Syekh Nawawi Al Bantani Wali Keramat Asal Jawa, Kisah Wali Miliki Pengawal Singa

- 14 Juli 2022, 15:44 WIB
Syekh Nawawi al-Bantani. Syekh Nawawi Al Bantani Wali Keramat Asal Jawa, Kisah Wali Miliki Pengawal Singa.
Syekh Nawawi al-Bantani. Syekh Nawawi Al Bantani Wali Keramat Asal Jawa, Kisah Wali Miliki Pengawal Singa. /Instagram@ngajikyainu

PORTAL MAJALENGKA - Syekh Nawawi Al Bantani salah satu ulama besar asal Jawa yang diyakini merupakan salah satu wali Allah SWT.

Banyak karomah yang dimiliki Syekh Nawawi Al Bantani ini, dan hal ini membuktikan bahwa dirinya memiliki derajat seorang wali.

Selain keramat sakti yang dimiliki Syekh Nawawi Al Bantani, ia juga banyak menghasilkan karya karya tulis yang dijadikan banyak kitab karyanya.

Kitab-kitab yang diciptakan Syekh Nawawi banyak dikaji di kalangan pesantren oleh para santri. Ada salah satu kisah menarik yang dikisahkan Syekh Nawawi dalam karangan kitabnya.

Baca Juga: Tongkat Melayang, Begini Cara Unik Mbah Hasyim Asy'ari Tegur Santrinya di Pondok: Kisah Para Wali

Berikut kisah yang diceritakan Syekh Nawawi Al Bantani dalam salah satu kitabnya, yang dilansir Portal Majalengka dari kanal YouTube Penerus Para Nabi.

Sebut saja Dullah dan Darsun, setidaknya tiap tahun Dullah pergi menjumpai saudaranya itu. Kali ini hampir saja Dullah tak bertemu Darsun.

Begitu mengetuk pintu, yang terdengar adalah suara istri Darsun, “siapa?”

Baca Juga: Akhirnya Perampok Kejam Itu Sungkem Minta Ampun kepada Guru Sekumpul, Kisah Karomah Wali

“Suamiku sedang mencari kayu. Semoga ia tidak dikembalikan Allah ke rumah ini lagi.” Dari balik pintu itu, istri Darsun kemudian terus mencaci-maki suaminya. Habis-habisan

Dullah hanya bisa menelan ludah, hingga akhirnya ia melihat Darsun pulang membawa kayu bersama seekor singa.

Darsun meletakkan kayu itu di atas punggung binatang yang terkenal buas itu. Sembari menurunkan kayu dari punggung singa

Darsun berujar pada istrinya,

“Kembalilah ke dalam. Semoga Allah memberkatimu.” Katanya yang lantas mempersilahkan Dullah masuk ke dalam rumah

Sambil mengucapkan salam, Darsun menampakkan air muka gembira menyambut kunjungan saudaranya itu.

Tak lupa ia sajikan makanan untuk Dullah. Pertemuan pun terasa cair dan hangat. Setelah berbincang-bincang cukup lama, Dullah lalu berpamitan.

Tapi satu hal yang tetap menancap di pikiran Dullah, kekaguman terhadap kesabaran Darsun menghadapi istrinya yang super cerewet.

Gemar mengolok suami sendiri, bahkan seperti melaknatnya. Darsun tak membalas lemparan kotoran dengan lemparan serupa.

Tahun berikutnya Dullah berkunjung lagi. Sesaat selepas mengetuk pintu, sambutan ramah datang dari istri Darsun.

Ucapan selamat datang meluncur, disusul dengan pujian terhadap tamu. Perempuan itu juga memuji Darsun sembari menunggunya pulang.

Seperti biasa, Darsun pulang dengan membawa kayu bakar. Hanya saja, hari itu ia tak lagi bersama singa.

Beban kayu bakar ia pikul sendiri di atas pundak. Darsun terlihat kian payah. Tapi sambutan yang menyenangkan terhadap saudaranya itu tidak berubah.

Tentang dua suasana berbeda yang ia alami, sebelum pamit Dullah memberanikan diri bertanya kepada Darsun.

Mengapa perempuan yang menyambutnya berbeda dari perempuan tahun sebelumnya? Kemana pula singa perkasa yang dulu menggotong kayu itu.

Darsun memberi tahu, Saudaraku, istriku yang berperilaku tercela itu telah meninggal dunia. Aku berusaha sabar atas perangai buruknya.

Sehingga Allah memberi kemudahanku untuk menaklukkan singa. Karena kesabaranku itu. Lalu aku menikah lagi dengan perempuan salehah.

Aku sangat berbahagia dengannya. Hingga singa itu di jauhkan dariku dan memaksaku memikul sendiri kayu bakarku.

Apa yang diceritakan Syekh Nawawi ini tentu bukan ingin melegitimasi perangai buruk seorang istri.

Karena dalam kitab yang sama, ia berulang kali mengharuskan perempuan bersikap patuh dan menjaga tata krama terhadap suami.

Pesan moral di titik beratkan kepada cara suami menyikapi perilaku istri. Ketika situasi mendesak suami menghadapi kemungkinan terburuk.

Maka bersabar adalah langkah paling bijak. Sabar berarti kuat, bukan lemah, apalagi kalah.

Sabar juga bisa menjadi modal dasar bagi usaha untuk memperbaiki.

Kemenangan dan kemuliaan Darsun dalam kisah tersebut tercermin dari keistimewaan yang ia peroleh sebagai imbalan dari kesabarannya yang luar biasa itu.

Hal sama juga bisa terjadi sebaliknya, yakni ketika istri terpaksa menghadapi perilaku suami yang jauh dari dambaan.

Kesabaran adalah pilihan utama. Karena, sebagaimana dikutip Syekh Nawawi, Rasulullah SAW bersabda:

“Siapa yang bersabar atas perangai buruk suaminya maka Allah memberinya ganjaran yang setimpal dengan anugerah yang diberikan kepada Nabi Ayub 'alaihis salam". Sholu 'ala Nabi Muhammad.***

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Youtube Penerus para nabi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x