Antara Daendels dan Pangeran Diponegoro

7 September 2022, 08:00 WIB
Pangeran Diponegoro /Tangkapan layar kanal YouTube/MARKEMPROSS

PORTAL MAJALENGKA - Penelusuran Jalan Raya Pos atau lebih dikenal Jalan Anyer Panarukan kali ini membahas sekitar Kebumen Jawa Tengah.

Jalan poros yang dibangun Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels itu memanjang dari ujung Barat hingga Timur Pulau Jawa.

Jalur Daendels Selatan ternyata bukan buatan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels (1808-1811).

Baca Juga: Misteri dan Pesona Jalan Daendels Selatan

Jalur eksotis pantai selatan ternyata jauh lebih tua dibandingkan jalur utara. Jalan Daendels Selatan merupakan jalur kuno yang telah ada sejak abad ke-14

"Jalur upeti kerajaan di Jawa, yang menghubungkan antara kerajaan Kediri, Majapahit, Pajang, Mataram, Cirebon, hingga ke Demak di utara," kata pemerhati Kebumen, Ravie Ananda

Sebuah penjelasan yang logis jika dihubungkan dengan kondisi pesisir utara yang pada masa itu masih merupakan lautan.

Baca Juga: BAWASLU RI, Bahas Rekrutmen Panwascam untuk Pemilu 2024

Prof Dr Wasino, guru besar Sejarah Universitas Negeri Semarang, pernah menyebutkan bahwa hingga abad ke-16, beberapa daerah utara belum memiliki daratan.

Misalnya, hingga pengujung abad ke-17 Jepara masih terpisah dengan Pulau Jawa. Pun demikian dengan Semarang. Sedimentasi di daerah itu baru memasuki periodenya pada abad ke-17

Itulah yang sampai kini banyak terjadi salah kaprah," kata Ravie seperti dikutip dalam Buku Napak Tilas Jalan Daendels karya Angga Indrawan.

Baca Juga: 5 Pesan Habib Luthfi bin Yahya Tentang PANCASILA DAN NASIONALISME

Lelaki yang aktif dalam pelestarian sejarah Kota Kebumen melalui organisasinya, Komunitas Wahyu Pancasila, berkenan membongkar semua dokumen yang pernah ditelitinya. 

Nama Daendels ternyata tidak terlepas dari kisah heroik Pangeran Diponegoro beserta pasukannya pada 1825-1830.

Jalur tersebut merupakan jalur gerilya dalam melakukan 'pemberontakan? Rute itu juga tertulis jelas dalam buku de Java Oorlog 1825-1830 yang masyhur itu

Baca Juga: KESAKSIAN NYATA Habib Luthfi Bin Yahya Tentang Sosok Gus Muwafiq

Singkatnya, kata Ravie, setelah Pangeran Diponegoro tertangkap pada 1830, masih terjadi banyak pemberontakan di pesisir selatan, tepatnya di daerah Panjer yang kini bernama Kebumen.

Suatu ketika, salah satu pengikut Diponegoro yang ikut tertangkap bersamanya, RM Mangun Prawiro, berhasil 'dijinakkan' Belanda melalui upeti dan pemberian wewenang sebagai abdi Belanda

RM Mangun Prawiro diberi jabatan khusus sebagai kepala keamanan di Jawa selatan. RM Mangun Prawiro kemudian berhasil menumpas pemberontakan di Kebumen.

Baca Juga: HEAD TO HEAD AREMA FC vs PERSIB Bandung, Mana yang Lebih Hebat Berikut Prediksinya

Salah satunya dengan memenggal kepala seorang pimpinan pemberontakan yang bernama Gomowijoyo. Konon, pemenggalan itu membuat pemberontakan di Panjer lambat laun redam

"Atas prestasi itu, pada 1837, Belanda memberikan wilayah yakni Kabupaten Ambal," kata Ravie. RM Mangun Prawir

yang saat itu diberi kuasa penuh dikenal dengan Raden Tumenggung Purbonegoro

Baca Juga: Gedung DPR RI Dikepung Masa Aksi Tolak Kenaikan BBM, Ruang Paripurna Justru Merayakan Hari Ultah Puan Maharani

Hal itu sekaligus mengubah pembagian wilayah Karesidenan Bagelen yang kemudian dibagi menjadi beberapa afdeling/ kabupaten: Ambal, Ledok/Kabupaten Wonosobo, Kutoarjo, dan Kebumen yang dulu bernama Panjer.

Pusat Karesiden Bagelen berada di lokasi yang sekarang menjadi Kantor Pemerintah Daerah Purworejo atau lebih dikenal dengan nama kantor otonom. Lokasinya di selatan Alun-Alun Purworejo.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Napak Tilas Jalan Daendels

Tags

Terkini

Terpopuler