Bangga! Bola Produk Majalengka Pernah Dipakai di Piala Dunia dan Piala Eropa

18 Desember 2022, 08:00 WIB
ILUSTRASI. Bola resmi piala dunia dari masa ke masa, dari Top Star hingga Telstar Durlast. /pixabay/AnnRos

PORTAL MAJALENGKA - Indonesia memang tidak pernah bermain di kompetisi Piala Dunia.

Namun setidaknya, kita patut berbangga karena Indonesia pernah ambil bagian dalam kompetisi tersebut, baik dari latihan para tim peserta, pertandingan pembuka, hingga laga final.

Sebab, bola yang digunakan dalam kompetisi bergengsi kelas internasional tersebut ternyata di buat di Majalengka, Indonesia. Menariknya lagi, pabrikan bola yang bertempat di Jawa Barat ini ternyata bukan pertama kalinya.

Baca Juga: Mengenal Batas-batas Wilayah Kabupaten Majalengka

Telstar 18, bola hasil buatan dari Majalengka yang digunakan di Piala Dunia 2018 kemarin. Tidak hanya Piala Dunia 1998 saja, tetapi pada Piala Dunia di edisi selanjutnya masih menggunakan pabrikan yang sama.

Ya, pada Piala Dunia 2002 di Jepang-Korea Selatan, Piala Dunia 2006 di Jerman, Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, dan terakhir Piala Dunia 2014 di Brasil semuanya dibuat di Majalengka melalui PT. Sinjaraga Santika Sport.

General Manager PT Sinaraga Santika Sport, Jefry Romdony mengatakan, diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) saat ini belum begitu berpengaruh terhadap industri bola Majalengka.

Baca Juga: Waspada Angin Kencang di Majalengka, BMKG Jelaskan Perbedaan Antara Cuaca dan Iklim

Namun kata dia, lambat laun adanya MEA akan berpengaruh terhadap produksi bola asal Majalengka sebab bakal bersaing dengan barang produk luar negeri yang bebas masuk ke Indonesia.

“Yang terpenting, Kualitas harus tetap dipertahankan untuk bisa menjadi yang terbaik,” ujar Jefry.

Menurutnya, beberapa tahu kebelakang, bola Majalengka bisa masuk ke kawasan Asean seperti Malaysia dan Brunai Darussalam. Tetapi, kini produksi bolanya justru tengah ekspor ke kawasan timur tengah.

Baca Juga: Perebutan Juara Tiga Piala Dunia 2022: Maroko Menyerah, Kroasia Lebih Perkasa

“Kita harus tetap optimistis dengan  diberlakukannya MEA ini dengan selalu menjaga dan meningkatkan kualitas SDM maupun kualitas produk,” ujarnya.

Bola dari Majalengka dibuat dari PT Sinjaraga Santika Sport. Pabrik bola Majalengka yang berada dalam naungan PT Sinjaraga Santika Sport (Triple S) ini didirikan oleh Irwan Suryanto yang juga menjabat sebagai direktur dalam pabrikan bola tersebut.

Sebelum menjadi pengusaha bola yang sukses, Irwan pernah bekerja dari titik nol yaitu sebagai kuli, kernet, dan juga sopir angkutan umum.

Singkat cerita, Irwan yang juga gemar olahraga tenis ini pernah menjadi salah satu pengurus pusat Persatuan Olahraga Tenis Indonesia.

Baca Juga: 6 Fakta Unik Tol Cisumdawu yang Dikenal Terindah di Indonesia, Percepat Akses Menuju BIJB Kertajati Majelengka

Dari sinilah awal kesuksesan Irwan dimulai. Di tempat bekerjanya ini, ia bertemu dan berkenalan dengan investor asal Korea bernama Kim yang membuatnya beralih pekerjaan menjadi pebisnis dalam bidang peralatan olahraga.

Pada tahun 1994, berdasarkan saran dari Kim, Irwan meminjam dana sebesar 300 juta rupiah untuk membangun pabrik bola di tempat asalnya tersebut.

Akhirnya di tahun tersebut berdirilah PT. Sinjaraga Santika Sport. “Saat itu Kim bilang jangan tanggung-tanggung, harus standar internasional,” jelasnya.

Awalnya, Irwan memutuskan untuk melepas 20 pemuda dari Majalengka untuk melakukan pelatihan produksi di Korea.

Baca Juga: Virus Aneh Serang Pemain Prancis Jelang Lawan Argentina di Final Piala Dunia 2022

Tujuannya jelas supaya kualitas barang produksi yang dijual maksimal dan dapat diterima di dunia.

Seiring berjalannya waktu, Irwan akhirnya mempunyai 500 karyawan dan mulai mengekspor bola hasil buatannya sendiri.

 

Biasanya, PT. Sinjaraga Santika Sport dapat mengeluarkan 100 ribu bola dan satu bolanya bisa dikenakan seharaga 5 hingga 15 USD atau sekitar Rp68 ribu hingga Rp206 ribu.

Tak membutuhkan waktu lama, bola hasil pabrikannya ini langsung dipercaya dari luar negeri. Awalnya, pihaknya menerima dan harus mengerjakan sebanyak 2.000 bola sebulan dari Korea. Setelah itu bertambah menjadi 5.000 per bulan.

Baca Juga: Wisata Kuningan Terbaru dengan Pemandangan Indah yang Instagramabel, Cocok Dikunjungi Saat Liburan

Di tahun 1995, pesanan terus meningkat menjadi 10.000 per bulan dan di tahu berikutnya menjadi 15.000 per bulan. Tidak hanya dari Korea saja, tetapi juga negara-negara lain, seperti Uni Emirat Arab, Brasil, Jepang, dan beberapa negara di Amerika Latin.

Banyak pesanan yang datang tentu kedengarannya memang terlihat langsung sukses bukan? Kenyataannya tidaklah demikian, bahkan perusahaan Irwan tersebut nyaris saja bangkrut.

Hal itu terjadi karena satu bola dihargai Rp100 sementara biaya untuk produksi tentunya terus meningkat. Situasi ini pun membuat Irwan mengalami kerugian selama 2 tahun dan nyaris bangkrut.

Baca Juga: Berikut 6 Tokoh Terkenal dan Tersukses Asal Kuningan, Anies Baswedan Salah Satunya

Situasi ini membuat Irwan akhirnya menyerahkan semuanya kepada Yang Mahakuasa dan ia pun mencari ilham dari-Nya dengan pergi ibadah haji.

Setelah pulang dari ibadah haji, Irwan memberanikan diri untuk memutus kerjasama dengan sejumlah pihak, termasuk Kim yang paling banyak mendapatkan keuntungan dari hasil usahaya tersebut.

Situasi ini nyatanya membuat rintangan yang harus dihadapi oleh Irwan semakin berat. Pada awal 1998 saat itu perekonomian Indonesia tengah kriris, namun Irwan masih belum mau menyerah.

Baca Juga: PESONA 5 WiSATA HUTAN PINUS di Majalengka, Nuansa Unik Dijamin Gak Nyesel

Titik awal kesuksesan Irwan akhirnya datang di tahun 1998. Saat itu, ia mendapat pesanan dari salah satu pemegang lisensi Piala Dunia di tahun tersebut, yaitu Harry Romies, salah satu pemilik jaringan swalayan besar di Eropa.

Bola yang dibuat oleh Irwan ternyata lolos lisensi dari FIFA dan perusahaannya jugalah yang pertama dari Indonesia yang mendapat lisensi tersebut.

Akhirnya, pesanan bola yang akan digunakan di Piala Dunia banyak berdatangan dan saat ini, penghasilan yang ia dapatkan bisa mencapai Rp500 juta per bulan.***

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler