Tidak ada yang dapat membangunkan dari tapanya kecuali Sunan Gunung Jati. Kepada Sunan Gunungjati, Sunan Kalijaga berguru mengenai ilmu ma’rifat, selain tabarruk dalam proses akhir pencarian ilmunya.
Sunan Gunung Jati kemudian menikahkan salah-satu putrinya, sehingga hubungan dengan Sunan Gunungjati bukan sekedar hubungan guru-murid, tetapi juga hubungan kekerabatan melalui pernikahan.
Baca Juga: Sambil Menunjuk Gus Dur: Ya Allah, Dosa Apa Hamba Sampai Engkau Membuka Rahasiaku!
Ketika di Cirebon inilah, Sunan Bonang mengusulkan kepada Sunan Gunung Jati untuk memasukkannya sebagai anggota walisongo dan sejak masa inilah gelar Sunan diberikan.
Namun menurut Babad Majapahit dan Para Wali, Sunan Kalijaga dikukuhkan menjadi wali di hadapan Sunan Giri, sebagai ketua para wali di Jawa.
Di Cirebon pula Sunan Kalijaga mulai bermukim, membangun masjid dan padepokannya di Desa Kalijaga.
Setelah belajar kepada Wali Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga langsung berdakwah dan mensyiarkan islam.
Sunan Kalijaga terhitung cukup lama, jika menilik berbagai sumber babad, suluk dan serat, jauh sebelum pendirian masjid Demak oleh dewan Walisongo pada tahun 1456 M.
Beberapa sumber menyebutkan, sejak berguru kepada Sunan Gunung Jati di Cirebon, Sunan Kalijaga dipercayai telah mulai melakukan aktifitas penyebaran agama Islamnya.