Kumpulan Puisi Bertema Kemerdekaan yang Kerap Dilombakan atau Dibacakan saat Agustusan

- 16 Agustus 2021, 18:08 WIB
ILUSTRASI - Berikut kumpulan contoh puisi bertema Indonesia dan perjuangan dalam rangka HUT RI ke-76 yang bikin merinding.
ILUSTRASI - Berikut kumpulan contoh puisi bertema Indonesia dan perjuangan dalam rangka HUT RI ke-76 yang bikin merinding. /PEXELS/teona-swift

PORTAL MAJALENGKA -- Bagi bangsa Indonesia bulan Agustus sangat istimewa. Sebab di bulan Agustus Indonesia mencapai kemerdekaan.

Kemerdekaan Indonesia ditandai dengan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan yang ditandatangani oleh Soekarno dan Mohammad Hatta.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dengan suaranya yang menggeledek tampil membacakan teks proklamasi kemerdekaan.

Melalui teks proklamasi, Soekarno dan Hatta mewakili seluruh bangsa Indonesia menyatakan merdeka atau bebas dari kekuasaan penjajah mana pun.

Baca Juga: 25 Link Twibbon HUT Kemerdekaan ke-76 RI, Cocok untuk Diunggah di Media Sosial

Kemerdekaan dicapai bangsa Indonesia setelah melalui rentetan peristiwa heroik di berbagai tempat.

Peristiwa-peristiwa yang menggambarkan keinginan besar bangsa Indonesia untuk mengatur diri sendiri tanpa campur tangan pihak luar itulah yang kemudian kerap ditiru pada berbagai acara peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia.

Acara-acara itu biasanya digelar sejak awal bulan Agustus dan makin meningkat di saat satu minggu sebelum tanggal 17 Agustus. Bahkan ada pula acara peringatan yang digelar setelah tanggal 17 Agustus.

Inti dari peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus adalah mewarisi semangat kejuangan para pahlawan pendiri Negara Indonesia untuk dijadikan bekal semangat mengisi kemerdekaan.

Baca Juga: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Sejumlah Wilayah saat PPKM dan Jelang HUT Kemerdekaan RI

Membaca puisi dan melombakan baca puisi pun sering digelar untuk memperingati Hari Kemerdekaan.

Agar konsisten dengan gagasan mewarisi semangat kejuangan para pahlawan, dipilih puisi-puisi yang merekam peristiwa perjuangan para pahlawan. Setidaknya mewarisi semangat atau spirit para pejuang untuk mengisi kemerdekaan.

Berikut ini disajikan sejumlah puisi bertemakan kemerdekaan yang biasa dibacakan atau dilomba bacakan dalam acara-acara memperingati HUT Republik Indonesia 17 Agustus, dikumpulkan dari berbagai sumber:

Baca Juga: HUT Pramuka ke-60 di Majalengka di Isi Dengan Kegiatan Bakti Sosial

KRAWANG-BEKASI
Karya: Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
Terbayang kami maju mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga bung karno
Menjaga bung hatta
Menjaga bung sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
(1948)

Baca Juga: Jelang Hari Kemerdekaan RI Ke-76, Menag Yaqut Cholil Ajak Kampanyekan 5M+1D


PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO
Karya: Chairil Anwar

Ayo! Bung karno kasih tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
Dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tanggal 17 agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung karno! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita berontak & berlabuh
(1948)

 Baca Juga: Emas Olimpiade Greysia-Apriyani Hadiah Ulang Tahun Ke-76 Kemerdekaan RI

PRAJURIT JAGA MALAM
Karya: Chairil Anwar

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
Bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
Kepastian
Ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu….
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!
(1948)


PAHLAWAN TAK DIKENAL
Karya: Toto Sudarto Bachtiar

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapang
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda

Baca Juga: Pemerintah Undang 40 Ribu Masyarakat Indonesia Ikuti Upacara Kemerdekaan Ke-76 Virtual, Berikut Link Resminya


RAKYAT

(hadiah di hari krida
buat siswa-siswi SMA Negeri
Simpang Empat, Pasaman)

Karya : Hartoyo Andangjaya

Rakyat ialah kita
jutaan tangan yang mengayun dalam kerja
di bumi di tanah tercinta
jutaan tangan mengayun bersama
membuka hutan-hutan lalang jadi ladang-ladang berbunga
mengepulkan asap dari cerobong pabrik-pabrik di kota
menaikkan layar menebar jala
meraba kelam di tambang logam dan batubara
Rakyat ialah tangan yang bekerja

Rakyat ialah kita
otak yang menapak sepanjang jemari angka-angka
yang selalu berkata dua adalah dua
yang bergerak di simpang siur garis niaga
rakyat ialah otak yang menulis angka-angka

Rakyat ialah kita
beragam suara di langit tanah tercinta
suara bangsi di rumah berjenjang bertangga
suara kecapi di pegunungan jelita
suara bonang mengambang di pendapa
suara kecak di muka pura
suara tifa di hutan kebun pala
Rakyat ialah suara beraneka

Rakyat ialah kita
puisi kaya makna di wajah semesta
di darat
hari yang berkeringat
gunung batu berwarna coklat
di laut
angin yang menyapu kabut
awan menyimpan topan
rakyat ialah puisi di wajah semesta

Rakyat ialah kita
darah di tubuh bangsa
debar sepanjang masa

 Baca Juga: Bupati Imbau Majalengka Pasang Bendera dan Umbul-umbul Kemerdekaan RI, Ini Link Desainnya

BALADA TERBUNUHNYA ATMO KARPO
Karya : Rendra

Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang

Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri

Satu demi satu yang maju tersadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.

Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.

Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.

Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.

Bedah perutnya tapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala

Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.

Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba.
Pada langkah pertama keduanya sama baja.
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.

Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta bulan, sorak sorai, anggur darah

Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapanya.

Baca Juga: Biografi BJ Habiebie, Layak Dijuluki Bapak Kemerdekaan Pers Indonesia


SURAT DARI IBU
Karya: Asrul Sani

Pergi ke dunia anak-anaku sayang
pergi ke hidup bebas!
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.

Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas!
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.

Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
Boleh engkau datang padaku!

Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
"Tentang cinta dan hidupmu pagi hari"

Baca Juga: Kemerdekaan RI dan Tahun Baru Hijriyah; Milestone Kebangkitan Islam Keindonesiaan


ANAK-ANAK INDONESIA
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Kehilangan ladang di kampung mereka
Anak-anak Indonesia merangkak
Di lorong-lorong gelap kota
Menggelepar dalam gubuk-gubuk tanpa jendela
Anak-anak Indonesia, akan digiring ke manakah mereka

Bagai berjuta bebek mereka bersuara
Menyanyi lagu tanpa syair dan nada
Sebelum matahari terbit, anak-anak Indonesia
Berderet di tepi-tepi jalan raya, menggapai-gapaikan
Tangan mereka ke gedung-gedung berkaca
Yang selalu tertutup pintu-pintunya
Dari pagi hingga sore mereka antre lowongan kerja
Tapi lantas dibuang ke daerah transmigrasi

Terusir dari tanah kelahiran (demi bendungan
dan lapangan golf, katanya) anak-anak Indonesia
tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel,
dan biro-biro ekspor tenaga kerja
Anak-anak Indoesia, akan dibawa ke manakah
Ketika bangku-bangku sekolah bukan lagi dewa
yang bisa menolong nasib mereka?

***

Editor: Husain Ali

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x