KISAH LUCU KELAHIRAN WALI Gus Dur, Cucu KH Hasyim Asy’ari dan KH Bisri Syamsuri

- 5 Juli 2022, 13:30 WIB
Nyai Sholihah Wahid, Ibunda Gus Dur
Nyai Sholihah Wahid, Ibunda Gus Dur /bangkit/

PORTAL MAJALENGKA- Misteri kelahiran Gus Dur akhirnya terpecahkan dan sangat lucu jika diceritakan.

Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara yang dilahirkan di Denanyar, Jombang, Jawa Timur.

Gus Dur lahir di rumah pesantren milik kakek dari pihak ibunya, KH. Bisri Syansuri.

Baca Juga: MBAH HASYIM ASY'ARI, Kakek Gus Dur Bersama Ulama Dunia Ucap Sumpah di Depan Multazam

Dibalik perayaan hari lahir (Harlah) Gus Dur pada tanggal 4 Agustus, akan tetapi pada kenyataannya Gus Dur tidak dilahirkan pada tanggal tersebut.

Gus Dur memang dilahirkan pada tanggal empat di bulan kedelapan, namun perhitungan tersebut sesuai menurut kalender Islam.

Faktanya Gus Dur dilahirkan pada tanggal 4 Sya’ban 1940 atau lebih tepatnya pada tanggal 7 September.

Baca Juga: Keramat Sunan Gunung Jati Tingkat Tinggi, Mampu Kuasai 99 Bahasa

Gus Dur terlahir dalam lingkungan dunia pesantren, dimana kedua kakeknya, yaitu KH. Hasyim Asy’ary dan KH. Bisri Syansuri adalah tokoh yang berjasa besar dalam berdirinya kelompok keagamaan Islam yaitu NU.

Kakek Gus Dur dari pihak ayah, yaitu KH. Hasyim Asy’ari dilahirkan di Jombang pada bulan Februari 1871 dan meninggal pada bulan Juli 1947.

Semasa muda Hasyim Asy’ari belajar di pesantren milik keluarganya. Hasyim Asy’ari adalah salah satu tokoh pendiri NU yang didirikan pada tahun 1926.

Baca Juga: 5 Karomah Sakti Mbah Moen: Berbicara dengan Hujan hingga Tahu Tanggal Wafatnya

Dia sangat dihormati sebagai pemimpin Islam dikalangan masyarakat tradisional dan dikenal sebagai seorang terpelajar dan sosok guru yang banyak memberi inspirasi pada murid-muridnya.

Hasyim juga dikenal sebagai seorang nasionalis yang teguh dalam berpendirian serta aktif dalam melancarkan kritik terhadap pemerintahan Belanda.

Ketika berusia empat belas tahun Hasyim Asy’ari keluar dari lingkungan pesantren keluarga dan melanjutkan studinya kebeberapa pesantren yang ada di Jombang dan Madura.

Pada tahun 1892 ia pergi ke kota Makkah dan menjadi seorang ahli hadits di bawah bimbingan seorang guru yang terkenal dari Sumatera Barat, yaitu Syaikh Ahmad Chatib Minangkabau.

Setelah belajar di Makkah selama tujuh tahun, Hasyim kembali ke Jombang dan mendirikan pesantren di desa Tebuireng. Pesantren yang dibuka pada tahun 1899 ini kemudian berkembang pesat sebagai pusat belajar.

Banyak pembaruan yang diajarkan oleh KH. Hasyim termasuk bahasa modern yaitu bahasa Melayu dan Belanda. ***

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x