Penuh Makna! Beginilah Gambaran Tradisi Ruwahan Dalam Masyarakat Jawa

- 27 Februari 2023, 21:04 WIB
Tradisi Ruwahan oleh masyarakat Jawa
Tradisi Ruwahan oleh masyarakat Jawa /afi.iainsurakarta.ac.id/

PORTAL MAJALENGKA - Tinggal dalam lingkungan masyarakat Jawa memang unik serta menarik. Pasalnya, sebagian masyarakat Jawa sampai saat ini masih mengenal berbagai macam tradisi yang bersifat "kejawen".

Banyak yang menilai beberapa tradisi Jawa itu tidak terdapat di dalam Al-Qur'an maupun hadis. Namun semua itu, semata-mata apa yang dilakukan masyarakat Jawa bertujuan untuk mendekatkan diri pada Allah Swt.

Tak jarang, tradisi masyarakat Jawa kerap kali mendapat pro dan kontra. Bahkan ada yang mengatakan tradisi tersebut dinilai tidak sesuai dengan syariat Islam.

 Baca Juga: Sejarah F1, Ajang Balap Paling Bergengsi di Dunia

Tlatah jawa itu salah satu bagian dari jengkal bumi yang kalau menurut orang Jawa itu bisa dikatakan sebagai bumi yang "sangar" dengan bibit kawit sejarahnya. Jadi orang-orang Jawa tidak sembarangan dalam tirakatnya.

Islam adalah agama Rahmatan lil'alamiin yang tidak terdapat paksaan kepada para pemeluknya. Dari zaman Rasulullah hingga gebyarnya dunia saat ini, Islam menjadi agama mayoritas yang telah tersebar hingga sudut-sudut negeri.

Salah satu tradisi Jawa yang masih eksis ialah Tradisi Ruwahan. Tradisi ini dinilai menjadi bagian dalam perjalanan tirakat dan sejarah yang ada di tlatah Jawa.

 Baca Juga: Cara Membedakan Ikan Mas Koki Mutiara Jantan dan Betina

Tradisi Ruwahan ini konon dilakukan saat malam Nisfu Sya'ban. Saat itu orang-orang Jawa terkhususnya di desa Puyoh ini menyambutnya dengan penuh suka cita.

Untuk tradisi Ruwahan rangkaian acaranya biasanya dimulai dari sore hari ba'da asar. Acara biasanya dimulai dengan ngenduri.

Warga yang terdiri dari golongan tua, dewasa, remaja bahkan anak-anak beramai-ramai mendatangi Langga atau Musholla dan Masjid terdekat dengan membawa sewadah kenduren yang di dalamnya terdapat berbagai jajanan tradisional.

 Baca Juga: Presiden Joko Widodo Serius Ingin F1 Diselenggarakan di Indonesia

Di antara jajanan yang bisa dikatakan sebagai jajanan wajib adalah Puli, Ketan dan Apem. Filosofi ketiga jajanan tersebut mempunyai makna dan pelajaran yang mendalam;

Pertama yaitu Puli, dari kata u'fu li yang mengandung arti "Semoga Allah mengampuni saya". Kedua yaitu Ketan, dari kata Khotoan yang mengandung arti "manusia itu banyak lupa dan salah". Dan yang ketiga yaitu Apem, dari kata 'afwun yang mengandung arti "memberi maaf kepada sesama".

Jika direnungi lebih dalam lagi makna-makna tersebut, bahwasanya pada saat malam Nisfu Sya'ban tiba, maka dianjurkan untuk meminta ampunan kepada Allah Swt atas semua kesalahan yang telah kita lakukan karena kita sebagai manusia biasa yang tak luput dari salah dan lupa yang bahkan terkadang sering membuat hati saudara, tetangga, teman, kerabat dengan tidak sengaja bahkan dengan sengaja membuat kecewa dan marah.

 Baca Juga: Tahukah Kamu? Kandungan Buah Mangga Aman untuk Penderita Diabetes

Maka dari itu di bulan yang mulia ini merupakan momen yang tepat untuk saling memberi maaf dan begitu juga jangan malu untuk meminta maaf kepada sesama.

Kemudian acara Ruwahan dilanjutkan setelah sholat maghrib. Warga setempat seperti hal nya kenduri tadi, baik dari golongan tua, dewasa, remaja bahkan anak-anak ramai berbondong-bondong pergi ke Langgar atau Musholla dan Masjid terdekat untuk sholat maghrib berjama'ah.

Setelah sholat maghrib selesai, dilanjut dengan sholat Nisfu Sya'ban dan selanjutnya membaca surat yasin. Untuk pembacaan surah Yasin sendiri, biasanya diulang sebanyak tiga kali, dengan memanjatkan do'a yang pertama senantiasa diberi umur panjang istiqamah dalam beribadah, kedua yaitu senantiasa diberi rezeki yang halal banyak dan barokah, kemudian yang ketiga yaitu semoga diberi akhir hayat yang khusnul khotimah.***

Editor: Sofhal Adnan

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x