Puasa itu bukan hanya meninggalkan makan dan minum. Akan tetapi, puasa itu meninggalkan hal-hal yang sia-sia dan hal-hal keji. Jika kamu dicaci atau dicemooh orang lain, maka katakanlah, aku sedang puasa.., aku sedang puasa.” (H.R. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hiban dan Hakim).
Baca Juga: Perjalanan Sunan Gunung Jati Menuntut Ilmu di Mekah Al Mukaromah, Simak Kisahnya
Itulah hakikat puasa, bukan hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum. Melainkan juga menahan dari segala bentuk kemaksiatan yang dilarang oleh Allah SWT.
Seperti halnya Laghwun yakni segala bentuk perkataan dan perbuatan yang membuat sia-sia. Contohnya dari gurauan soal lawan jenis hingga aktivitas yang tidak ada manfaatnya.
Dan rafats yakni merupakan perkataan keji yang menjurus pada syahwat. Atau istilah lain dari pornografi.
Serta pada hakikat puasa mampu mengelola emosi atau hawa nafsu, sehingga tidak mudah marah dan terprovokasi.
Baca Juga: Muntah Saat Puasa Ramadan Batal Tidak? Buya Yahya Menjelaskan Hukumnya
Bahkan apabila ada orang yang mencaci maki atau membully, cukup respon dengan kalimat “Aku sedang berpuasa”.
Hakikat puasa juga dapat meninggalkan kebohongan dan kezaliman. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ