Sejarah Buntet Pesantren, Didirikan Mbah Muqoyyim setelah Pergi dari Keraton Kanoman Cirebon

- 23 Februari 2022, 21:44 WIB
Sejarah Buntet Pesantren, Didirikan Mbah Muqoyyim setelah Pergi dari Keraton Kanoman Cirebon
Sejarah Buntet Pesantren, Didirikan Mbah Muqoyyim setelah Pergi dari Keraton Kanoman Cirebon /Tangkap Layar YouTube Kisah Para Wali

PORTAL MAJALENGKA - Pondok Buntet Pesantren terletak di Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Buntet Pesantren mempunyai peran yang besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Dalam tragedi Sumpah Pemuda yang terjadi pada 28 Oktober 1928 erat kaitannya dengan pesantren itu.

Baca Juga: Sosok Penerus Sunan Gunung Jati, Gus Fariz Buntet Pesantren, Berdakwah Hingga ke Perkampungan Terpencil

Pondok Buntet Pesantren didirikan oleh Mbah Muqoyyim pada tahun 1750 Masehi.

Kisah bermula dari rasa kekecewaan Mbah Muqoyyim yang sebelumnya menjabat penghulu di Keraton Kanoman Cirebon.

Karena pada saat itu keraton berpihak ke kolonial Belanda, Mbah Muqoyyim akhirnya mengundurkan diri dari keraton dan mendirikan Pesantren Buntet.

Baca Juga: Keramat Kiai Abbas Buntet Cucu Sunan Gunung Jati, Ubah Kacang Hijau Jadi Bom Lawan Penjajah

Konon asal muasal nama Buntet sendiri berasal dari peristiwa penculikan putri Raja Galuh bernama Puteri Dewi Arum Sari oleh Buto Ijo saat berbulan madu bersama suaminya Pangeran Legawa, putra Ki Ageng Sela.

Puteri Arum Sari yang sedang mandi tiba-tiba diculik Buto Ijo dan dibawa ke hutan Karendawahana (wilayah yang diperkirakan sekitar Buntet sekarang).

Mbah Muqoyyim awalnya mendirikan Pesantren Buntet di daerah Kedung Malang, Desa Buntet, Kecamatan Astanajapura, Cirebon.

Baca Juga: Gus Fida, Cucu Sunan Gunung Jati Cicit Prabu Siliwangi, Pengasuh Pesantren Termuda di Buntet Cirebon

Ia membangun rumah sangat sederhana, langgar (surau), dan beberapa kamar santri. Banyak masyarakat yang tertarik untuk belajar mengaji ke Muqoyyim.

Belanda yang kemudian mengetahui kegiatan dan keberadaan Mbah Muqoyyim langsung mencoba menyerangnya.

Mbah Muqoyyim bersama sahabatnya Kiai Ardi Sela lolos dari sergapan. Ia pun menuju Desa Pesawahan Sindanglaut, sekira 10 kilometer dari Pesantren Buntet.

Mbah Muqoyyim rupanya telah merasa cocok dan betah bertempat tinggal di perkampungan dan memberikan dakwah keagamaan.

Namun karena beliau tidak mau bekerjasama dengan pemerintah Belanda, maka pihak Belanda menyerang dan membumi hanguskan Pesantren Buntet.

Pada peristiwa itu Mbah Muqoyyim berhasil menyelamatkan diri sehingga beliau dapat terus menyebarkan dan mengembangkan dakwah Islam.

Karena Pondok Pesantren di Dusun Kedung Malang telah dibumihanguskan oleh Belanda, maka Mbah Muqoyyim dan keluarga beserta para santri pindah ke Pesawahan Sindanglaut.

Yaitu di rumah kiai Ismail Sembirit (adik kandung Mbah Muqoyyim).

Kegagalan Belanda dalam misi penangkapan terhadap Mbah Muqoyyim di Dusun Kedung Malang membuat Belanda semakin murka.

Mereka kembali mempersiapkan misi untuk menangkap Mbah Muqoyyim. Mereka sangat berhati-hati dalam menyusun rencana karena dihawatirkan rencananya akan kembali.

Pada saat Mbah Muqoyyim dan Kiai Ismail mengadakan hajatan merayakan pernikahan putra-putrinya, tepat pada saat itulah tanpa diketahui dari mana arahnya tiba-tiba muncul pasukan Belanda seraya menembakkan senjata apinya.

Dalam peristiwa tersebut Mbah Muqoyyim berhasil menyelamatkan diri, namun ada sebagian pengikutnya yang ditangkap oleh Belanda termasuk Pangeran Santri.

Merasa dirinya selalu menjadi target penangkapan tentara Belanda, maka Mbah Muqoyyim meninggalkan pondok pesantren Pesawahan dan menuju daerah tujuan berikutnya yaitu Pemalang Jawa Tengah.***

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Buku Sejarah Buntet Pesantren Cirebon Karya Rowandi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah