Ini Syair Doa Pengakuan Dosa sekaligus Rayuan kepada Tuhan Abu Nawas yang Sangat Fenomenal

12 Juni 2023, 16:59 WIB
Ini Syair Doa Pengakuan Dosa sekaligus Rayuan kepada Tuhan Abu Nawas yang Sangat Fenomenal /Tangkap layar youtube Juha Official/

PORTAL MAJALENGKA - Abu Nawas merupakan pujangga Arab yang masyhur di masanya. Bahkan karya-karya sufi bernama asli Abu-Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami ini dikenal hingga sekarang.

Abu Nawas yang dilahirkan di kota Ahvaz negeri Persia, itu juga ulama besar yang cerdas dan dipercaya sebagai Wali Allah.

Maka tak heran jika syair-syair dari Abu Nawas dikenal hingga sekarang. Meskipun dikenal dengan humornya, bait syair yang diciptakan Abu Nuwas ini terasa mendalam.

Baca Juga: Abu Nawas HAMIL dan MELAHIRKAN, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Ada satu syair Abu Nawas yang fenomenal. Syair itu merupakan bagian dari doa yang diungkapkan. Menariknya, isi syair tersebut berupa pengakuan dosa sekaligus rayuan kepada Tuhan.

Bagaimana syair doa Abu Nawas yang fenomenal itu tercipta? Berikut kisahnya dilansir Portal Majalengka dari akun Facebook V Surawan Dibyosudarmo.

Dikisahkan Abu Nawas, sebenarnya adalah seorang ulama yang alim. Tak begitu mengherankan jika ia mempunyai murid yang tidak sedikit.

Baca Juga: Informasi Apa Saja yang Wajib Diberikan Pemerintah Desa ke Masyarakat? Simak Ulasannya di Sini

Di antara sekian banyak muridnya, ada satu orang yang hampir selalu menanyakan mengapa Abu Nawas mengatakan begini dan begitu.

Suatu ketika ada tiga orang tamu bertanya kepada Abu Nawas dengan pertanyaan yang sama.

Orang pertama mulai bertanya, "Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?"

Baca Juga: Ini Aturan Baru Protokol Kesehatan Masa Transisi dalam Surat Edaran No 1 Tahun 2023

"Orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil," jawab Abu Nawas.

"Mengapa?" kata orang pertama.

"Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan," kata Abu Nawas. Orang pertama puas karena ia memang yakin begitu.

Orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama. "Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?"

Baca Juga: Puaskan Liburan Sekolah dengan Spot Foto Instagramable di Pondok Cai Pinus Kuningan

"Orang yang tidak mengerjakan keduanya," jawab Abu Nawas.

"Mengapa?" kata orang kedua.

"Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan pengampunan dari Tuhan," kata Abu Nawas. Orang kedua langsung bisa mencerna jawaban Abu Nawas.

Orang ketiga juga bertanya dengan pertanyaan yang sama. "Manakah yang iebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?"

"Orang yang mengerjakan dosa-dosa besar," jawab Abu Nawas.

Baca Juga: Kisah Kocak Abu Nawas Menjadi Dukun

"Mengapa?" kata orang ketiga.

"Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa hamba itu," jawab Abu Nawas. Orang ketiga menerima aiasan Abu Nawas.

Kemudian ketiga orang itu pulang dengan perasaan puas. Karena belum mengerti seorang murid Abu Nawas bertanya.

"Mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda?"

"Manusia dibagi tiga tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati," jawab Abu Nawas.

Baca Juga: KAROMAH WALI SAKTI Syekh Abdul Muhyi Pamijahan, Mampu Berjalan di Dasar Lautan

"Apakah tingkatan mata itu?" tanya murid Abu Nawas.

"Anak kecil yang melihat bintang di langit. la mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya menggunakan mata," jawab Abu Nawas mengandaikan.

"Apakah tingkatan otak itu?" tanya murid Abu Nawas. "Orang pandai yang melihat bintang di langit. la mengatakan bintang itu besar karena ia berpengetahuan," jawab Abu Nawas.

"Lalu apakah tingkatan hati itu?" tanya murid Abu Nawas. "Orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit. la tetap mengatakan bintang itu kecil walaupun ia tahu bintang itu besar.

Baca Juga: PATIH ONGKA, Gantikan Syekh Syarif Hidayatullah Sebagai Raja Ismailiyah Mesir

Karena bagi orang yang mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan dengan KeMaha-Besaran Allah," jawab Abu Nawas.

Kini murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda.

Ia bertanya lagi. "Wahai guru, mungkinkah manusia bisa menipu Tuhan?" "Mungkin," jawab Abu Nawas.

"Bagaimana caranya?" tanya murid Abu Nawas ingin tahu.

"Dengan merayuNya melalui pujian dan doa," kata Abu Nawas.

Baca Juga: SURO WARENG, Pendekar Sakti Tanah Jawa yang Taklukkan Pesisir Korea, Dikisahkan oleh Gus Muwafiq

"Ajarkanlah doa itu padaku wahai guru," pinta murid Abu Nawas.

Doa itu adalah: llahi lastu lil firdausi ahla, wala aqwa'alan naril jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzanbil 'adhimi.

Sedangkan arti doa itu adalah: Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi penghuni surga, tetapi aku tidak akan kuat terhadap panasnya api neraka.

Oleh sebab itu terimalah taubatku serta ampunilah dosa-dosaku. Karena sesungguhnya Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar.**

Ikuti selengkapnya artikel kami di Google News

Editor: Husain Ali

Sumber: Facebook V Surawan Dibyosudarmo

Tags

Terkini

Terpopuler