KISAH RADEN FATAH Murid Sunan Ampel dengan Leluhurnya Laksamana Ceng Ho

- 24 Mei 2024, 21:40 WIB
Sunan Ampel. KISAH RADEN FATAH Murid Sunan Ampel dengan Leluhurnya Laksamana Ceng Ho
Sunan Ampel. KISAH RADEN FATAH Murid Sunan Ampel dengan Leluhurnya Laksamana Ceng Ho /YouTube

PORTAL MAJALENGKA - Berikut satu kisah tentang Raden Fatah dalam menyiarkan agama Islam di tanah Jawa.

Kisah Raden Fatah yang menjadi murid Sunan Ampel dengan leluhurnya yaitu laksamana Ceng Ho.

Dilansir Portal Majalengka dari Sumber Sejarah Cirebon dan Umum, berikut kisahnya.

Baca Juga: Pengamat Sebut Perlu Lakukan Audit Investigasi Penyidikan Kasus Vina-Eky di Cirebon yang Lambat

Pada saat menjadi seorang Pemuda Raden Fatah memilih mengembara menyusuri tanah Jawa.

Tanah Jawa merupakan tanah leluhur ayah Raden Fatah yaitu Bre Kertabumi, di sinilah ia mengadu peruntungan.

Di Palembang, Raden Fatah dikabarkan menolak dijadikan Adipati menggantikan ayah angkatnya.

Baca Juga: Awardee IISMA 2024 Menembus Batas Pendidikan Internasional

Raden Fatah Sadar bahwa ia tiada berhak atas tahta itu, sebab ia bukan anak biologis sang Adipati.

Dalam pengembaraannya dari Palembang ke Jawa, pertama-tama ia menuju Semarang.

Pasalnya pada saat itu Semarang merupakan salah satu Pelabuhan besar milik Kerajaan Majapahit yang mudah disinggahi.

Selama berminggu-minggu Raden Patah dan adiknya terombang-ambing di tengah lautan, akhirnya sampai juga di Semarang.

Dalam catatan Kuil Sam-Po-Kong sebagaimana yang dikutip Slamet Muljana (2005;91),

Disebutkan bahwa Jin Bun (Raden Fatah) dan Kin San (Raden Hasan) berangkat ke Pulau Jawa pada tahun 1474.

Keduanya mendarat di Semarang, di kota itulah keduanya mengunjungi Masjid yang dahulu dibangun oleh leluhurnya yaitu Sam-Po-Kong (Cengho).

Namun sesampainya di Masjid itu Raden Fatah merasa kaget karena ternyata didalamnya ada Patung Sam-Po-Kong.

Masjid itu telah berubah menjadi Kuil, leluhurnya Ceng Ho dipuja, bahkan disembah.

Dalam keadaan ini Raden Fatah menangis sejadi-jadinya, ia meratap di depan Patung Ceng Ho.

Selepas peristiwa itu ia bersumpah dan berdoa, kelak ia akan mendirikan Masjid yang tidak akan berubah menjadi kuil pemujaan (Klenteng).

Masih dalam catatan Kronik Cina Kuil Sam-Po-Kong disebutkan bahwa setelah berguru selama satu Tahun di Ampel, Raden Patah kemudian membuka lahan kosong.

Lahan kosong itu berada di daerah berawa yang letaknya di sebelah timur Semarang tepatnya di Kaki Gunung Muria pada tahun 1475.

Ditempat inilah Raden Fatah membangun Pesantren dan mendidik para santri-santrinya.

Bukan hanya ilmu Agama saja tetapi Raden Fatah juga mengajarkan tentang ilmu kemiliteran dan kenegaraan.

Semua ilmu yang diajarkan Raden Fatah yang ia peroleh dari Sunan Ampel dan ayah angkatnya.

3 tahun kemudian Raden Fatah berhasil mendirikan Masjid yang sangat ia impi-impikan.

Masjid yang nantinya tidak akan berubah menjadi kuil penyembah dirinya, Masjid itu kemudian dikenal dengan nama Masjid Agung Demak.***

Editor: Muhammad Ayus


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah