Hingga racun itu membuat salah satu muazin meninggal dunia.
Konon ada yang menyebar racun itu untuk menguji kedigdayaan Sunan Gunung Jati.
Kemudian untuk menangkal racun tersebut, Sunan Gunung Jati menyuruh tujuh santrinya mengumandangkan azan secara bersamaan.
Dari situlah, azan pitu dikumandangkan saat sholat Jumat sebagai upaya untuk menolak bala.
Azan pitu tak bedanya dengan azan lainnya. Hanya menggunakan satu nada. Tak ada lenggok-lenggok nada.
Pelaksanaan azan pitu sendiri dilakukan saat azan pertama. Sementara untuk azan kedua, hanya dilakukan satu orang.
Setelah azan pertama jemaah melakukan salat sunah, baru mengumandangkan azan kedua. Lalu khatib naik ke mimbar.
Sementara untuk yang azan harus kaum masjid, yakni keluarga yang secara turun temurun diangkat oleh sultan untuk mengurus masjid.
Jadi tidak keluar dari kaum yang jumlahnya hanya 30 orang. Mereka diangkat oleh Sultan, kalau meninggal diganti dengan keturunannya.