penyebab kencangnya angin di Majalengka.

Angin di Majalengka terhalang puncak Ciremai sehingga berhembus kencang mencapai kecepatan 25-30 knot atau 46-56 kilometer per jam.

Selain itu, perbedaan tekanan udara di wilayah utara dan selatan juga memengaruhi kencangnya angin Majalengka.

Adanya angin kumbang (fohn) yang biasa terjadi pada Agustus, September dan Oktober, juga memengaruhi peningkatan kecepatan angin di Majalengka.

Angin fohn adalah angin yang bertiup turun sepanjang lereng gunung menuju ke dataran yang lebih rendah, dengan suhu udara yang tinggi dan tingkat kelembaban udara yang rendah.

Fohn merupakan hasil aliran angin dari pegunungan yang dapat menghembuskan angin lebih 25 knot per jam.

Menurut dia, secara umum pada saat musim kemarau, angin berasal dari arah Tenggara, secara langsung akan melewati Gunung Ciremai.

Hembusan angin kencang disertai kondisi yang panas sering kali dirasakan oleh masyarakat Majalengka. ***

DESA PATUANAN Majalengka Dijuluki dengan Jawa Tengah, Ini Penyebabnya

PORTAL MAJALENGKA - Desa Patuanan yang berlokasi di Kecamatan Leuwimunding Majalengka dijuluki dengan Jawa Tengah.

Desa ini penuh sejarah yang dituturkan masyarakatnya sebagai asal usul nenek moyang mereka dengan keberadaan situs makam di sana.

Hal ini disebut-sebut sebagai peninggalan sejarah dari Kerajaan Mataram yang dipimpin Sultan Agung melakukan penyerbuan ke Batavia.

Desa ini merupakan daerah yang berbahasa Jawa meskipun di sekitarnya menggunakan bahasa Sunda.

Desa Patuanan juga terbilang jauh dengan wilayah Cirebon atau Indramayu yang berbahasa Jawa.

Sehingga terkadang warga dari desa sekitar Desa Patuanan sering menyebut desa ini sebagai Jawa Tengah.

Yang artinya bahwa Jawa di tengah-tengah orang berbahasa Sunda.

Desa Patuanan berada di sebelah barat berbatasan dengan Desa Sindanghaji, sebelah timur berbatasan dengan Desa Tanjungsari

Sebelah utara berbatasan dengan Desa Karangasem dan Buniwangi dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Nanggerang.

Warga Desa Patuanan pada umumnya mampu menggunakan dua bahasa, yakni bahasa Jawa Cirebon dan Bahasa Sunda.

Bahasa Jawa Cirebon merupakan bahasa utama yang digunakan warga desa dalam percakapan sehari-hari hingga saat ini, termasuk acara resmi.

Seperti khutbah jum’at atau pidato kuwu (pemimpin eksekutif di desa).

Bahasa Sunda menjadi bahasa kedua dan digunakan warga desa apabila kedatangan tamu Orang Sunda atau siapapun yang singgah di wilayah Desa Patuanan namun dia tidak dapat berbahasa Jawa. ***

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x