Cerdas! Beginilah Abu Nawas Selesaikan Masalah Kanibalisme

27 November 2022, 17:52 WIB
Abu Nawas menjebak Raja Harun Ar Rasyid untuk menumpas kanibalisme di kampung Badui. /youtube/@hs

PORTAL MAJALENGKA - Abu Nawas baru saja pulang dari istana setelah dipanggil Raja Harun Ar Rasyid.

Abu Nawas tidak langsung pergi ke rumahnya, melainkan jalan-jalan terlebih dahulu ke perkampungan orang-orang Badui.

Di suatu perkampungan, Abu Nawas sempat melihat sebuah rumah besar yang dari luar terdengar suara hingar bingar seperti suara kerumunan orang.

Abu Nawas pun merasa tertarik ingin melihat untuk apa orang-orang Badui berkumpul disana. Setelah sampai dekat rumah tersebut, ternyata rumah itu tempat orang Badui menjual bubur haris, yaitu bubur makanan khas petani.

Baca Juga: Gila! Abu Nawas Sanggupi Permintaan Raja Membangun Istana di Awang-awang

Akan tetapi Abu Nawas tidak langsung masuk ke dalam rumah tersebut, dia merasa lelah dan ingin beristirahat. Kemudian dia terus berjalan ke arah pinggiran desa.

Abu Nawas pun beristirahat di bawah pohon yang rindang. Disitu dia merasa sejuk dan mengantuk, kemudian tak berapa lama dia tertidur.

Abu Nawas tidak tahu barapa lama dia tertidur, tiba-tiba dia dilempar ke atas lantai dan dia pun terbangun.

"Kurang ajar! Siapa yang berani melemparku?" tanyanya heran sambil menengok kanan-kiri.

Ternyata dia berada di dalam sebuah ruangan yang berjeruji besi seperti penjara. "Hai! Keluarkan aku dari sini, kenapa aku dipenjara disini?" tanya Abu Nawas.

Baca Juga: Hebatnya Abu Nawas Mampu Menjawab Teka-Teki Sulit dari Baginda Raja Harun Al Rasyid

Tidak berapa lama muncullah seorang Badui yang bertubuh besar. Abu Nawas memperhatikannya dengan seksama. Dia ingat, orang inilah yang menjual bubur haris di rumah besar di tengah desa itu.

"Jangan teriak-teriak! Cepat makan ini!" kata orang Badui tersebut sembari menyodorkan piring. Abu Nawas tidak segera makan.

"Mengapa aku di penjara disini?" tanya Abu Nawas. "Kamu akan kami sembelih dan akan kami jadikan campuran bubur haris," jawab penjual bubur itu.

"Hah? Jadi, yang kamu jual di tengah desa itu bubur manusia?" tanya Abu Nawas. "Itulah makanan favorit kami," jawab penjual bubur itu.

"Kami? Jadi kalian sekampung suka makan daging manusia?" tanya Abu Nawas lagi.

Baca Juga: Kisah Abu Nawas Bohongi Malaikat Munkar Nakir dengan Kain Kafan Usang

"Iya, termasuk dagingmu, sebab besok kamu akan kami sembelih," jawab penjual bubur. "Sejak kapan kalian makan daging manusia?" tanya Abu Nawas.

"Oh.. Sejak lama.. Setidaknya sebulan sekali kami makan daging manusia," jawab penjual bubur.

"Darimana saja kalian dapatkan daging manusia?" tanya Abu Nawas.

"Kami tidak mencari kemana-mana. Hanya setiap kali ada orang yang lewat atau masuk desa kami, pasti kami tangkap dan kami jadikan bubur," jawab penjual bubur.

Abu Nawas diam sejenak. Dia berfikir keras bagaimana dia bisa meloloskan diri dari tempat ini. Dia merasa heran, kenapa Raja tidak tahu bahwa di wilayahnya ada kanibalisme.

Baca Juga: Kisah Abu Nawas Mimpi Bertemu Nabi Daud AS

"Barangkali para menteri hanya melaporlan hal-hal yang baik saja. Mereka tidak mau bekerja keras untuk memeriksa keadaan penduduk" pikir Abu Nawas. "Baginda Raja harus tahu secara langsung kalau perlu..!" ujarnya.

Abu Nawas tentu tidak berani makan bubur itu, dia pun menahan lapar.Esok harinya, orang Badui itu datang lagi. "Bersiaplah sebentar lagi kamu akan mati!" ujar penjual bubur

"Tubuhku ini kurus, kalaupun kamu sembelih, kamu tidak akan memperoleh daging yang banyak. Kalau kamu setuju, nanti sore akan kubawakan temanku yang bertubuh gemuk, dagingnya bisa kalian masak selama lima hari," ujar Abu Nawas.

"Benarkah?" tanya penjual bubur. "Aku tidak pernah bohong," jawab Abu Nawas.

Orang Badui itu diam sejenak, dia menatap tajam Abu Nawas dan entah kenapa akhirnya orang Badui itu mempercayai dan melepaskan Abu Nawas.

Baca Juga: Kilas Matchday 2 Grup E Piala Dunia 2022 Qatar: Spanyol Jadi Tembok Jerman, Jebol atau Terpental?

Abu Nawas langsung pergi ke istana dan menghadap Raja. Setelah berbasa-basi sebentar, Raja pun menanyakan perihal keperluan Abu Nawas.

"Ada apa Abu Nawas, kamu datang tanpa kupanggil?" tanya Raja.

"Ampun tuanku, hamba baru saja pulang dari desa yang aneh," jawab Abu Nawas. "Desa aneh? Apa keanehannya?" ujar Raja.

"Di desa tersebut ada orang yang menjual bubur haris yang sangat lezat. Disamping itu, hawa di desa itu sangat sejuk," terang Abu Nawas.

"Aku ingin pergi ke desa itu. Pengawal, siapkan pasukan!" perintah Raja. "Ampun tuanku, jangan membawa pasukan. Tuanku harus menyamar jadi orang biasa," saran Abu Nawas.

"Tapi ini demi keamanan dan keselamatanku sebagai seorang raja," tandas Raja.

Baca Juga: Kilas Matchday 2 Grup E Piala Dunia 2022 Qatar: Kosta Rika Incar Jepang Lengah

"Ampun tuanku, jika membawa tentara, maka orang-orang di desa akan ketakutan, dan tuanku tidak akan menemukan penjual bubur itu," ujar Abu Nawas.

"Baiklah, kapan kita berangkat?" tanya Raja. "Sekarang juga tuanku, supaya nanti sore kita akan tiba di perkampungan itu," ujar Abu Nawas.

Kemudian Raja yang menyamar jadi orang biasa dan bersama Abu Nawas berangkat ke perkampungan itu. Abu Nawas mengajak Raja masuk ke rumah besar tempat dimana orang-orang makan bubur. Disana mereka membeli bubur.

"Betul katamu, bubur ini sangat lezat," kata Raja setelah memakan buburnya. "Kenapa buburmu tidak kamu makan Abu Nawas?" tanya Raja

"Hamba masih kenyang tuanku," kata Abu Nawas sambil melirik dan berkedip ke penjual bubur.

Setelah selesai makan, Raja diajak ke bawah sebuah pohon rindang yang hawanya sejuk.

Baca Juga: Ini 5 Tempat Angker di Indramayu Berikut Beberapa Fenomena yang Pernah Terjadi

"Betul juga katamu, disini hawanya sejuk sekali, aku jadi ingin tidur," kata Raja.

"Tunggu tuanku, jangan tidur dulu, hamba izin pamit mau buang air kecil dulu di semak belukar sana," ujar Abu Nawas. "Baik, pergilah Abu Nawas," ujar Raja.

Baru saja Abu Nawas pergi, Raja tertidur. Akan tetapi dia segera terbangun lagi setelah mendengar bentakan keras.

"Hai orang gendut! Cepat bangun! Atau kami sembelih ditempat ini," ternyata orang Badui sudah berada di belakang Raja sambil menghunuskan pedang ke lehernya.

"Apa-apaan ini!" protes Raja. "Jangan banyak cakap, cepat jalan!" bentak penjual bubur.

Raja mematuhi perintah orang tersebut dan akhirnya dimasukan ke dalam penjara. "Mengapa aku dipenjara?" tanya Raja.

Baca Juga: SUMUR DI TENGAH JALAN RAYA Hanya Ada di Majalengka, Begini Asal-usul Penamaannya!

"Besok, kamu akan kami sembelih, dan dagingmu akan kami campur dengan tepung gandum dan jadilah bubur haris yang lezat!" jawab penjual bubur.

"Astaga, jadi yang kumakan tadi," gumam Raja. "Benar, yang kamu makan tadi bubur kami, bubur manusia," jawab penjual bubur.

"Sekarang tidurlah, berdoalah.. Sebab besok kamu akan mati," ujar penjual bubur. "Tunggu.." sanggah Raja.

"Mau apa lagi?" tanya penjual bubur. "Berapa penghasilanmu sehari dari menjual bubur itu?" tanya Raja. "Lima puluh dirham!" jawab penjual bubur.

"Aku bisa memberimu lima ratus dirham hanya dengan menjual topi," ujar Raja. "Ah.. Masa?" gumam penjual bubur.

"Sekarang berikan aku bahan kain untuk membuat topi, besok pagi boleh kamu jual ke pasar, hasilnya boleh kamu miliki semuanya," jelas Raja.

Baca Juga: Gubernur Jawa Barat Pastikan UMP Jabar 2023 Naik, Buruh 12 Persen dan Pengusaha 6 Persen

Esok paginya Raja memberikan sebuah topi yang bagus kepada Badui itu. "Juallah topi ini kepada menteri Farhan di istana Baghdad," saran Raja.

Badui itu menuruti saran Baginda Raja. Menteri Farhan terkejut melihat orang Badui menemuinya.

"Mau apa kamu?" tanya sang Menteri. "Menjual topi ini.." jawab penjual bubur.

Farhan melirik, topi itu memang bagus. Dia mencoba memeriksanya dan alangkah terkejutnya  ketika melihat hiasan berupa huruf-huruf yang maknanya adalah surat dari Baginda Raja yang ditujukan kepada dirinya.

"Berapa harga topi ini?" tanya menteri. "Lima ratus dirham, tidak boleh kurang," jawab penjual bubur. "Baik aku beli," tegas menteri.

Baca Juga: Ada Ular Berkepala Manusia di Goa Lalai Majalengka, Begini Mitosnya

Badui itu langsung pulang dengan wajah ceria. Dia tidak tahu bahwa menteri Farhan telah mengutus seorang prajurit untuk mengikuti langkahnya.

Siangnya prajurit itu kembali dan melaporkan lokasi perkampungan Badui tersebut. Farhan bertindak cepat sesuai perintah Raja. Seribu tentara bersenjata lengkap dibawanya menuju ke perkampungan Badui itu, dan menangkapi orang-orang Badui tersebut. *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: Kisah 1001 Malam Abu Nawas

Tags

Terkini

Terpopuler