BERKAT GUS DUR IMLEK Bisa Dirayakan di Indonesia, Berikut Sejarah dan Maknanya

- 30 Januari 2022, 13:46 WIB
ILUSTRASI : Karikatur wajah Gus Dur, tokoh yang berjasa sepanjang sejarah etnis Tionghoa sehingga bisa merayakan Imlek dengan bebas setiap tahun
ILUSTRASI : Karikatur wajah Gus Dur, tokoh yang berjasa sepanjang sejarah etnis Tionghoa sehingga bisa merayakan Imlek dengan bebas setiap tahun / /Santrigusdur.com

PORTAL MAJALENGKA - Sejarah mencatat perayaan Imlek di Indonesia tidak lepas dari peran mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau dikenal Gus Dur.

Melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2000, Gus Dur mengizinkan kembali perayaan Tahun Baru China itu.

Sebelumnya, Presiden Soeharto melarang perayaan Tahun Baru Imlek secara terbuka. Bahkan dibuat Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat China.

Saat itu, warga keturunan Tionghoa hanya bisa merayakan bersama keluarga di rumah masing-masing. Hal ini jauh berbeda dari nuansa yang ceria yang biasa kita lihat saat ini.

Baca Juga: Tahun Baru Imlek Bawa Berkah bagi Mimin Mintarsih TKW Taiwan Asal Indramayu, Dapat Angpao Rp5 Juta

Selama lebih dari tiga dekade lamanya, aturan diskriminatif tersebut ada. Baru di tahun 2000, Gus Dur menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Inpres Nomor 14 Tahun 1967.

Presiden Republik Indonesia menimbang bahwa penyelenggaraan kegiatan agama, kepercayaan, dan adat istiadat, pada hakekatnya merupakan bagian tidak terpisahkan dari hak asasi manusia.

Bukan hanya sekedar peribadatan, menurut Liang, Imlek juga merupakan wujud perayaan budaya.

Baca Juga: INI DAFTAR 9 Nama Pemain Persib yang Absen Diduga karena Covid-19? Bruno Cantanhede hingga Marc Klok

Awalnya, hari raya Imlek merupakan sebuah perayaan para petani di China untuk menyambut musim semi dengan bahagia dan penuh syukur. Apalagi saat musim dingin mereka tidak dapat bekerja.

Untuk itulah, perayaan ini juga sering disebut sebagai Xin Jia (Sincia) atau Festival Musim Semi. Konon, ribuan tahun lalu, muncul monster bernama “Nian” (dari kata 年 yang memiliki arti sebagai “tahun”) akan datang pada akhir tahun China.

Nian, monster menyeramkan yang memiliki gigi dan tanduk panjang, bakal menyerang dan membunuh penduduk desa, serta memakan tanaman dan ternak. 

Baca Juga: Sebanyak 46,8 Persen Pasien yang Meninggal Karena COVID-19 adalah Kelompok Lansia

Untuk menakut-nakuti monster tersebut, penduduk desa menggunakan suara ledakan dan lampu-lampu yang terang. Selain itu, mereka juga akan memajang kertas-kertas merah, membakar bambu, menyalakan lilin, dan mengenakan pakaian berwarna merah.

Inilah yang menjadi awal mula tradisi Imlek, yang masih dilakukan sampai hari ini. Jadi, tidak heran bila perayaan Imlek identik dengan warna merah, lampu-lampu gemerlap, suara drum, serta kembang api yang sangat besar dan menawan menghiasi malam. 

Seiring perkembangan zaman, Hari Raya Imlek pun mulai menjadi perayaan untuk mengungkapkan rasa syukur masyarakat Tionghoa atas seluruh pencapaian, rezeki, dan segala hal baik yang mereka peroleh pada tahun sebelumnya.

Selain itu, masyarakat Tionghoa merayakan Imlek untuk memohon rezeki, kesehatan, dan banyak berkah di tahun mendatang, serta menjamu para leluhur.

Baca Juga: Sunan Gunung Jati ternyata Habib, Inilah Kisahnya Bagaimana Istilah Tersebut Bisa Sampai ke Indonesia

Kemudian seiring banyak orang china dan Thionghoa datang ke Indonesia perayaan Imlek biasanya dirayakan oleh keluarga saja.

Kini berkat jasa Gus Dur, masyarakat bisa merayakan Imlek seperti pada umumnya. Tahun Baru Imlek jatuh pada tanggal 1 Februari 2022. *

 

Editor: Ayi Abdullah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah