SOSOK IMAM AL-JAZULI Wafat dalam Keadaan Sujud, Wali dari Maroko Hidup Jauh Sebelum Masa Sunan Gunung Jati

- 24 Juni 2022, 14:22 WIB
Ilustrasi WaliS. OSOK IMAM AL-JAZULI Wafat dalam Keadaan Sujud, Wali dari Maroko Hidup Jauh Sebelum Masa Sunan Gunung Jati
Ilustrasi WaliS. OSOK IMAM AL-JAZULI Wafat dalam Keadaan Sujud, Wali dari Maroko Hidup Jauh Sebelum Masa Sunan Gunung Jati /SS YouTube Penerus Para Nabi

PORTAL MAJALENGKA - Jauh sebelum masa Sunan Gunung Jati dan Walisongo ada, sudah hidup seorang wali sufi yang bernama Imam Al-Jazuli.

Ajaran Imam Al-Jazuli banyak diamalkan pada masa Sunan Gunung Jati dan walisongo bahkan hingga kini diamalkan oleh para santri.

Imam Al-Jazuli merupakan salah seorang wali yang memiliki nama asli Abu Abdullah Muhammad bin Fattah bin Abdurrahman bin Sulaiman Al-Jazuli.

Baca Juga: Jasad Imam Al-Jazuli Dibongkar Untuk Perang, Kisah Karomah Sakti Para Wali

Imam Al-Jazuli yang memiliki banyak karomah wali, lahir di daerah Jazulah, salah satu daerah di kawasan Sus, di selatan Maroko.

Imam Al-Jazuli memiliki nasab yang tersambung hingga ke sahabat Ali Bin Abi Thalib.

Kisah Wafatnya Imam Al-Jazuli ini dikatakan sungguh sangat luar biasa, ia wafat dalam Keadaan Sujud ketika ia sholat.

Baca Juga: Pengembaraan Hebat Imam Al-Jazuli Pengarang Dalail Al-Khairat, Hidup di Masa Jauh Sebelum Sunan Gunung Jati

Syekh Sulaiman Al-Jazuli atau Imam Al-Jazuli dikenal seorang Alim, ahli ibadah dan seorang ulama dalam mazhab Malikiyah,

Bahkan dikatakan kalau Imam Al-Jazuli hafal kitab Al-Mukhtashar karya Ibnu Hajib dalam bidang fiqih Malikiyah.

Setelah malang melintang mencari ilmu beliau kemudian menepi dari keramaian dan melakukan khalwat dalam masa yang cukup lama.

Baca Juga: 13 Urutan Silsilah Sunan Gunung Jati dari Pihak Ibu, Prabu Siliwangi sampai Maharaja Adi Mulya

Setelah menuntaskan masa khalwat, Imam Al-Jazuli kemudian membuka pengajian.

Konon yang hadir ke pengajiannya lebih dari 12 ribu orang. Termasuk diantara ribuan muridnya itu adalah tokoh-tokoh besar yaitu diantaranya:

Syekh Ahmad Zaruq, Syekh Ahmad bin Umar Al-Haritsi Al-Magnasi, Syekh Abdul Aziz bin Abdul Qadir Al-Tabba dan Syekh Abu Abdillah Muhammad Al-Shagir, Al-Suhaili.

Imam Al-Jazuli memiliki beberapa karya dalam bidang tasawuf dan zikir akan tetapi karyanya yang berjudul Dalailul Khairat adalah karya yang mendapatkan perhatian luas dan diterima oleh banyak orang, termasuk di Indonesia.

Bahkan bisa disebut, Dalailul Khairat sudah menjadi "trademark" milik Imam Al-Jazuli.

Menurut Ibnu Al-Qadhi Al-Magnasi, seorang ahli fiqih sekaligus sejarawan klasik, Imam Al-Jazuli menulis dalailul Khairat di kota Fes, Maroko, tepatnya di Madrasah halafifiq.

Di samping ulama sufi yang terkenal semasa hidupnya ternyata Imam Al-Jazuli juga seorang juru damai di negerinya.

Beberapa kali beliau terlibat gerakan damai, terlibat sebagai pihak yang melakukan rekonsiliasi jika ada kelompok yang hendak berseturu.

Menurut beberapa penulis sejarah, itu semua tak akan terjadi jika beliau Tak memiliki keramat dan Kharisma yang terpancar dalam dirinya.

Kewafatan Syekh Imam Jazuli diceritakan oleh muridnya yang bernama Al-Suhaili.

Menurut penuturannya, Sang Guru wafat pada salat subuh dalam keadaan sujud.

Entah dalam rakaat pertama atau yang kedua, ulama berbeda pendapat yang pasti penulis Kitab Dalailul Khairat itu wafat dalam keadaan sujud.

Termasuk yang menjadi perbedaan sejarawan adalah tahun kewafatannya Imam Al-Jazuli.

Pendapat pertama mengatakan beliau wafat pada tahun 875 Hijriyah, dan pendapat yang kedua menyebut beliau wafat pada tahun 609 Hijriyah. Namun kedua pendapat ini dianggap lemah.

Dalam Idzhar Al-Kamal, disebut bahwa dua pendapat tersebut dianggap salah, yang benar, dan konon pendapat ini dianggap kesepakatan ulama, adalah tahun 870 Hijriyah, tepatnya pada bulan Robiul Awal.

Imam Al-Jazuli diyakini wafat sebab efek racun yang menimpa dirinya.

Makam tempat peristirahatan terakhir Syekh Imam Jazuli pada awalnya bukan di Marrakesh tetapi di sebuah daerah bernama Sus, Maroko.

Namun karena ada beberapa alasan, jasadnya dipindah ke daerah Marakesh.

Proses pemindahan ini terjadi setelah 77 tahun kematiannya, namun Subhanallah, jasadnya masih utuh tak ada yang berubah sama sekali. Semoga Kisah ini bermanfaat, wallahu a'lam bishawab.***

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: YouTube Penerus Para Nabi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x