Begitu Mbah Kholil datang ke Tebuireng, beberapa santri segera diperintah Mbah Hasyim Asy'ari untuk mempersiapkan kamar khusus untuk Mbah Kholil.
Setelah semua persiapan beres, Mbah Hasyim Asy'ari dengan takdzim segera mendekat ke Mbah Kholil Bangkalan untuk mohon istirahatnya dikamar yang sudah dipersiapkan.
Mbah Kholil diperlakukan sangat istimewa, Tidak usah tidur seperti santri-santri yang lain. Cuciannya juga nanti biar dicucikan.
Mendapatkan perlakuan khusus seperti itu Mbah Kholil berkata pada Mbah Hasyim.
"Hasyim, di sini saya datang sebagai santri sebagaimana santri yang lain. Jadi janganlah kamu istimewakan dan pisahkan dengan santri-santri yang lain.
Di pesantren Bangkalan, benar memang aku ini kiai kamu, kamu santriku, tapi di sini sebaliknya, kamu sekarang kiaiku dan aku ini santrimu"
"Tapi Mbah", kata Mbah Hasyim kebingungan.
Membayangkan Mbah Kholil yang merupakan gurunya sendiri akan tidur bersama santrinya, tentu saja Mbah Hasyim tidak tega.
Meskipun Mbah Kholil sudah mengeluarkan perintah jangan menganggapnya sebagai guru di Pesantren Tebuireng.
Tapi bagi Mbah Hasyim, mau di manapun, Mbah Kholil adalah kiainya tidak peduli tempat atau tidak peduli status saat keduanya bertemu kali ini