Kejayaan dan kemewahan yang didapat tidak melarutkan jiwanya yang terus merindukan sosok mursyid, penunjuk jalan kebenaran.
Konon dalam usia 33 tahun ia mendapat petunjuk langsung dari Nabiullah Hidir AS yang hadir menemuinya dan menyuruh untuk mencari seorang mursyid.
Ia pun kemudian memutuskan melakukan pencarian dan meninggalkan negerinya yang memberi segala fasilitas. Karena semakin kuat kerinduannya untuk bertemu seorang mursyid.
Baca Juga: KEANEHAN Bunga Cempaka, dan Kisah Cinta Sunan Gunung Jati dengan Nyimas Babadan
Dalam pencariannya tersebut banyak ulama yang ia singgahi di antaranya Syeikh Dzatul Ulum Libanon, Syeikh Zakariyya bin Salam bin Zaab Tunisia, Syeikh Attijani Yaman bagian Selatan, Syeikh Qowi bin Subhan bin Arsy Bairut, Syeikh Mahmud Yerussalem, Syeikh Assamargondi bin Zubair bin Hasan India, Syeikh Marwan bin Sofyan Siddrul Muta’allim Campa Syeikh Muawwiyah As-salam Malaka.
Di ujung pencariannya yang belum juga menemukan sosok mursyid yang dimaksud, di perbatasan sungai selat malaka ia bertemu dengan seorang berpakaian resi, (dalam beberapa pendapat sosok ini tidak lain Nabiullah hidir AS yang menyamar).
Dari orang tersebut (Nabiullah hidir AS yang menyamar) didapat kabar bahwa di tanah Jawa tepatnya di tatar Sunda ada seorang ulama yang sangat alim.
Maka berbekal informasi itu kemudian ia berlayar menuju arah pulau Jawa. Di sepanjang perjalanan di tengah lautan ia tetap tekun melakukan ibadah dengan segala amalan riyadhohnya.
Konon di tengah ketersendirianya di tengah Laut Jawa Nabiullah Hidir AS kembali hadir menemuinya dan dan memastikan bahwa gurunya bernama Sarif Hiadayatullah atau yang bergelar Sunan Gunung Jati, tinggal di Cirebon dekat Pelabuhan Muara Jati.